Sepenggal Kisah di Ruang Cipta

Buku-Pertigraf.jpeg

Oh … Dedi

(Arum Handayani)

 

Berangkat tergesa – gesa memang sangat menjengkelkan. Ah! Betapa cerobohnya aku ini. Mengapa harus bangun kesiangan? Tak sempat fitting baju, kupakai baju seadanya yang menggantung di kapstok. Bahkan aku tak sempat menarik resleting rokku. Kupikir, biar saja nanti berbenah pakaian di bus. Mudah-mudahan bus ke Jakarta belum lewat. Kalau sampai tak kebagian bus, wualah … bisa-bisa aku didamprat dosen killer lagi. Cukup dua kali saja aku mendapat dampratan dari dia.

Aha! Bus langgananku menepi tepat di depan hidungku. Segera aku melompat ke dalam bus. Kulihat deretan kursi sudah terisi penuh, kecuali di pojok belakang, masih tersisa satu kursi. Aha! Lagi lagi keberuntungan berpihak padaku. Di sebelahku duduk seorang wanita cantik sebayaan denganku. Ah …, nyaman rasanya duduk bersebelahan dengan sesama perempuan. Dalam hitungan menit, aku langsung akrab dengan dia. Orangnya asyik diajak bicara. Dewi namanya. Sepanjang perjalanan, Kami asyik ngobrol, bahkan aku gak sungkan minta bantuan Dewi untuk menarik resleting belakang rokku.

Belum sampai di tempat tujuan, bus sudah berhenti. Oh, rupanya seorang lelaki yang duduk di sebelah Dewi hendak turun. Lelaki itu berdiri lalu mengajak Dewi untuk turun bersama. Dewi pun mengikuti perintah lelaki itu dengan sigap. Aku tak mengerti mengapa lelaki itu memanggil Dewi dengan nama Dedi. Belum sempat mengatupkan mulutku yang ternganga keheranan, Dewi membisikkan sesuatu yang membuat jantungku hampir copot. Dewi pun berjalan menuju pintu keluar bus dengan gerakan tangannya yang melambai. Oh! Ternyata dia seorang transgender. Ala maaak …! Mimpi apa aku semalam.

 

 

 

 

 

(Visited 138 times, 1 visits today)

2 thoughts on “Sepenggal Kisah di Ruang Cipta

Tinggalkan Balasan ke Khususiatul Ubudiyah Batalkan balasan