Menyesal_Siska Jamilatullatifah_SMPN 1 Cisalak

Foto-siska.jpeg

Menyesal

Sekolah di masa pandemi sangatlah tidak mudah, Sekolah online banyak dikeluhkan siswa. Banyak yang mulanya pintar menjadi malas, contohnya Disya. Dulu dia adalah seorang murid yang selalu dibangga-banggakan oleh guru, tetapi sekarang Disya layaknya orang punya hutang yang ditagih oleh rentenir.

Sangat berbanding terbalik dengan dulu, ia kini menjadi orang yang pemalas. Meskipun sudah ditagih berkali-kali, Disya tetap enggan mengerjakan tugas. Disya berasal dari keluarga sederhana, tetapi kedua orang tuanya bekerja. Sibuk bekerja, sehingga tidak tahu bahwa anaknya tidak pernah mengerjakan tugas selama sekolah online ini.

Kini, Disya kelas delapan SMP. Sekarang masih semester satu. Jika tugas harian, Disya memang jarang sekali mengerjakan, tetapi saat ulangan ia selalu mengerjakan karena takut dikeluarkan.

Yang membuat Disya malas mengerjakan tugas adalah karena tugasnya yang sudah menumpuk. Dulu, pelajaran favoritnya adalah matematika, tapi sekarang ia tidak suka matematika.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh, Disya sudah bangun. Ia menuju meja makan untuk sarapan, di sana sudah terlihat ada Ibu dan Ayahnya, mereka akan berangkat kerja. Ibunya biasa pulang pukul empat, dan Ayahnya pukul enam sore.

“Disya kamu udah bangun, siap-siap belajar daring ya?,” tanya Ibu Disya, Ayu.

Boro-boro, orang abis ini aja mau tidur lagi, batin Disya. Ia memang terbangun karena lapar, semalam tidak makan karena kebablasan nonton drama korea

“Iya nih Bu,” bohong Disya. Ia terpaksa berbohong karena jika tidak, ia akan kena marah ibunya.

“Rajin banget anak Ayah,” ucap Ayah Disya, Amar, sambil mengusap rambut putri semata wayangnya itu.

“Hehe, iya,” Disya tersenyum hambar.

“Ayah sama Ibu berangkat dulu ya, kamu lanjutin sarapannya.” ucap Ibunya.

Disya pun menyalimi kedua orang tuanya. Ibu dan Ayahnya pun berangkat. Melihat mereka berlalu, Disya pun buru-buru menyudahi sarapannya. Setelah selesai sarapan, ia langsung pergi ke kamar. Ia melanjutkan tidurnya!

***

Disya terbangun dari tidurnya, ia melihat jam dinding, ternyata sudah pukul sepuluh.

“Lama juga ya aku tidurnya,” batinnya

Ia pun beranjak dari tidurnya menuju kamar mandi. Setelah selesai, Disya melanjutkan menonton drakor yang semalam tertunda karena ketiduran. Tanpa membuka aplikasi whatsapp untuk mengecek tugas tentunya. Absen pun ia jarang sekali.

Merasa bosan, ia keluar kamar untuk mencari makanan di kulkas. Ia pun membawa makanannya ke kamar, Disya akan melanjutkan kegiatannya tadi. Namun ketika asik menonton, ada yang menelponnya. Ternyata gurunya, ia sungguh bingung akan menjawab apa, ia pun memilih membiarkan ponsenya terus berdering. Disya sudah terbiasa di telepon oleh gurunya seperti itu, kadang ia angkat, dan mengatakan akan segera mengerjakan tugasnya itu, padahal tidak. Ia malas membuka whatsapp karena ia tahu, isi room chat-nya pasti penuh dengan guru yang menagih tugas.

***

Tidak terasa, hari ini adalah pembagian  rapor. Namun Disya sudah pasrah dengan nilai di rapornya. Ia juga tidak memiliki nilai tambahan karena tidak mengikuti ekstrakurikuler apapun.

Sungguh Disya takut Ibunya mengetahui bahwa dirinya selama ini jarang sekali mengerjakan tugas. Sejak tadi pagi, Ibunya sudah berangkat ke sekolah untuk mengambil raport, Disya tidak ikut. Setelah lama menunggu, akhirnya Ibunya pulang. Disya pun menghampiri Ibunya. Namun saat Disya hendak bicara, Ibunya bertanya lebih dulu.

“Disya kenapa kamu bohong sama Ibu?,” tanya ibunya dengan nada kecewa.

“Maaf Bu,” ucap Disya sambil menundukkan kepalanya, ia tidak berani menatap Ibunya ketika sedang marah.

“Kenapa kamu jarang ngerjain tugas, ngapain aja kamu di rumah?” tanya Ibunya lagi.

Disya tidak menjawabnya, ia tetap menundukkan kepalanya.

“Sekarang Ibu maafkan kamu, tapi nanti di semester dua jangan diulang lagi,” ucap Ibunya yang lantas meninggalkan Disya. Karena penasaran, ia membuka rapornya. Ia sangat terkejut melihatnya, nilai-nilainya sangat jauh berbeda dengan sebelumnya, tapi Disya sudah menduga hal ini.

***

Seperti biasa, Disya bangun pukul setengah tujuh, tetapi ketika ia mencari-cari, ponselnya tidak ada. Disya panik, seingatnya ia menaruhnya di atas meja di kamarnya. Ia pun memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu, seperti biasa di sana sudah ada ayah dan ibunya. Disya pun duduk.

“Hp kamu Ibu sita, lagian kan sekarang udah mau libur panjang,” ucap Ibu Disya.

“Ih, kok disita sih,” ucap Disya.

“Ayah yang suruh,” Amar menyahut.

Mendengar itu, Disya bangkit dari duduknya lalu melenggang pergi ke kamar lagi. Ia kini sungguh bingung mau ngapain aja, karena keseharian Disya adalah bermain ponsel. Disya pun memutuskan untuk mandi, rencananya ia akan pergi keluar untuk jajan. Setelah selesai mandi, ia pun bersiap-siap keluar kamar. Ternyata Ayah dan Ibunya sudah berangkat.

“Bagus deh,” batin Disya.

Disya berangkat dengan Angkot. Ketika di angkot dia tidak sengaja bertemu dengan teman sekelasnya, sang ketua kelas, Kayla.

“Eh, Disya ya?” tanya Kayla.

“Iya,” jawab Disya.

“Kamu kok jarang banget absen?” tanya Kayla lagi.

Disya hanya tersenyum.

“Kok nggak papa sih, banyak guru yang sering nanyain kamu ke aku,” ucap Kayla “Males aja,” ucap Disya sekenanya.

“Ih, gak boleh gitu tau. Kalo kamu gitu terus, bisa-bisa dikeluarin dari sekolah.” ujar Kayla, “yaudah, aku duluan ya, udah nyampe nih.” pamit Kayla.

Disya hanya mengangguk.

***

Libur panjang telah usai, belajar daring sudah dimulai sejak satu minggu yang lalu. Ponsel Disya yang disita oleh Ibunya sudah dikembalikan sejak dua Minggu lalu. Namun, Disya tetaplah Disya, ia tetaplah pemalas. Tidak tahu harus bagaimana lagi ibunya menasehati. Keseharian Disya adalah bermalas-malasan. Sudah berapa kali ia dipanggil oleh gurunya, tetapi ia tidak menyampaikannya pada Ibunya. Ia memilih acuh.

Hari ini Disya sedang ingin mengerjakan tugas, ia pun membuka whatsapp, banyak chat lama dari gurunya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata telepon dari wali kelasnya, ia mengangkatnya.

“Halo, Disya,” ucap wali kelasnya dari seberang sana.

“Iya Bu, ada apa ya?” tanya Disya.

“Kamu kenapa jarang sekali mengerjakan tugas, Disya?”

“Ini baru mau ngerjain tugas,” jawab Disya.

“Sudah berapa kali kamu ngomong begini, tapi apa buktinya? Gak ada tugas masuk satu pun ke saya.’ ucap wali kelasnya, Bu Lina.

“Kali ini beneran Bu” ujar Disya.

“Ya udah saya tunggu, kamu bisa saja dikeluarkan dari sekolah loh kalo kaya gini terus,” ucap Bu Lina.

“Iya Bu.”

“Saya tutup teleponnya ya, jangan lupa dikerjakan tugasnya,” ujar Bu Lina lalu memutuskan sambungannya.

Sungguh Disya malas sekali untuk mengerjakan tugas, ia pun memutuskan untuk mengerjakannya nanti malam.

Malam pun tiba, tetapi Disya sangat mengantuk. Ia masih menahan kantuknya itu, ia pun mencoba mengerjakan tugas. Lama kelamaan, ia tidak bisa menahan kantuknya, lalu tertidur di atas meja belajar.

***

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sekarang adalah hari pertama Disya PTS. Jika ditanya bagaimana tugas yang kemarin? maka jawabannya adalah Disya tidak pernah selesai mengerjakannya. Ia selalu saja menunda-nunda.

Jam menunjukkan pukul tujuh, ia sudah memantau ponselnya sedari tadi, sebenarnya ia masih mengantuk karena semalaman terjaga menonton film.

Ponselnya bergetar, Disya pun membukanya, ternyata gurunya sudah memberikan tugas. Ia pun mengerjakannya, tetapi ketika ditengah-tengah sedang mengerjakan, ia kesulitan.

“Ih, ini gimana sih, gak ngerti,”’ batin Disya, “ah, nanti aja deh ngerjainnya, lagian masih ngantuk.”

Disya pun tertidur lagi. Ya, seperti itulah Disya. Menunda-nunda tugas yang guru berikan.

Satu minggu sudah berlalu, PTS telah usai. Disya tidak mengerjakan satu pun PTS yang guru berikan, ia begitu malas mengerjakannya. Jam menunjukkan pukul enam pagi. Disya sudah bangun, ia langsung bermain-main dengan ponselnya. Tiba-tiba hpnya berdering, Bu Lina yang menelpon. Disya mengangkatnya.

“Halo, Disya,”

“Iya Bu, ada apa?”

“Kamu nanti jam sepuluh ke sekolah ya,”

“Emang ada apa, Bu?,”

“Udah, ke sekolah aja, sama ibu kamu juga ya,” ucap Bu Lina lalu memutuskan sambungan teleponnya.

Disya pun mengabari Ibunya jika ia dipanggil ke sekolah.

***

Disya dan Ibunya sudah tiba di sekolah. Sekolah sangat sepi, di parkiran juga cuman ada beberapa motor dan mobil milik beberapa orang guru. Sesuai perintah, Disya dan Ibunya menuju ruangan kepala sekolah lalu mengetok pintunya. Setelah dipersilahkan masuk, ia dan Ibunya pun masuk. Di sana sudah tampak Pak Kepala Sekolah, dan juga wali kelasnya.

“Maaf Pak, Bu. Kalau boleh tau ada masalah apa?” Tanya Ayu.

“Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya, dengan berat hati Disya kami keluarkan dari sekolah ini.” ucap Kepala Sekolah.

Ayu kaget bukan main, begitu juga dengan Disya.

“Tapi kenapa Pak?” tanya Ayu.

“Disya selama semester dua ini tidak pernah mengerjakan tugas, dari semester satu pun begitu,” ucap Bu Lina.

“Bu, saya minta maaf tapi kasih saya kesempatan,” Disya memohon.

“Saya sudah beberapa kali ingatkan kamu kan, pihak sekolah sekarang sudah tidak bisa mentolelir lagi.” ucap Bu Lina lagi.

Disya hanya bisa pasrah, ia sangat-sangat menyesal membuang-buang waktu untuk hal tidak jelas.

***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(Visited 32 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan