Sore hari, di sebuah rumah sederhana pinggir kota. ‘Kasus positif covid-19 di Jakarta Kembali naik’ ‘Kasus Virus Corona Indonesia per 18 April 2021, Positif Tembus 1,6 Juta, Meninggal 43.424’ ‘Bertambah 4.585, Total Positif Covid-19 Jadi 1.604.348 Orang’ ‘Kasus Harian Covid-19

Jangan Lelah   Kuasa Tuhan dia hadir Mengubah dunia dengan cepat Menjebak dalam sebuah pandemi besar Tawa itu menjadi tangisan deraian air mata kepedihan Tubuh itu tak berdaya Banyak insan terkapar Dalam pesakitan yang misterius.   Sampai kapankah ini? Tanya

Menantang Dinding Corona Tempatku masih disini seperti kemarin Namun berbeda dengan diriku kemarin Aku tak lagi merobek rajutan asaku Aku tak mau meneriaki imajinasi ku   Hanya karena musibah yang berdampak Tak ada kata sendu di dalam benak Jika semua

Hamparan hijau   Kupandangi langit biru berbalut awan Memayungi indah hamparan hijau Irama permadani alam yang merdu Aku pun terpana dalam lukisan Illahi   Tempat asri menyejukkan hati Kunikmati setiap aliran darah Menyatu dengan lompatan belalang Tak berhenti seperti sajak

Raden Ajeng Kartini   Raden Ajeng Kartini Djojo Adiningrat Begitu indah namamu, Ibu Seindah karyamu pada kami kaummu Walaupun engkau telah tiada Namun sejarah akan mencatat Perjuangan agung langkahmu Dalam memperjuangkan nasib perempuan.   Beribu makna luhur yang Engkau tuturkan

Kota Tercinta   Asri… Indah… Keindahan-keindahan nyata tercipta Menenangkan jiwa dan raga Membanggakan insan dan kota   Kotaku… Berbagai tangan yang merusak Tangan yang kehilangan kesadaran Sangat terlihat dan terasa Membukakan mata dan menggerakkan hati   Bukalah bukalah mata ini

Angin bergerak bagaikan kuda Berputar-putar berbagi tawa Gelap, gelap, dan gelap Rintihan hujan terdengar kencang   Berkunjung terasa begitu cepat Perlahan menyesal dan menyesali Ribuan jiwa tak sempat tertolongkan Begitu banyak tangis, tangis dan tangis   (Melati Putri Wahyuningsih, 2021)

Kemarilah ini sunyi yang berderik Hampa ini bahkan melawan suara hujan diluar Sejak datangnya bala tentara tak kasat mata Menerobos dinding fana dan membidik apapun di depannya   Corona,apa kabarmu sekarang? Kami hanya manusia tak bersenjata Terbidik dengan cemas yang

Aku bermain huruf dalam kata Untuk menjadi kalimat dalam bait Aku menangkap imajinasi yang terbang Untuk menjadi inpirasi tarian pena Sebuah literasi impian yang kudamba   Disini … Aku temukan duniaku Dalam kertas putih yang menari tanpa henti Bercerita kemarin,

Rintih peluh pada titik harap Garis cahaya melunturkan beku Dalam rumus yang tergarap Lentera ilmu menerangiku   Nampak besi yang menjadi tangga Disaat sudut-sudut menampung keluh Goresan penaku menghiasi anak tangga Pada hati bisu yang perlahan luluh   Andai saja

Angin berbisik pelan… Menyampaikan bagaimana eloknya engkau Puluhan batu karang menetap dengan cara alam menyampaikan pesan Lihatlah,setiap sudut itu…   Saat tenggelam dalam pesona kota ini Mengalirnya air sebening embun Menirukan angka jiwa di belantara kota Mereguk isyarat pada aksara

  • 1
  • 2