NAJMAH SITI FAUZIAH_Covid -19_SMPN 1 TANJUNGSIANG

IMG_20210423_195018_981.jpg

Covid -19
OLEH : NAJMAH SITI FAUZIAH

Di sebuah perkampungan ada seorang wanita yang hebat yang mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan yang begitu cantik dan juga tampan.
Pagi yang cerah, mereka berencana ingin berefresing sesekali karena ibu sangat sibuk mengurus pasien yang sangat berat.
“Ibu kita refresing yuk sesekali saja,” Fahra yang biasa dipanggil Kak Rara meminta dengan sangat berharap pada ibunya.
“Insya Allah kalau ibu tidak sibuk ya, Nak,” jawab ibu dengan lemah lesu.
Ibu kembali ke kamar tidurnya dan berbaring di tempat tidur, adik Rara yang bernama Fahri biasa dipanggil Dek Ari mengganggu ibu yang sedang tidur.
“Ibu … main yuk sama Dek Ari,” Dek Ari menarik badan ibu yang sedang menghadap kanan.
Ayah melarang Kak Rara dan Dek Ari memasuki kamar ibu. Karena ibu sedang istirahat kasihan ibu setiap hari bekerja dengan keringatnya.
Sesudah ibu beristirahat, ibu memanggil Kak Rara dan Dek Ari.
“Kak Rara, Dek Ari ke sini sebentar!” panggil ibu dari arah kamar tidur.
Kak Rara dan Dek Ari menghampiri ibu yang masih terlihat lemas dan belum sepenuhnya berkumpul tenaganya. Ayah menghampiri mereka yang berada di dalam kamar tidur, Ayah mengajak ibu untuk menenangkan diri dengan refresing, namun ibu tidak mau karena ibu lagi mempunyai prinsif yaitu untuk menyembuhkan diri. Seharusnya ayah mengerti gimana capenya ibu dan susahnya di posisi seperti ibu yang setiap hari berkerja tanpa mengenal lelah.
Tapi ibu mengangguk dan tersenyum, walaupun ibu cape. Ibu meluangkan waktu bermain bersama keluarga tetapi beberapa saat ibu memeriksa gawainya ada nada yang memanggil ibu dari rumah sakit yang sedang membutuhkan ibu untuk menangani pasiennya walaupun ibu sedang cuti.
“ Maaf ya anak-anak ibu sekarang repot tadi ada panggilan mendesak dari rumah sakit, dan ibu pun bersiap-siap untuk mengambil perlengkapan.
“ Ibu berangkat ya anak-anak! Assalammualaikum…” sambil memegang pintu langsung pergi meninggalkan semua yang terbengong-bengong.

***

Hari demi hari kedua orang tuanya semakin sibuk, sehingga Kak Rara dan Dek Ari selalu tak diacuhkan oleh ayah yang berkerja sebagai satpam dan ibu berkerja sebagai dokter. Ibu dan ayah menyibukan diri sendiri tanpa memikirkan anak-anaknya yang masih kecil yang hanya meminta dan meminta.
Sore hari tepat pada pukul 15.00, terdengar ada suara ayah dan ibu pulang, Kak Rara dan Dek Ari pun menyambutnya dengan suka cita.
“Selamat datang kembali di rumah!” sambut mereka dengan penuh kasih sayang.
Tetapi ibu dan ayah masuk begitu saja tanpa menyapa mereka berdua karena mereka terlalu lelah, Lima menit kemudian Kak Rara dan Dek Ari pergi ke sawah yang berada di belakang rumah. Biasanya Kak Rara dan Dek Ari pasti pergi ke tempat yang membuat mereka senang. Mereka pun bersenda-gurau di atas tanah yang lembek. Beberapa menit kemudian ada seorang petani datang dan marah-marah kepada Kak Rara dan Dek Ari yang telah merusak tanamanya.
“Sembunyi…!” langsung Kak Rara menarik tangan Dek Ari.
Mereka pun lari ke dangau yang ada di sebelahnya, Kak Rara dan Dek Ari melepas sandalnya, dan menyembunyikanya di dalam pakaiannya, lalu tangan Dek Ari menunjuk ke atas dangau untuk menyimpan barang-barang. Mereka berdua pun bersembunyi di atas dangau tersebut, gubuk itu sangat gelap dan tinggi, tidak akan terlihat oleh siapa pun.
“Wow. Keren..! pasti pak petani itu tidak bisa melihat kita!” ucap Dek Ari.
Suara petani tak terdengar lagi , lantas Kak Rara dan Dek Ari bergegas untuk pulang ke rumah.
Sepatu mereka di lepas dengar perlahan karena takut ibu dan ayah mendengar KREEK!!! Suara pintu terbuka Kak Rara dan Dek Ari pun kaget dikira ibu dan ayah tapi ternyata hanya angin yang meniup pintu sehingga terbuka
“Ampun… Ibu, Ayah!” dua tangan Kak Rara melindungi wajahnya
Kak Rara dan Dek Ari memasuki rumah dengan perlahan namun pasti.
“Dek Ari …Kak Rara!” terdengar panggilan ibu dari kejauhan.
Mereka berdua perlahan-lahan berlari agar tidak terdengar oleh ibu dan ayahnya
“Aduh hampir saja kita ketahuan!” ucap mereka bersamaan.
“Hai!”ayah mengejutkan dari samping.
Ekspresi Kak Rara dan Dek Ari begitu kaget dikejutkan oleh ayah. Ayah lupa, padahal ibu pernah mengingatkan ayah supaya jangan pernah mengagetkan anak-anak terutama terhadap Kak Rara yang mempunyai kelainan jantung. Kak Rara terdiam selama beberapa menit dan pingsan begitu saja, ibu pun segera memberikan pertolongan kepada Kak Rara, karena kalau telat beberapa menit saja pasti gawat.
Ternyata setelah beberapa jam, Kak Rara tidak juga siuman. Ibu segera mengambil tindakan dengan segera membawa Kak Rara ke rumah sakit khusus jantung. Ibu mendapat antrian nomer 103. Beberapa menit kemudian, Kak Rara dipanggil untuk memasuki ruangan, ibu mendampinginya di dalam ruangan dokter.
“Ibu… anak ibu kalau tidak diberi tindakan cepat, bisa – bisa nyawanya melayang!” ucap dokter.
Setelah pemeriksaan intensif, jantung Kak Rara sehat-sehat saja. Ibu lega melihat anaknya sehat kembali. Ibu memeluk erat Kak Rara yang masih terbaring di ranjang pemeriksaan.
Hari itu juga Kak Rara bisa pulang. Setelah tiba di rumah, ibu memarahi ayah, karena telah mengagetkan Kak Rara.
“Ayah, nggak lucu main-main seperti itu! Kalau tadi ibu tidak cepat membawa Kak Rara ke rumah sakit, bisa-bisa nyawa anak kita tidak tertolong!
Ayah meminta maaf kepada ibu dan Kak Rara .
“Kak Rara tidak apa – apa, kok!” Kak Rara memaafkan ayah karena ayah sering kali lupa kalau Kak Rara sakit, Yah.”
Setelah semua kembali tenang, ibu kembali mendapat panggilan untuk segera munuju rumah sakit. Kali ini pasiennya penderita pandemi yang sedang melanda dunia. Penyakit itu bernama covid-19. Penyakit yang menjadi momok menakutkan bagi seluruh penduduk dunia.
Kemudian ayah pun sama mendapat panggilan dari staf perusahaan untuk segera ke tempat bekerjanya, karena banyak pengunjung. Mereka kembali disibukkan dengan kegiatan hariannya. Kak Rara dan Dek Ari pun kembali menikmati hari-hari sepi di rumah.
***
Kring… kring…kring… Telepon rumah bordering tepat pukul 24.00. Ibu menelepon dari rumah sakit mengabarkan kalau ibu harus menjalani isolasi mandiri karena terpapar covid-19. Ibu harus menjalani isolasi mandiri. Kak Rara yang baru bangun dari tidur kaget langsung menangis. Dari seberang, ibu terus menenangkan Kak Rara agar tenang karena kondisi ibu masing stabil. Ibu meminta Kak Rara agar tetap di rumah dan menjaga adik. Ternyata ibu telah menyiapkan makanan sehat cukup banyak di lemari pendingin. Setelah Kak Rara kembali tenang, ibu menyudahi pembicaraan.
Pukul 02.00 WIB, Kak Rara kembali mendapat telepon. Kali ini dari ayah. Ayah pun mengabarkan kalau beliau harus menjalani isolasi mandiri seperti ibu. Kak Rara menjerit kaget ambil istigfar. Ayah juga seperti ibu menenangkan Kak Rara dan menyudahi teleponnya.
***
Seminggu sudah tanpa kehadiran ayah dan ibu di rumah. Kak Rara mendapat pembelajaran, bahwa banyak hikmah yang didapat dari latihan kemandirian yang selama ini diajarkan ayah dan ibunya. Kak Rara bersyukur ia dan Dek Ari bisa menjalani hari-harinya dengan baik. Tinggal menunggu ayah dan ibunya kembali sehati.

(Visited 60 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan