MOZA_NAZHIFA KHOIRUNNISA_SMPN 1 PABUARAN

FOTO-NAZHIFA.jpeg

MOZA

Nazhifa Khoirunnisa

Ada seorang anak bernama Moza, Moza adalah anak yangrajin, cerdas,pintar,dan kreatif. Dariduduk di bangku SD kelas 1 sampai ia duduk di bangkusmp kelas 2 dia selalu mendapatperingkat pertama. Kedua orangtuanya pun sangat banggakepada Moza. Namun ketika Moza kelas 3 SMP nilai Moza sangat turun drastis akibat sekolah dilakukan secara daring  (dalam jaringan).

Kenapa sekolah dilakukan secara daring? Karena virus covid-19 mulai menyerang Indonesia,itu sebabnya sekolah hanya dilakukan di rumah. Moza yang tadinya adalah anak yang rajin dia jadi anak yang pemalas. Di rumah Moza hanya melakukan TMM (Tidur Makan Minum) dan main game seharian tanpa mengerjakan tugas dari guru melalui aplikasi classroom.Tapi tidak dengan teman-teman Moza, justru teman-teman Moza sangat giat belajar dan mengerjakan tugas. Karena teman-teman Moza ingin lulus dengan nilai tinggi dan masuk ke sekolah SMA favorit. Mungkin Moza merasa dia akan lulus dengan nilai tinggi tanpa belajar dan mengerjakan tugas. Itu sebabnya di rumah Moza hanya bermalas malasan.Padahal dengan tidak belajar justru akan membuat Moza tidak akan mendapat nilai tinggi.

Ujian sekolah pun tiba…Ujian sekolah dilakukan secara langsung di sekolah tapi siswa di wajibkan untuk memakai masker dan mematuhi protokol kesehatan. Ketika ujian sekolah tiba Moza tidak menyiapkan apapun.Moza tidak belajar dan menghafal tapi Moza sangat percaya diri bahwa dengan ia tidak belajar dia pasti akan mendapat nilai yang tinggi. Padahal teman-teman nya sangat mempersiapkan ujian ini, karena ujian ini yang menentukan kelulusan.

Selama ujian Moza sangat tenang dan damai. Hingga akhirnya pengumuman nilai ujian pun tiba. Satu persatu guru membagikan nilai ujian kepada teman-teman Moza. Moza melihat senyuman merekah dari teman-temannya ketika mereka melihat hasil nilai ujian. Sangat terlihat sekali bahwa mereka mendapatkan hasil yang bagus.

Akhirnya Moza mendapatkan nilainya. Betapa terkejutnya Moza saat melihat nilai ujian yang didapat. Nilai yang di peroleh Moza di atas rata-rata hampir semua mata pelajaran Moza mendapat nilai 90,95,98 bahkan ada mata pelajaran yang mendapat nilai 100. Padahal Moza jarang mengerjakan tugas dan belajar, belajar pun hanya membuka buku sekilas. Apakah nilai yang di dapat Moza karena tingkat rasa percaya diri yang tinggi? Entahlah, mungkin saja ini keberuntungan yang hakiki untuk Moza.

Setelah pengumuman hasil nilai ujian selesai Moza pun sibuk mendaftar ke  sekolah SMA favorit di kotanya. Tentu saja Moza akan sekolah di SMA favorit karena nilainya pun lebih dari cukup.

Moza pun menjadi siswa SMA. Tapi Moza tidak meningkatkan kembali belajarnya dia masih asyik bermalas-malasan padahal di sekolahnya ini terdapat siswa dari mancanegara, tentu saja akan banyak siswa siswa yang sangat pintar disini. Ketika Moza SMA sekolah pun tidak lagi dilakukan secara daring, namun masih wajib menggunakan masker jadi Moza bisa lebih cepat untuk mendapat teman.Argus.

Argus adalah teman pertama Moza, Argus tidak beda jauh dengan Moza mereka berdua sama-sama pintar. Argus juga selalu mendapatkan peringkat pertama dari tingkat sekolah dasar sampai Argus di tingkat sekolah menengah pertama.

Moza dan Argus sangat cepat berteman mereka juga sangat akrab apalagi mereka sekelas hobi baru mereka pun sama-sama bermain game pubgi. Jadi seringkali mereka bermain game bersama.Di kelas 10 peringkat Moza turun, yang awalnya peringkat pertama jadi peringkat 10 sangat drastis untuk seorang Moza yang selalu mendapat peringka tpertama.Tetapi beda dengan Argus, Argus masih mempertahankan posisinya di peringkat pertama karena meskipun gemar bermain game, Argus masih belaja rdengan giat dan tahu waktu, mana waktu untuk bermain game mana waktu untuk belajar.

“Aku iri dengan Argus dia masih bisa mempertahankan posisinya di peringkat pertama sedangkan aku tidak, padahal Argus pun sama   gemar bermain game tapi kenapa dia mendapat peringkat pertama?” gumam Moza sambil menengadahkan wajahnya ke langit.

Setelah Moza mengucapkan hal tersebut Moza sama sekali tidak berubah. Moza masih sering bermain game sampai Moza lupa waktu.  Hubungan Moza dengan Argus pun masih baik mereka masih  suka bermain game bersama.

Dikelas 11 peringkat Moza yang seharusnya ada peningkatan justru malah semakin turun. Moza mendapat peringkat 25 dari 30 siswa. Orangtuanya sangat kecewa ketika mendengar hal tersebut.

“Moza!” apa-apaan kamu ini kenapa peringkat mu malah semakin turun?” tanya ayahnya dengan nada bicara yang membentak. Moza hanya terdiam, bukanya berpikir kenapa peringkatnya menurun dia malah terdiam seperti batu yang tidak bisa bergerak

.”Moza!” kamu dengar papa tidak?”tanya ayahnya sekali lagi tapi masih dengan nada bicara yang tinggi.”

“Sudah pah sudah tenang biarkan Moza berpikir dengan tenang terlebih dahulu kasian pah Moza jangan di marahi terus” ucap mama Moza kepada ayahnya sambil memeluk Moza.

“Bagaimana aku bisa tenang anakku mendapat peringkat terakhir di sekolah nya!” memalukan sekali!”sentak papa Moza.

“Kenapa kamu tidak bisa mempertahankan peringkat kamu Moza! Papa sangat kecewa kepadakamu” ucap papa Moza sambil mengusap wajah. Melihat kondisi semakin terlihat sulit akhirnya mamanyapun membawa papanya menjauh dari Moza.

“Maafkan aku ma pa” ucap Moza sambil menundukan kepala. Setelah Moza membuat orangtuanya kecewa yang berakhir  dimarahi oleh papanya Moza masih tidak berubah, Moza bahkan semakin menjadi jadi. Moza masih dengan tingkat percaya dirinya.

“Aku memang iri pada Argus tapi aku tidak peduli tentangi tu”ucap Moza sambil terbaring di kasurnya.

Singkat cerita…Moza telah duduk di kelas 12 karena Moza tidak berubah akhirnya di kelas 12 Moza mendapat peringkat paling akhir di kelasnya. Moza hampir saja dinyatakan tidak lulus SMA tapi Moza masih mendapat keberuntungan yang hakiki. Moza dinyatakan lulus jalur keberuntungan. Teman-teman Moza pun mendapat nilai yang memuaskan dan diterima di universitas yang mereka pilih. Tapi sangat kecil kemungkinan untuk  melanjutkan ke universitas. Moza kira dia akan mendapatkan keberuntungan yang hakiki lagi, tapi tidak untuk sekarang sepertinya dewi keberuntungan pun sudah bosan memberikan keberuntungan kepada Moza.Moza pun tidak bisa kuliah karena nilai yang sangat kecil. Kedua orangtuanya pun tidak akan mengkuliahkan Moza karena sudah sangat kecewa kepada Moza.

Akhirnya Moza sadar setelah tidak ada lagi kesempatan untuknya. Moza dilanda rasa bersalah dan kecewa kepada dirinya sendiri. Moza hanya bias melihat teman-temannya yang berhasil masuk ke universitas untuk mengejar mimpi-mimpi mereka. Sedangkan Moza hanya bias berdiam diri di kamar dengan rasa penyesalan yang sangat besar. Memiliki rasa percaya diri itu memang penting tapi jangan lupa sadar diri. Jangan pernah merasa paling pintar dari yang lain, teruslah berusaha untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi. Penyesalan selalu datang terakhir jika datang pertama itu pendaftaran.Malas adalah suatu jalan yang membuat kamu menuju kebodohan.

 

*nazhifakhoirunnisa Senin,5 april 2021*

 

(Visited 6 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan