CALLISTA NURFADZHILA PUTERI NADIA_Kulewati Bersama_SMPN 1 TANJUNGSIANG

IMG_20210423_195037_836.jpg

Kulewati Bersama
oleh : Callista Nurfadzila Puteri Nadia

“Alfi… Budi, kalian sedang apa ?” Syakira menyapa kawam-kawannya dengan ceria.
“Sini, makan bakso denganku dan Budi! Aku sudah habis dua mangkok loh…!” teriak Alfi membuat semua orang melihat tertuju padanya.
“Ih… dasar si rakus! Makan terus kerjaannya.” ucap Syakira sambil jalan menuju Alfi dan Budi.
“Budi, kamu makannya serius sekali sih, aku juga mau dong!” ucap Syakira yang tertawa mellhat ekspresi wajah Budi yang datar sedang memakan bakso Pak Udin.
Syakira duduk di tengah-tengah antara Alfi dan Budi yang memakan bakso. Syakira memainkan handphonenya dan ada notifikasi masuk.
“Eh… tau tidak.” ucapan Syakira terpotong oleh Budi yang berbicara tidak penting.
“Katanya mau pesen bakso! Kalau nggak jadi aku yang mau pesen nih!” ucap Budi yang membuat Alfi dan Syakira tertawa.
“lya-iya, bawel sekali.” ucap Syakira meledek .
“Pak Udin, pesen bakso satu porsi ya… Jangan pake sambel.”ucap Syakira memesan bakso Pak Udin
“Siap neng…” Ucap Pak Udin semangat. Syakira meneruskan ucapannya yang tadi terpotong oleh Budi yang berbicara tidak penting.
“Jangan ada yang bicara! Ini ada lowongan pekerjaan kita coba saja gimana ? Budi, Alfi, gimana ?”Tanya Syakira pada Budi dan Alfi yang dari tadi memikirkan pekerjaan.
Alfi dan Budi memikirkan sesuatu untuk urusan pekerjaan. Tapi Alfi bingung pekerjaan yang dia lakukan ingin berupa usaha sendiri bukan usaha orang lain.
“Bagaimana kalau kita membuka usaha kecil-kecilan dulu, modalnya kita patungan. Kalau aku ada saran kita buka toko menjahit saja membuat mukena, baju, dan lain sebagainya.” Budi memberi saran kepada Syakira dan Alfi temannya
“Nah ide yang bagus, Syakira kan bisa mendesain, aku dan Budi bisa menjahit.”Jelas Alfi pada teman temannya.
“Oh…iya kita punya bakat masing – masing, Kenapa tidak kita memanfaatkannya.” Ucap Syakira bersemangat.
***
Beberapa saat kemudian bakso Pak Udin datang.Syakira langsung menyantapnya, karena sepertinya Syakira belum sarapan dan Syakira kelaparan.
“Hm… ayo kita kerjasama membuat sesuatu yang bisa menghasilkan uang.” Semangat Syakira, yang memberi semangat juga pada teman-temannya.
“Betul sekali, aku tidak mau membebani kedua orang tuaku. Karena aku tahu kedua orang tuaku tidak hanya menafkahi aku tapi juga memberi nafkah untuk adik adikku.” Ucap Budi sedih, membayangkan kedua orang tuanya berkerja keras untuknya.
“Aku mau uang yang kita hasilkan, untuk kita kuliah saja. Aku ingin sekali mendapat gelar Sarjana disalah satu kampus.” Ucap Alfi dengan semangat. Karena ini salah satu peluang ia membahagiakan dan membanggakan kedua orang tuanya dengan jenih payahnya sendiri.
“Setuju… Syakira ayo buat gambar desainnya, aku tahu kamu desainer yang hebat.” ucap Budi memberi semangat pada Syakira.
“Iya… terimakasih. Kamu dan Alfi cari bahan yang pas dengan desain ku ya! Aku juga yakin kalian bisa membuatnya dengan bagus.” Ucap Syakira menyuruh Budi dan Alfi bekerjasama untuk membuatnya.
“Oke, kita mau bikin apa ?” Tanya Alfi pada Budi yang masih bingung ingin memakai bahan seperti apa.
Syakira mencari-cari mukena dan baju yang mudah didesain. Dengan tangan lincahnya ia bisamembuatnya dengan mudah. Syakira segeramengambil pensil dan buku gambarnya dan tas gendongnya. Syakira segera menggambar dan meminta saran untuk gambar yang ia gambar.
“Gimana? Apa yang kurang?” tanya Syakira sambil menyerahkan buku gambarnya pada Alfi dan Budi yang sedang mencari cari bahan untuk mukena yang akan mereka buat.
Saat ingin berkomentar gambar Syakira, Ali dan Budi bingung ingin mengomentari apa. Mereka rasa gambar Syakira sangat bagus, pas dan tidak ada yang kurang.
“Udah bagus banget Syakira, kamu memang desainer paling hebat sekali tapi aku bingung kain bahan apa yang ingin aku gunakan.” pikir Budi.
“Kenapa gak pakai kain katun saja. Tapi aku tidak tahu membeli kain yang bagus dimana. ”
Ucap Alfi yang bingung.
Setelah beberapa lama memikirkan bahan kain, Budi teringat pada Pamannya yang berjualan kain baju.
“Aku tahu, aku punya Paman yang mempunyai toko kain, gimana kalau besok kita kesana?” Ucap Budi.
“Ide yang bagus, uangnya kita patungan ya!” Saran bagus Syakira.
***
Keesokan harinya, pagi pagi sekali mereka sudah berkumpul dirumah Budi Mereka masing-masing membawa kendaraan. Budi, Syakira dan Alif langsung menuju tempat tujuan.
Budi memandu jalan agar tidak nyasar. Toko pamannya memang cukup jauh dan rumah Budi.
“Masih jauh Bud?” Tanya Syakira kelelahan.
“Bentar lagi.tuh didepan, sabar dulu aja nanti juga sampe” Ucap Budi sambil menunjukkan tokonyo.
“Oh…. itu ayo sebentar lagi! Jangan ngeluh nanti juga sampe kan.” Ucap Alif yang selalu ceria dan semangat.
Mereka pun sudah sampai ditoko Paman Budi, disana sangat ramai. Toko Pamannya menyediakan kain yang berkualitas tinggi. Paman Budi sangat baik dan suka memberi.
“Assalamualaikum, Paman.”Ucap Budi yang dari tadi memanggil pamannya, tetapi pamannya tidak menjawab karena sibuk melayani pembelinya.
Toko Paman Budi cukup besar Banyak jenis kain yang ia jual. Toko yang dibangun cukup lama. Makin tahun makin ramai pembeli. Apalagi jika ada yang ingin membuat baju lebaran.
Budi, Syakira, dan Alfi menunggu paman Budi melayani pembelo. Mereka duduk didekat etalase toko, Budi dan Ali mencari cari kain yang bagus.
Mereka mendapatkan kain yang bagus dan warnanyo juga tidak terlalu mencolok. Mereka sudah mendapat kain yang pas untuk dijadikan mukena atau baju.
“Paman aku sudah menemukan kainnya, terimakasih ya…” UcapBudi sambil membayar kainnya dan segera meninggalkan toko.
“Ya ambil saja kainnya tidak usah dibayar, maafkan Paman tadi mangacunkan kalian.” ucap Paman dengan memberikan kain tambahan.
Mereka segera purang, dan menuju rumah Alfi untuk mulai menjahit mukena. Alfi dan Budi fokus membuat mukena. Sedangkan Syakira melanjutkan desain mukena.
Setelah mereka selesai membuat mukena, mereka memposting yang mereka buat disosial medianya lalu banyak orang yang memesan mukena tersebut. Mereka juga membuka toko online.
Mereka berusaha mendapatkan uang untut biaya kuliah. Mereka taus berfikir bagaimana caranya kuliah tanpa membeban kedua orang tua.
Terkadang jika uang yang mereka dapatkan lebih, mereka suka bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. Lewat kerjasamanya mereka bisa sukses bersama. Dan bisa berpenghasilan.
Sambil bekerja mereka juga kuliah, mereka memanfaatkan waktu untuk kulih. Syakira, Budi, Alfi kuliah ditempat berbeda.
Setiap bulannya, mereka bisa membuat berbagai mukena.Dengan model dan warna yang modern. Mereka yang mereka buat mukena terusan.
***
Suatu hari, mereka sedih karena dagangan mereka sangat sepi sekali, tidak ada yang membeli mukena buatan mereka.
Berbagai cara mereka lakukan supaya dagangan mereka. Laku Kembali mereka mempertahankan dagangan mereka.
“Bagaimana ini bisa-bisa kita bangkrut kalau gint- gini saja. Kita tidak ado modal.buat beli kainnya, benangnya kan perlu biaya.”Ucap Budi.
Mereka mencoba berjualan ke pasar pasar yang ramai. Mereka tidak sengaja bertemu dengan salah satu pengusaha besar, beliau tertarik dengan mukena buatan Syakira, Alfi, dan Budi penguasa besar sebut saja namanya Bu Nunung, orang yang terkenal berkebutuhan sangat cukup, dan baik hatinya. Bu Nunung merupakan wanita yang bisa dibilang cukup berumur.
“Nak, aku tertarik meihat mukena kalian, memiliki ciri khas yang bagus. Jika boleh aku mengajukan diri untuk menjadi reseller dagangan kalian. Ucap Bu Nunung sambil melihat mukena yang dibuat Syakira, Alfi dan Budi.
Syakira, Alfi, dan Budi menyetujuinya dengan senang hati. Karena memang mereka sedang dalam kebingungan dan Bu Nunung datang diwaktu yang tepat.
Mereka semakin hari semakin semangat membuat mukena, dan mereko sesudah membuat mukena langsung mengantar mukena tersebut kerumah Bu Nunung, karena banyak sekali pesanan.
Syakkra, Alfi,dan Budi menghasilkan uang yang lebih dari cukup. Bahkan mereka biso mencukupi hidupnya dan membayar kuliahnya tepat waktu.
Berkat Bu Nunung yang membantu dagangan mereka menjadi reseller, makin banyak yang menjadi reseller dagangan mereka.
Berkat Allah dan ikhtiar, mereka bisa membuka cabang dimana-mana.
Mereka tidak lagi membebani orang tua dan bisa membahagiakan mereka.
Mereka melewati rintangan bersama, susah senang bersama. Menghiraukan omongan orang lain yang menghina apapun yang mereka lakukan. Selalu menyemangati satu sama lain.
“Terimakasih ya semua… kalian sudah menjadi temanku. Ingin sukses bersama denganku, melewati semua bersama-sama. Aku tahu kalian orang baik dan bersabar. Terimakasih juga telah mengingatkanku pada kebaikan, dan mengajariku arti bersyukur yang sebenarnya.”Ucap Syakira terharu, sambil memeluk Alfi. Sedangkan Budi tersenyum melihat kedua sahabat perempuannya.

(Visited 19 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan