Sesal Tiada Guna_Ririe Muzizah_8I_SMPN 1 Cisalak

WhatsApp-Image-2021-04-10-at-16.54.04-1.jpeg

Sesal Tiada Guna

Namanya Desi Olivia, berhidung mancung dan berkulit sawo matang. Gadis kelas 9 itu akan melaksanakan ujian seminggu lagi. Seminggu sebelum ujian tersebut dimulai, pasti semua siswa belajar dengan giat. Tampaknya Oliv, -begitu panggilan akrabnya- pun demikian. Seharian mengurung diri di kamar, hanya sesekali ia melenggang ke dapur untuk mengisi perutnya yang keroncongan.

Saat Oliv mendengar langkah kaki yang berjalan menuju kamarnya, Oliv semakin menyibukkan diri, membaca tumpukkan buku di hadapannya dengan memegang pena di tangan.

“Anak Ayah rajin banget,” sahut Ayah Oliv memuji yang muncul dibalik pintu kamar.

“Ya… jelas, kan mau ujian,” jawab Oliv.

Setelah itu, ayah meninggalkan Oliv di kamar, karena tidak ingin mengganggu anak kesayangannya saat belajar. Oliv menghela napas panjang.

Pada hari ketika Oliv akan melaksanakan ujian, tepat pukul 05.00 pagi dirinya bangun dan langsung membereskan tempat tidur yang masih berantakan, karena gaya tidurnya yang melingkar seperti jarum jam.

Tidak lama kemudian ibunya masuk ke kamar. Ibu pun membantu membereskan tempat tidur. Setelah selesai, Oliv pun langsung pergi ke kamar mandi, karena ia nyaris terlambat. Sesudah mandi, Oliv pun bergegas ke ruang makan untukp sarapan bersama ayah dan ibunya. Ia pun makan dengan lahap.

Setelah sarapan selesai, ia bersiap untuk pergi kesekolah. Oliv pun pergi ke halaman depan untuk memakai sepatu. Disana terlihat ayah Oliv sudah menunggu anak kesayangannya sambil membaca koran. Setelah siap, Oliv pun berpamitan kepada sang ibu.

“Aku berangkat dulu ya Bu,” ujarnya sambil mencium tangan ibunya.

“Jangan lupa berdo’a dulu, semangat ngerjainnya ya sayang,” ucap ibunya menyemangati.

 

“Ya jelas, anak kita kan pinter,” sahut ayah menimpali.

Jarak rumah dan sekolah Oliv lumayan jauh, jadi ayah mengantarnya menggunakan mobil. Di perjalanannya menuju sekolah Oliv membuka buku. Sang ayah tersenyum melihat Oliv yang tampak bersemangat.

Setelah melalui 15 menit perjalanan, mereka pun sampai di sekolah. Di taman sekolah terlihat teman-temannya yang sedang membaca-baca buku. Oliv pun menghampiri mereka. Teman-temannya memuji Oliv, karena hari ini ia terlihat sangat cantik memakai sepatu hitam bercorak ungu. Sepatu yang dibelikan ayahnya untuk menyemangati anak tersayangnya saat ujian. Dia lalu duduk didekat salah satu temannya.

Oliv berkata, “Ngapain sih baca buku di sekolah pas lagi ujian, harusnya tuh di rumah.”

Teman Oliv pun menjawab, “Ya gapapa kali, emang ini ngeganggu kamu?”

“Ya ngga sih, tapi aneh aja liat orang kayak kalian masih terus belajar padahal tetep aja kan nilainya jelak,” ucapnya angkuh.

Teman-temannya tak ada yang menjawab. Mereka hanya menggelengkan kepala mendengar perkataan Oliv demikian.

Pukul 07.15 bel masuk pun berbunyi. Oliv dan teman-temannya bergegas masuk ke kelas. Pak guru pun masuk ke kelas, memimpin doa lantas membagikan lembar ujian. Jantung Oliv berdebar kencang, melihat lembar ujian yang begitu penuh dengan pertanyaan. Ia mengisi soal ujian secara acak.

Waktu ulangan pun selesai, soal dan lembar jawaban dikumpulkan ke depan meja guru. Oliv mengumpulkan paling akhir, karena ia belum selesai mengisi soal tersebut. Bel istirahat pun berbunyi, Oliv dan teman-temannya pergi ke kantin untuk mengisi perut setelah berjibaku mengerjakan soal.

“Eh, tadi soalnya susah banget. Menurut kalian gimana?” tanya Rani teman Oliv.

“Menurut aku biasa aja, bilang aja kalo lo gak belajar,” jawab Oliv.

“Sudah-sudah, cepetan habisin makanannya, bentar lagi masuk kelas,” sahut Caca berusaha menengahi mereka agar tidak bertengkar.

Setelah makan selesai mereka segera menuju kelas kembali. Tidak lama setelah itu guru pun datang dan membagikan soalnya. Pukul 10.30 bel yang dinantikan yaitu bel pulang berbunyi. Oliv pun bergegas pulang. Tampak di parkiran sekolah, ayahnya sudah menunggu.

“Gimana ujiannya?” tanya sang Ayah.

“Ya… gi-gitu deh. Ayah tenang aja, kan aku suka belajar,” jawab gadis itu dengan senyum yang agak dipaksakan.

“Ayah percaya sama kamu,” ucapnya sambil tersenyum.

Oliv dan ayahnya pun masuk ke mobil, dan bergegas pulang. Di depan rumah, ibunya sedang menunggu mereka. Oliv pun menghampiri ibunya,bersalama dan pergi ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah itu Oliv pergi untuk makan.

“Ujiannya gimana? ada soal yang susah?” tanya ibu Oliv.

“Soal yang susah ada tapi gak banyak kok bu,” jawab Oliv.

“Bagus, kamu memang anak hebat” puji ibu.

Setelah seminggu ulangan berlangsung, Oliv dan teman temannya berencana untuk pergi makan di luar bersama. Merayakan ujian yang telah selesai. Oliv memakai dress pemberian ibunya saat ia berulang tahun dua bulan lalu.  Mereka sangat menikmati saat-saat kebersamaan mereka.

“Eh, kalian bakal lanjut sekolah dimana?” tanya Rani.

“Aku sih bakal ke sekolah terfavorit itu loh,” jawab Caca.

“Kalo kamu Oliv? Mau kemana?” tanya Rani penasaran.

“Ya jelas ke sekolah terfavorit lah,” jawab Oliv.

“Semoga aku juga keterima di sekolah itu,” ucapnya Caca dengan penuh harapan.

“Halah, cuman mimpi,” ucap Oliv sambil menatap Caca dengan mata bulatnya.

Caca hanya bisa diam. Ia tahu betul sifat Oliv.

“Tenang aja Ca, kamu pasti bakal keterima kok,” Rani menyemangati Caca.

***

Hari kelulusan pun tiba, semua orang tua pergi ke sekolah untuk mengambil kelulusan anak-anaknya. Ayah dan ibu Oliv sangat menantikan saat-saat itu. Mereka pergi ke sekolah bersama dan memakai baju dengan warna yang senada. Sedangkan Oliv menunggu di rumah saja. Semua orang tua berkumpul di kelas. Dan tiba giliran Oliv, ternyata Oliv pun lulus. Ayah dan ibunya merasa sangat senang. Mereka pun segera mendaftarkan sang anak ke sekolah favorit yang diinginkan.

Oliv dan teman-temannya pun berkumpul di rumah Oliv. Tidak lama kemudian, ada ponsel yang berdering. Ternyata ponsel milik Caca, ayahnya menelpon. Setelah telpon berakhir raut wajah Caca yang awalnya cemas menjadi sangat ceria.

“Alhamdulillah Caca masuk sekolah favorit itu loh,” kata Caca bersyukur.

“Tuh kan, apa Rani bilang, Caca pasti bisa masuk sekolah ini,” ujar Rani.

“Eh, kalo kamu Oliv udah ada kabar?” tanya Caca.

“Aku belum dapet kabar nih,” jawab Oliv gugup.

Setelah beberapa hari, orang tua Oliv baru dipanggil kesekolah. Namun hasil dari sekolah sangat membuat ayah dan ibunya kecewa. Karena ternyata anak tersayangnya tidak bisa masuk ke sekolah tersebut dikarenakan nilainya kurang. Ayah dan ibu Oliv heran, pasalnya setiap hari mereka melihat Oliv belajar dengan sungguh-sungguh di kamarnya, tetapu mengapa tidak bisa diterima. Mereka pun pulang dengan wajah sedih.

“Gimana bu? hasilnya udah pasti masuk kan?” tanya oliv penasaran saat ibu memasuki pintu rumah dan mengucap salam.

“Kamu belajar gak sih?!” tanya Ayahnya kesal.

“Ma… Maksud ayah?” tanya Oliv dengan bingung.

“Oliv, kamu harus mendaftar ke sekolah lain sayang,” jawab ibunya diikuti dengan air mata yang mengalir di kedua pipiny.

Mendengar hal itu Oliv langsung pergi ke kamar, mengurung diri sambil menangis. Oliv pun memberanikan diri untuk berbicara kepada orang tuanya akan hal ini. Tampaknya orangtuanya sedang bertengkar soal Oliv yang gagal diterima di sekolah favorit. Oliv merasa sangat menyesal karena ia tidak belajar saat akan melaksanakan ujian.

“Ayah, Ibu, Oliv minta maaf,” ujar Oliv sesaat setelah ia keluar dari kamarnya sembari menangis, “se-sebenernya aku gak belajar waktu mau ujian, aku minta maaf ayah, Ibu.”

“Bagus…berani bohong kamu ya sama orang tua,” kata ayahnya dengan nada kesal.

“Ma-Maafin Oliv Ayah, Oliv salah. Oliv banyak main hp, bukannya belajar,” jawab Oliv ketakutan.

“Ya jelas kamu salah! Udah mending gak usah sekolah kalo gini!” bentak ayah Oliv.

“Kenapa kamu bohong? Begini kan jadinya…,” tanya ibu.

“Maafin aku Ayah, Ibu, Oliv janji ga bakal bohong lagi, juga janji akan belajar dengan rajin,” jawabnya sambil mengusap air mata. Ibu pun membelai lembut kepala anak perempuan berwajah manis itu.

Kedua orangtua Oliv lalu mencari sekolah yang masih menerima siswa. Setelah berusaha dalam beberapa hari, ada satu sekolah yang bersedia menerima. Oliv pun langsung mendaftar meski itu bukan sekolah impiannya. Apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan Oliv tiada guna. Namun ia tampaknya jera, dan tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.

(Visited 231 times, 1 visits today)

4 thoughts on “Sesal Tiada Guna_Ririe Muzizah_8I_SMPN 1 Cisalak

Tinggalkan Balasan