Pendidikan Itu Penting
Karya: Luna Agnia
Aku menghadap Jendela,ku pandangi langit yang setengah tenggelam itu.
Warnanya yang indah bersinar jingga yang memanjakan mata
Menutupi hati yang meninggalkan kecambuk hati
Ku coba untuk tak menangis
Tapi mataku lebih jujur perlahan air mata itu menetes.
Aku menunduk,
Hati mana yang tak sakit meninggal kan ibu yang sudah rapuh sendirian.
Pesawat pun perlahan melaju meninggalkan daratan.
Ibu ku melambai dan berteriak
[Cepat kembali nak…!]
Hati ku goyah dan tergoncang
Sangat tak ingin ku meninggalkan ibu
Ingin ku kembali dan tak melanjutkan beasiswa ku di luar negri
Tapi kata ibu pendidikan itu sangat penting
Ya aku Linda aku pergi melanjutkan perguruan tinggi ku di luar negri karena beasiswa
Aku di kenal sangat rajin dan mudah bergaul
Aku tinggal bersama ibu ku berdua ayah ku meninggal kecelakaan 5 tahun silam
Kami sudah tak mempunyai sanak keluarga lain
Atau pun kerabat
Itu alasannya aku tak mau pergi
Tapi ibuku terus berkata pendidikan itu penting
Aku berjanji dalam hati jika aku pulang akan aku bahagiakan ibu ku
Akan ku bawa dia keliling dunia
Aku pun tertidur karena lelah menangis
Tak terasa menit demi menit , jam demi jam kian berlalu
Aku pun sampai di negara dengan julukan Negara gingseng
Aku pun pergi asrama ku , aku pun pergi ke kamar ku sambil melihat no kamar yang di tujukan kepala asrama itu
Saat aku hendak masuk terdapat orang orang berkulit putih pucat yang sangat cantik
Dia tersenyum dan berkata,”hallo ternyata kamu ya ….kamu ya teman kamarku?,
Kata nya ramah.
“Mwoo?”.”Kamu orang mana kok bisa bahasa Indonesia?”
“Oh saya orang Korea,tetapi sempat tinggal di Indonesia.”
“Owhhh ….”
“Semoga kita menjadi teman baik ya!”,kata nya tersenyum sangat manis.
“Nama mu siapa?”,Tanya nya.
“Nama ku Sarah.”
“Owh … hallo nama ku Eunji.”
“Nama yang indah Eunji.” ucap ku.
“Ahhh…. terima kasih.”
Kami pun berbincang
Aku senang dapat teman kamar yang baik , tambah dia orangnya sangat humble dan gampang bergaul.Tetapi tidak dengan teman secampusku, mereka selalu mengolok-olokku
karena aku dari keluarga miskin tak jarang juga aku di jadikan bahan suruhan.
Aku selalu diinjak-injak.
Tetapi demi ibu aku akan rubah nasib kini menjadi lebih baik.
Aku mulai mencari kerja paruh waktu untuk menambah biaya makan dan mengirimi ibu uang.
Ya …. walau tak seberapa mungkin cukup untuk makan-makanan yang enak dan kebutuhan lainnya.
Beberapa tahun kemudian.
Aku sangat sangat merindukan ibu,aku selalu bertukar kabar bersa ibuku.
Ya … walau lewat telfon rasa rinduku berkurang setidaknya ibu sehat selalu di sana
Hari berganti bulan ,bulan berganti tahun aku pun telah lulus dari kuliahanku yang ada di negeri gingseng. Aku meraih nilai terbesar begitu banyak tawaran kerja dari perusahaan perusahaan ternama dan besar, tentu gajihnyapun tak main-main
Aku dan Eunji mulai dekat bahkan dia menganggap aku sebagai adiknya, kami seperti keluarga.
Kami mulai berkerja di perusahaan **** sebagai staf biasa.
Lama kelamaan kemampuan ku berkembang dan kedudukanku sebagai manager
Aku sangat ingin pulang tetapi perkerjaan ku tak bisa di tinggal begitu saja
Aku harus bertanggung jawab atas kerjaku.
Ibu ku tak jarang menelfonku untuk ini dan itu,tapi tak sempat ku angkat.
Saat aku angkat dia hanya menyebutkan beberapa kalimat,
“Nak kapan kamu pulang ibu rindu sekali?”
Aku selalu berkata,maaf dan maaf karena tak bisa pulang.
Hari berganti bulan ,bulan berganti tahun
Aku mulai jarang mengabari ibu. Dan aku jarang pulang saat hari raya idul Fitri.
Aku sangat amat sedih atas semua ini.
Aku sanagt lelah setiap hari harus mengejar deadline, meeting dan lain lain
Semakin lama beban di tubuhku semakin berat.
Tapi aku tetap usahakan untuk ibuku.
Sekarang hidup kami sudah sangat makmur.
Aku menjadi pemilik perusahaan terkenal Dan terbesar.
Pekerjaanku juga semakin berat tetapi aku bisa luangkan waktuku untuk pulang ke negara Indonesia.
Aku di lahirkan ,dimana aku dibesarkan oleh kasih sayang orang tuaku.
Perjalanan serasa Lambat aku terus bergerutu.
“Aduh kok lama banget ya, aku gak sabar ketemu ibu.”
Aku sangat senang akhirnya setelah sekian lama aku bisa pulang dan memeluk tubuh ibu yang hangat.
Pesawat pun perlahan turun dan melaju di atas jalur.
Aku turun dari pesawat.
Aku menghirup udara segar yang aku rindu kan.
Aku berlari keluar menuju jemputan mobil pribadiku.
Kaki ku serasa ringan tanpa beban.
Beban ditubuhku perlahan menghilang.
Aku melaju menggunakan mobil pribadiku dengan kecepatan penuh.
Karena aku tak sabar bertemu ibu.
Aku pun sampai dirumah gedong besar dengan pilar pilar yang amat mewah.
Akupun melangkah ke depan pintu rumah
Dan menencet sebuah bel
Ting nong…Ting nong… Suara bel itu menggema di rumah.
Tapi tak ada yang membuka.
Setelah sekian lama ada sebuah tangan yang memegang pundaku.
Aku sontak menengok ke arah orang itu.
Di sana terdapat mang Udin tetanggaku dulu,
Kini dia sudah rapuh di makan usia.
“Mang Udin apa kabar sehat?”, Ucapku.
Dia nampak kebingungan.
“Mang ini saya Sarah..masa mamang lupa?”
Muka nya berubah merah padam.
Dia mulai berkata,
“Anak gak tau diri, sombong sekali kamu sampai melupakan ibumu.”
“Maksud mang Udin apa?”, Tanyaku heran.
“Aku juga tak mungkin melupakan ibu saya mang.”
“Sekarang ibu saya dimana mang?, tanyaku lirih.
“Dia sudah tenang disana,kamu gak usah deh cari dia!”
“Anak macam apa kamu pulang saat ibumu pergi dari dunia ini.”
“Hah apa?”, “Mang,ih… jangan bercanda,gak lucu tau.” suara ku gemetar menahan tangis sambil tertawa.
“Untuk apa saya berbohong, dia mengalami gangguan ginjal.”
“Ginjalnya sudah tak berfungsi dengan baik
Dia berusaha mencari donor ginjal tetapi tidak ketemu.”
Aku Terdiam sejenak hati ku hancur berkeping-keping. Seperti tamparan keras yang aku terima.
Seperti petir di siang hari.
Aku jatuh ter duduk air mata ku mengalir deras aku menyesali perbuatanku yang tak pernah ada untuk ibu.
“Sekarang ibu dimana mang?” tanyaku sambil berderai air mata.
“Untuk apa kamu menemuinya hah?”, Sambil membentakku dengan nada gemetaran tak tega.
“Aku mohon mang.. “, hiks.. suara tangis ku pecah.
“Aku tau mang,aku Anak yang tidak berbakti
Tapi saya punya alasan tersendiri mang
Saya mohon”,hiks…
“Baiklah-baiklah, saya antar… sudah jangan menangis lagi ya.”
Dia perlahan membantuku untuk berdiri dan menusap air mata dipipiku.
Diapun mengantar ku ketempat pusara ibuku. Ibuku sudah tenang tak merasakan sakit lagi.
Tangis ku pecah …
Aku jatuh berjongkok di samping tempat tidur ibu.
Ku pegang batu nisan itu.
Di sana terdapat bunga tabur yang Sudah mengering.
“Bu …..” Suara ku gemetar.
“Maafkan Sarah ya Bu.”
“Aku gak bisa temenin ibu.”
“Aku sayang ibu”
“Aku pengen peluk ibu.”
“Bu….”
“Sarah kangen sama ibu.”
“Ibu kenapa pulang terlalu cepat?”, hiks…. Tangisku pecah yang sedari tadi sempat ku tahan.
Hiks…. “Buuu… Aku rindu.”
Ku peluk batu nisan ibu.
Ku Elus batu nisan ibu.
Mang Udin menangis melihatku hancur.
“Ibuuuuuuu…. Aku kangen Bu ….”
“Buuu aku pulang …”, “Kok ibu malah tidur …”
“Ibu ….. Ayo pulang sama Sarah!” hiks… “Kita makan enak ya!”
“Kita ngobrol-ngobrol kayak dulu lagi.”
“Liat Bu, aku bawa makanan kesukaan ibu loh”
Menunjukan sebuah paperbage berisi sayur garang asam yang aku buat untuknya.
“Ibuuu… Makan yuk! bareng sama aku.”
“Ibu….. “, Hikssss….. “Sarah rindu
Sarah ingin bertemu.”
“Sarahhh kita pulang ya!”, “ini sudah sore, kamu tidak capek ya menangis begini?”
“Ayo sarah.. jangan seperti itu,ibumu sudah tenang di sana.”
Aku pun menaburkan bunga mawar kesukaan ibu.
Aku pun pulang.
“Bu aku pulang dulu ya!”
“Nanti aku balik lagi Bu”
“Ibu bahagia selalu ya…!”,aku pun perlahan pergi.
Aku berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah.
Mang Udin memberikan sebuah amplop putih.
“Nakk…ini ada titipan surat dari ibumu.”
Aku pun menerima dan membuka surat itu.
Assalamualaikum anak ku Sarah yang paling ibu cintai.
Nak ibu tau kamu sangat sibuk dengan kerjaanmu. ibu juga sudah mengerti.
Ibu tak marah melainkan bangga.
Ibu bangga sama kamu.
Nak ibu sayang sama kamu, ibu gak mau berpisah denganmu.
Tapi kita harus berpisah karena takdir.
Ibu difonis gangguan fungsi ginjal dan waktu ibu gak lama lagi.
Ibu harap kamu tak merasa bersalah dan bersedih terlarut larut ya nak.
Ibu sayang kamu,kamu anak ibu yang paling ibu sayang.
Bahkan nyawapun sanggup ibu berikan.
Tapi apalah daya nak, ibu yang akan pergi dahulu.
Nak jaga baik diri baik-baik ya!
Sehat selalu , jangan lupa makan , walau pun ibu sudah pergi jauh dari kamu,
Tapi hati ibu selalu bersama mu,nak.
Maaf ya nak ibu pamit. Ibumu tersayang.
Air mata ku berderai tak henti henti.
Ku pukul tiang pilar besar itu.
Ku menangis miris tanpa henti.
Mang Udin menenangkanku.
“Nak lanjutkan saja pekerjaanmu, jangan pernah berhenti.”
“Kamu sukses karena kerja kerasmu.”
“Mamang juga tau, kamu tidak salah.”
“Tetap semangat ya!!!”
“Keep sprit ehh…Spirit maksudnya” logat Jawa
Aku pun tertawa,”Iya mang pasti.”
Aku pun tersenyum walau pun hati teriris. Dengan kepergian orang tersayangku.
Kini aku sebatang kara,
Walaupun begitu aku tak akan menyerah.
End………….