KHANZA Sudah beberapa hari ini, Khanza sakit flu dan batuk disertai demam yang tinggi. Hari ini hari di mana seharusnya Khanza pergi ke dokter, tetapi ibu sedang pergi dulu ke rumah nenek, yang kebetulan nenek juga sedang sakit. Khanza terbangun

Tak Terduga Virus Covid-19 adalah virus yang mematikan. Saat Ini Virus Covid-19 Sedang menyerang seluruh dunia termasuk Tanah Air tercinta kita yaitu Negara Indonesia. virus ini pertama muncul di Wuhan China. Pagi yang cerah, Aisyah sedang bermain bersama Fatimah. mereka

Fatimah Mondok Namanya Fatimah, hidungnya mancung, alisnya tebal, berkulit putih, berbadan tinggi. Fatimah berasal dari keluarga yang cukup berada. “Fatimah… cepat ke sini bantu Ibu !!!” suara nyaring berasal dari dapur. “Iya ibu…” Fatimah yang sedang memainkan handphone terkejut lalu

5M Matahari terbit dari sebelah timur, terdengar suara ayam yang sedang berkokok, burung-burung berkicau,bunga-bunga bermekaran. “Kring,kring,kring.” terdengar suara jam beker berbunyi menandakan pukul 05.00 WIB. Seorang gadis pun terbangun dari tidurnya,dan langsung menyambut pagi hari dengan semangat. “Selamat pagi dunia……”teriak

Covid -19 OLEH : NAJMAH SITI FAUZIAH Di sebuah perkampungan ada seorang wanita yang hebat yang mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan yang begitu cantik dan juga tampan. Pagi yang cerah, mereka berencana ingin berefresing sesekali karena ibu sangat sibuk

Kota Subang OLEH : REISHA PUTRI Pohon hijau mengepung Penghias mata Burung-burung berkicau Penuh makna Embun di pagi buta Warnai hari tanpa cahaya Cangkul bersinergi Awali hari sang pekerja Derap pejalan kaki Menelusuri romansa alam Di hamparan perkebunan Seperti labirin

Perampas OLEH : REISHA PUTRI Hujan deras mengguyur Beriring petir bersahutan Pohon-pohon tak lagi terdian Seperti dirampas dan diterbangkan angina Kau tiba-tiba datang Menutup semua atap kehidupan Kau tak kasat mata Namun sangat berkilat Kau menjadi perbincangan Kau menjadi topic

Terkenang Kota Kelahiran OLEH : REISHA PUTRI Kegelapan sirna ditelan mentari Kutapaki jalan penuh arti Mengayomi langkah demi langkah Sungguh, teramat elok Kulintasi kota kenangan Yang selalu hadir dalam angan-angan Begitu banyak bayangan Terlihat bagai khayalan Subang nama cantikmu Nanas

Teman Seperjuangan OLEH : REISHA PUTRI Dewi malam t’lah turun, terganti raja siang Jendela terbuka tertiup angin kencang Kutatapi awan yang berlalulalang Menunggu hari yang tak kunjung datang Tak terasa waktu berjalan begitu cepat Hari yang dinantikan kini telah tiba

Tatap Muka OLEH : REISHA PUTRI Keadaan telah berbeda Tak seperti biasanya Bagai mimpi di siang bolong Menghampiri tak terduga Si putih biru hanya tersenyum Menunggu hari itu tiba Tiang kokoh berdiri laif Menanti Sang Saka dikibar siswa Gelak tawa

Sketsa Takdir OLEH : REISHA PUTRI Mata tertutup, Burung kedasih berkicau jauh di atas awan Langit kelam menghias alam Ditemani cahaya yang memudar Kau merambat, Menjelajahi penjuru dunia Kau tak terlihat, Bagai makhluk tak kasat mata Kau renggut insan bernyawa

Sahabat OLEH : REISHA PUTRI Dewi malam yang tak bertemu mentari Mustahil untuk saling menyapa Atau sekedar bersitatp Terpisahkan jarak logika Bunga mawar yang mekar Membuat harsa relung hati Menyebarkan serbuk harum Walaupun bertangkai duri Telah terukir janturan latif Bersama

Rantai Metamorfosisi OLEH : REISHA PUTRI Penghias langit mulai bertebaran Bagai bunga di musim semi Telah datang hari yang dinantikan Beranjak kupergi Menuju kehidupan baru Meninggalkan kepompong Untuk menjadi kupu-kupu Terpancar senyum Serta keindahan ahlak Sederhana namun bermakna Menyambut hangat

Pondok Bali OLEH : REISHA PUTRI Langit senja berhiasi Awan -awan tersenyum sepi Menteri yang perlahan tenggelam Ke tebing lautan Pondok bali Batu dirangkai berjejeran Membatasi daratan dan lautan Ombak yang bergulung merdu Menghantam kuat pertahanan darat Laut biru penghias

Piramida Ilmu OLEH : REISHA PUTRI Waktu berjalan begitu cepat Menghantarku ke masa peradaban Dari secuil kertas Tuk menjadi sebuah buku Kubuka lembaran kertas kosong Tertulis lewat tinta hitam Sepenggal kisahku mencari ilmu Mungkin dulu belum pernah kutahu Kumerantau ke

Pelita Masa Kini OLEH : REISHA PUTRI Mataku berbinar binar Melihat dirimu yang sangat tegar dibawah rindangnya pohon beringin Merajut hidup di majelis mulia Dekap kaki melangkah Menelusuri perkarangan rumah Bunga mekar tersenyum gembira Berjumpa tuan yang sangat dinanti Kau

Panglima Berpeci OLEH : REISHA PUTRI Dibalik kemajuan zaman Terselip era yang kejam Terhalang perisai tameng Begitu kuat menggelegar Kau sosok yang tangguh Menghadapi berbagai deraan Kau kibaskan sorban Menghadapi Perubahan zaman Kau ajarkan kami hidup mandiri Kau didik kami

Pandemi bagai Mimpi OLEH : REISHA PUTRI Langit cerah menjadi suram Kegelapan perlahan datang Alam mencekam Bumi pun berduka Fondasi dunia terguncang Datanglah dia si pengacau Tanpa ancang-anacang Merusak semua rancangan Kau seperti apai yang membara Yang membakar dengan amarah

Kukenang OLEH : REISHA PUTRI Ketika dering telepon mencetak rekor Gawai penuh berita duka Tak ada yang bisa menyangkal Bahwa kematian di pelupuk mata Keceriana seketika lenyap Tertelan gelapnya malam Kutatapi dengan nanar Haus ilmuku tertahan sudah Perlahan canda mulai

Koper Kehidupan OLEH : REISHA PUTRI Koper putih,,, Koper beroda kutarik Menuju hamparan padang pasir Masih ringan belum terisi Kugandeng sajadah Meratap rumah Pencipta Kusujud,,, Penuh akan asa Suara lembut lantunan ayat Alquran Masuk ke gendang dengan nyaman Kuberdoa,,, Penuh

Curug Cileat OLEH : REISHA PUTRI Awan-awan bergulung Menatap gunung yang hijau Disinari cahaya mentari pagi Begitu sejuk dipandang mata Di balik rimbunnya pepohonan Terselip pemukiman insan Dipenuhi dedaunan bergoyang Menyambut setiap yang datang Kau berada di pelosok Diapit jalanan

Covid-19 OLEH : REISHA PUTRI Kau menutup pandangan Menjauhkan genggaman tangan Menghentikan langkah insan Menyulitkan mata pencaharian Kau datangi bumi pertiwi Tanpa ada kata permisi Merenggut relung hati Tanpa rasa manusiawi Kutahu… Kau hanya makhluk kecil Mencari tubuh persinggahan bukan

Corona OLEH : REISHA PUTRI Corona,,, Kau menetap cukup lama Tak terhitung berapa nyawa yang kaurenggut seketika Tanpa ada sepatah kata Tapi kutahu… Dibalik keberadaanmu tersurat sebuah hikmah Untuk para insan yang lemah Tak luput dari salah Di balik bahayamu…

Bekal Nanti OLEH : REISHA PUTRI Di persimpangan jalan Menatap senja penghias hari Mentari telah sembunyi di cakrawala Tertutup gumpalan awan lembut Jelajahi waktu demi waktu Hingga berbekas telapak kaki Nikmati pengalaman baru Demi meraih sebongkah Ilmu Hati seluas samudra

Terangkai Oleh : Yara Atiatul F Satu kata membuat sukma berdetak Senyum s’lalu tertarik memancarkan kebahagiaan Menanti datangnya hari esok Hanya ingin mendapatkan satu kata Berjuanglah, Raihlah dengan kerja keras Bangkitkaniah asa Jiwa ragamu Agar membuatkan kata sukses Satu kata

Takdir Oleh : Yara Atiatul F Hujan mengalir deras Bersanding angin Bau tanah tercium nyata Kilatan petir menyambar Mengantarkan getaran di jendela Bising hujan bergema mengalun di gendang telinga Namun , tiada lama berselang Kala waktu bicara Awan berpangku bidadari

Subang nan Elok Oleh : Yara Atiatul F Sinar mentari Yang memberikan kehangatan pagi Hamparan perkebunan teh Bagai permadani hijau Gugusan kabut beradu dengan langit Hawa sejuk nan jernih Angin menggetarkan dedaunan Aliran sungai bersinar, Menyilaukan penglihat Subang Menyuguhkan kemolekan

Siapa Pelakunya? Oleh : Yara Atiatul F Angin berteriak lancang Menerpa kulit wajah insan Menebus relung terdalam raga Aku diri masih bertanya Tentang virus yang kini melanda dunia Makhluk kecil yang tak mudah ditakluk Virus lugu yang mudah dicampakkan Ketika

Pena Guruku Oleh : Yara Atiatul F Pena guruku Terus menari nari dalam diriku Menuliskan rantai kata bermakna Mewarnai sanubari Membuncahkan asa hidupku Kau t’lah memberikan seribu nilai Memberi sejarah di takdirku Memberi pita beribu asa Kini … Biarkan aku

PATIMBAN Oleh : Yara atiatul F Saat kutapakkan kakiku di pasirmu Kulihat, Debur ombak memecah pantai Kudengar, Cicit camar terbang melayang Kurasakan hembusan angin, Membelai tubuhku Kulihat Perahu berbaris di pantaimu Bagai pagar kebeningan pasirmu Airmu nan biru Tersimpan berbagai

Padatnya Kotaku Oleh : Yara Atiatul F Mentari mulai menafikan sinarnya Awan mulai mengerubuti cakrawala Kicauan burung berterbangan Menghias penjuru-penjuru Subang Derap suara langkah kaki mengalun di telinga Padatnya jalanan, Meramaikan kebisingan Kota Subang Perayaan di siang hari Memadati jalanan

MIMPI Oleh : Yara Atiatul F Oh, mimpi… Mewarnai tidur lelapku Bagaikan pelangi di angkasa Walau maya tampak begitu nyata Aku bisa melakukan apa saja Terbang diangkasa tanpa Sayap Berjumpa dengan Presiden Indonesia Atau menjadi idola anak sedunia Begitu memesona

Kungkungan Oleh : Yara Atiatul F Helaan napas terdengar gusar Frustasi melanda pikiran Gundah gulana meraba jiwa Alunan lirih berdengung di telinga. Kubuka jendela Pak Akbar berkeliling Bu Irma merawat tanaman Kini menetap tak ada yang terlihat kubuka pintu Terkuak

Komitmen Oleh : Yara Atiatul F Berjuta waktu diriku lewati Diisi dengan menulis kata demi kata, Hingga menjadi sebuah kalimat, Kalimat bermakna jika kubaca slalu Tak sempurna tulisanku Tak pintar diriku Namun, waktu begitu banyak Selalu kusisihkan untuk menulis Menulis

Kesempatan Oleh : Yara Atiatul F Serasa jarum jam Kini berdetak lebih cepat Raja siang telah berangsur naik Kujejaki kembali hari Baru sesaat rasanya Perjalanan pagi hari Menyapa burung yang berkicau Menyapa bunga yang bergoyang Mengambil secarik kertas Mencatat kata

Isolasi Covid-19 Oleh : Yara Atiatul F Kala pintu berderit, terkunci Jendela ditarik hingga tertutup Tirai bergeser mengalang pandang Masker dikenakan dimulut Berjalan mondar mandir Sambil mata terus menatap tirai, Datang seseorang mengetuk pintu Hanya tangan yang bisa keluar Bertatap