Bianglala di Balik Hujan
Rumah Sakit Medika Kencana sedang mengatasi para pasien. Siaran televisi diputar, pada saat Tania memutar berita, Tania terkejut mendengar bahwa ada virus masuk ke Negara Indonesia. Tania lanjut menonton berita tersebut. Suara ambulans terdengar sangat kencang, berjalan menuju Rumah Sakit Medika Kencana. Alih-alih Tania pun tak sadar bahwa ada pula ambulans yang masuk untuk menjemput salah satu warga di sana. Suara ambulans yang makin keras terdengar oleh Tania dan mengganggu pikirannya
“Ada apa sih?” ucap Tania yang sambil berjalan menuju pintu. Tania membuka pintu,namun ibu dengan segera menarik baju Tania.
“Hap..!” Tania terjatuh ke pelukan ibunya. Dengan segera Ibu pun langsung menutup pintunya kembali.
“Brak…!” suara dorongan pintu yang sangat kencang.
“Jangan keluar, Tania! Berbahaya jika kamu keluar tanpa memakai masker! Jadi tetaplah di rumah dan jangan kemana-mana!” ucap Ibu dengan perasaan cemas. Tania semakin tak mengerti dengan apa yang sedang Ibunya katakan. Ibu mengusap kepala Tania perlahan, dan berkata.
“Tania, jadi sekarang ada virus yang masuk ke negara kita. Ibu harap kamu tetap diam di rumah dan tidak kemana-mana,” ucap Ibu dengan nada lembut.
“Virus?….. Oh begitu. Maaf Bu, Tania tidak tahu. Ya sudah, Tania pergi ke kamar dulu ya, Bu!” Ujar Tania dengan raut wajah yang sedikit gelisah.
Tania berjalan menuju kamar, lalu membuka pintu kamanya, Tania membuka ponselnya yang diletakan di atas lemari. Saat Tania sedang membuka situs internet, Tania terkejut bahwa virus yang masuk ke Indonesia adalah Corona.Saat Ini jumlah pasien yang terjangkit Covid-19, Mencapai kurang lebih 100.000 jiwa. Alih-alih Tania semakin sedih, karena adanya virus yang masuk ke Indonesia, Sekolah sekolah ditutup dan Tania pun tidak bisa melakukan pembelajaran secara langsung.
★★★
Keesokan harinya, Tania mendapat informasi bahwa sekolah akan diadakan secara online. Tania semakin sedih, Karena pembelajaran hanya dilakukan secara virtual.
“Kenapa sih semuanya harus terjadi seperti ini, Jadinya aku kan tidak bisa sekolah dan bertemu teman-teman,” ujar Tania sambil menyalahkan seluruh keadaan.
“Tania… kamu tidak boleh menyalahkan keadaan dalam situasi seperti ini, justru kamu harusnya berdoa agar virus ini cepat menghilang”. Ucap ibu yang sedari tadi berada di belakang Tania.
“Bukannya menyalahkan Bu, tetapi kenapa virus ini harus hadir di negara kita?” Ucap Tania sambil menatap ke arah ibunya. Ibu tersenyum kecil.
“Ibu mengerti apa yang kamu rasakan. Mungkin adanya virus ini adalah takdir. Jadi ibu berharap, meskipun belajar dalam keadaan seperti ini kamu harusnya lebih bersemangat,” ucap ibu sambil menyemangatinya. Tania tersentuh oleh kata-kata Ibunya.
★★★
Hari-hari pun berlalu, namun semakin hari Tania semakin tidak bersemangat untuk belajar. Pada saat Tania melakukan daring, ada informasi dari pihak sekolah, bahwa besok akan ada acara pembagian raport. Seluruh siswa harap menghadiri acara tersebut, tapi dengan syarat harus memakai masker dan tetap berjaga jarak. Informasi tersebut disampaikan oleh Pak Joko wali kelas Tania saat ini.
“Haduh….! Gimana nih, besok acara pembagian rapor. Mana tugasku tidak lengkap lagi. Siap-siap dimarahi ibu, nih!” Ucap Tania dengan gelisah.
★★★
Pagi han pun tiba, Tania terbangun dari tidurnya. Hari ini Tania ingat bahwa acara pembagian raport dimulai pagi ini. Tania mengambil handuk untuk bersiap-siap mandi. Di teras rumah usai mandi, Tania bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Tania berpamitan pada ibunya.
“Tania berangkat dulu ya, bu…”. Sambil mencium tangan ibunya.
Tania berjalan di trotoar dengan tatapan kosongnya, memikirkan bagaimana nilai yang tertera dalam rapornya saat ini.
★★★
Sekarang saatnya acara dimulai. Nama demi nama satu persatu mulai dipanggil. Sekarang giliran Tania maju ke depan. Tania yang sedari tadi masih gugup terpaksa maju ke depan dengan badan yang gemetar.
“Tania,,, mengapa kali ini kamu susah dalam mengumpulkan tugas ?” Ucap Bu Ineu sambil memberikan rapor kepada Tania.
“Maaf Bu, Tania menyesal tidak mengumpulkan tugas dengan teliti,” ujar Tania dengan mata yang berkaca-kaca.
“Ibu mengerti, Sebenarnya kamu anak yang rajin, tapi mulai dari sekarang kamu perbaiki nilaimu dan jangan malas. Karena penyesalan selalu datang di akhir,” ucap Bu Ineu sambil mengusap bahu Tania. Tania yang bersedih memutuskan untuk segera pulang.
★★★
Sesampainya di depan rumah. Tania membuka sepatu terlebih dahulu, ibu yang sedang memotong rumput menengok ke arah Tania. Tania menghampiri ibu.
“Tania, coba Ibu lihat nilai rapormu!” pinta ibu sambil mengulurkan tangannya. Tania memberikan rapornya kepada ibu.
“Aduh….., kenapa nilaimu turun?” Ucap ibu dengan perasaan yang agak sedikit jengkel.
“Maafkan Tania Bu, Tania kurang bersungguh-sungguh dalam belajar,” ucap Tania sambil menangis.
Ibu menghela napas “Huff…., baik kali ini ibu maafkan.Tetapi lain kali kamu harus bersungguh-sungguh dalam belajar, ya!”. Ucapnya sambil mengelus rambut Tania. Tania menangis sambil memeluk ibunya.
★★★
Waktu berjalan begitu cepat. Seorang gadis sedang berjalan di bawah teriknya matahari, sambil menenteng sekeranjang buah jeruk. Gadis tersebut adalah Tania, Ibunya meninggal ketika la lulus SMA
Tania, gadis yang kini hidup sebatang kara yang ditinggalkan pergi oleh ayah entah kemana. Dengan kegigihannya, Tania berusaha meraih cita-cita demi masa depan yang cemerlang.
Suatu saat ketika Tania sedang menenteng sekantung plastik buah jeruk untuk diberikan kepada Bu Nurul si pemilik toko grosir, di tengah jalan, Tania melihat sebuah poster yang ada di pinggir jalan. Seketika Tania tertarik pada poster tersebut, lalu membacanya dengan teliti. Ternyata isi poster tersebut berupa pengumuman beasiswa gratis dari universitas terbaik di Kota Bandung. Tania mencabut poster tersebut dan membawanya ke rumah.
★★★
Malam hari pun tiba, Tania sudah menyiapkan semuanya untuk mendaftarkan dirinya mengikuti jalur beasiswa tersebut. Setumpuk buku-buku sudah disiapkannya untuk ia baca kembali, Tania mengeluarkan sebuah laptop tua yang ia beli dengan jerih payah sendiri. Dikarenakan pendaftaran tersebut hanya dilakukan secara online melalui situs internet. Hari sudah semakin malam, Tania masih menunggu kabar apakah dia berhasil atau tidak. Matanya yang mulai memerah membuatnya mengantuk hingga ia tertidur di depan laptop yang masih menyala.
★★★
Pagi hari pun tiba, sang mentari menampakan diri dengan senyum terindahnya, membuat gadis berwajah manis itu terkejut bahagia.
“Alhamdulillah, aku diterima”. ucap Tania dengan rambut yang masih sedikit berantakan. Alih-alih senyum yang tadi ada pada dirinya perlahan mulai menghilang. Ia berpikir bahwa kepada siapa lagi ia memberitahu kabar gembira ini. Selain dirinya yang kini hanya sendiri.
Tiba-tiba Tania teringat kata-kata almarhum ibunya, pada saat ia sedang dalam keadaan mengeluh. Kata-kata ibu yang pada saat itu membuatnya meneteskan air mata, tetapi dengan ketegaran hati Tania membuatnya semangat kembali. Tania mengusap air matanya,dan berkata.
“Insya Allah Tania pasti bisa melalui semua ini. Tania pasti bisa!” Ucap Tania dengan wajah yang ceria dan semangat yang berkobar.
Tania mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Seusai Tania mandi dan mempersiapkan segala kebutuhan yang ia akan bawa, Tania berjalan menuju terminal tempat di mana angkot jurusan kampus ternama berangkat. Di perjalanan Tania menatap langit yang cerah dengan senyum yang sedikit terlihat dari raut wajahnya yang manis. Terpikir di dalam benaknya, apa ia pantas masuk universitas tersebut?
Sesampainya di kampus tersebut, tampak gedung-gedung tinggi berjajar, yang tak lain adalah bangunan kampus tersebut. Tania menyusuri dan mencari kelas yang akan ia ikuti. Seseorang berbadan tinggi masuk ke dalam ruangan tersebut.
“Baik Saudara-Saudara sekarang kalian mengikuti kelas saya. Selamat kepada mahasiswa yang telah mengikuti jalur beasiswa. Saya harap Saudara sekalian masih tetap memakai masker dan selalu menjaga jarak!” ucap dosen yang masuk ke ruangan tersebut.
★★★
Hari demi hari telah Tania lalui, hari ini adalah hari bahagia Tania dan seluruh mahasiswa lainnya. Wisuda sarjana. Semua wisudawan berkumpul di aula, mengikuti prosesi wisuda.
“Baik, Saudara sekalian hari ini adalah hari kebahagiaan buat Saudara sekalian,” ucap pembawa acara. Seluruh mahasiswa bertepuk tangan. Saat-Saat yang menegangkan, dimana hati seluruh mahasiswa berdebar kencang, termasuk Tania yang sedari tadi duduk dengan perasaan yang tak karuan.
“Para wisudawan yang berbahagia, berikut kami panggil lulusan terbaik dengan IPK 3,85 dari Fakultas Kedokteran dan berhak menyandang gelar Sarjana Kedokteran atas nama Tania Putri Az-Zahra. Kami persilakan untuk menuju podium.” Kata-kata yang disampaikan pembawa acara disambut meriah oleh hadirin dengan tepukan yang gemuruh.
Saat itu juga tangis Tania pecah, tak menyangka dirinya akan menjadi lulusan terbaik di fakultasnya. Ia hanya didampingi dua orang sahabatnya, tanpa ayah ibu. Saat kaki melangkah ke podium, bayangan mereka serasa terus mengikutinya. Tania yakin, di alam sana, kedua orang tuanya menyaksikan dengan bahagia peristiwa ini.
“Terima kasih ayah, ibu. Semoga ini menjadi kebahagiaanmu juga di alam sana. Aamiin ,” gumam Tania.