Kisah di Balik Makhluk Kecil Menyeramkan_Ririe Muzizah_SMPN 1 Cisalak

Foto-Ririe.jpeg

Kisah di Balik Makhluk Kecil Mengerikan

Pada masa pandemi seperti ini, mencari uang adalah hal yang sulit apalagi bagi mereka, para pedagang kecil. Untuk makan sehari-hari pun belum tentu. Pandemi membuat semua orang takut untuk keluar rumah. Jadi, jarang sekali orang yang membeli barang di luar rumah.

Seperti halnya Pak dodo, seorang penjual kaki lima. Usianya sekitar 56 tahun. Setiap hari dia berjalan kesana kemari, sambil mendorong gerobak rujaknya. Dari pagi hingga sore, ia bisa berjalan sekitar 15 km dari rumahnya untuk mendapatkan uang. Dalam sehari pak Dodo bisa menjual sekitar 30 bungkus rujak, jika habis. Namun di masa pandemi ini yang laku hanya sekitar 10 sampai 15 bungkus saja. Harga setiap bungkus rujak dibandrol dengan harga sekitar  Rp 5.000,00 saja.

Pak Dodo mempunyai 2 orang anak, seharusnya mereka masih sekolah tapi karena tidak ada biaya mereka tidak bersekolah. Mereka membantu Pak Dodo dan istrinya mencari uang. Anak pertama Pak Dodo yaitu Adrian setiap hari keliling berjualan lontong buatan ibunya. Amel adalah anak kedua Pak Dodo, setiap hari ia membantu ibunya membuat lontong di rumah.

Setiap hari, setelah berjualan mereka selalu mengumpulkan uang hasil berdagang untuk membeli bahan makanan. Seperti beras, sayur dan lauk, juga membeli kebutuhan untuk mandi dan mencuci. Hari ini mereka makan dengan sayur ditemani tempe goreng. Hanya dengan itu anak-anak merasa bahagia, karena makan tempe goreng bagi mereka seperti memakan ayam goreng. Karena dengan bisa makan hari ini saja sudah merupakan sebuah anugerah bagi mereka.

Setelah selesai makan, Adrian dan Amel membatu ibunya membereskan piring. Ibu Amel pun mencuci piringnya. Lalu mereka bersiap-siap untuk tidur. Mereka tidur di satu kasur yang sama. Kasur yang mereka tiduri pun sudah rusak, robek di beberapa sisi. Namun Adrian dan Amel selalu bersyukur karena masih bisa tidur di tempat yang teduh. Banyak anak-anak lain yang tidur di depan ruko.

Sebelum tidur, Pak Dodo memanggil mereka berdua. Mereka menghampiri Pak Dodo, lalu Pak Dodo mengambil tas dagangnya yang berisi uang Rp 5.000,00. Uang itu Pak Dodo sisipkan untuk mereka berdua. Pak Dodo berniat untuk memberi uang tersebut kepada mereka. Namun Adrian dan Amel menolak uang tersebut, karena mereka tau betapa susahnya mencari uang itu. Tidak seperti anak yang lain, jika tidak diberi uang jajan mereka akan menangis. Pak Dodo dan istrinya sangat bersyukur mempunyai anak-anak seperti mereka berdua.

“Ini uang jajan untuk kalian berdua,” kata Pak Dodo sambil menyerahkan uang kepada Adrian dan Amel.

“Tidak Pak, simpan saja uang itu. Lagi pula kami tidak ingin jajan,” jawab Adrian sambil tersenyum.

“Iya Pak, kami tidak ingin jajan. Jika kami mau kami akan meminta uang itu,” tambah amel.

“Alhamdulillah, Bapak bersyukur sekali mempunyai anak-anak seperti kalian berdua,” ujar Pak Dodo yang lantas memeluk Adrian dan Amel dengan sangat erat.

Setelah itu Adrian dan Amel tidur, karena besok mereka harus berjualan kembali. Pak Dodo dan istrinya berbincang-bincang tentang kebutuhan rumah yang sudah habis dan tidak tersisa lagi. Beras untuk besok pun tidak ada. Nasi yang tadi adalah nasi terakhir yang mereka punya hari itu. Istri Pak Dodo cemas akan hal ini.

“Pak, beras sudah habis,” ucap istri Pak Dodo cemas.

“Ya sudah, besok setelah Bapak pulang, Bapak beli beras ya bu,” jawab Pak Dodo sambil tersenyum.

***

 

Pada pukul 04.00 pagi biasanya Pak Dodo dan istrinya bangun. Mereka selalu salat tahajud bersama. Lalu mereka bersiap-siap untuk dagang. Pak Dodo menyusun buah-buahan untuk berjualan rujak, sedangkan istri Pak Dodo membereskan rumah terlebih dahulu seperti mencuci baju, mencuci piring, dan menyapu. Tak lama, Adrian dan Amel pun bangun, mereka salat subuh lalu membantu ibunya membuat lontong.

Isrti Pak Dodo pun ikut membantu mencari uang. Seperti menjadi pembantu di rumah seseorang. Kadang, istri Pak Dodo mencucikan  pakaian dari beberapa orang tetangga mereka. Namun memang upah yang didapat tidak seberapa, tetap saja istri Pak Dodo tidak menyerah. Anak keduanya yaitu Amel hanya berdiam diri di rumah, menunggu ibunya pulang. Amel tidak pernah bermain setelah adanya corona ini. Ia tidak berani dan menjadi takut untuk keluar rumah. Semua anak di kampungnya tidak pernah bermain lagi sekarang. Mereka hanya berdiam diri di rumah, karena pemerintah memberlakukan lockdown.

Hingga pada suatu hari, Pak Dodo tidak mendapatkan pelanggan sama sekali. Tidak ada satupun pembeli hari itu. Adrian pun berjualan saat itu hanya laku dua lontong saja. Pak dodo tidak putus asa, ia berjualan sampai malam. Namun tidak ada satupun yang membeli rujak pak dodo. Pak dodo sangat amat sedih karena tidak mendapatkan uang hari itu. Bagaimana untuk memberi makan anak-anak dan istrinya. Hingga malamtiba, ia memutuskan untuk pulang.

Pada saat pak Dodo masuk rumah, terlihat di tengah rumah Adrian dan Amel tidur sambil memegangi perutnya. Pak dodo sampai menangis melihat anak-anaknya belum makan dari pagi hingga malam ini. Istri pak dodo pun menghampirinya.

“Mereka tadi menangis minta makan, tapi ibu gak ada beras buat makan pak,” kata istrinya sambil menunduk meneteskan air mata

“Maaf Bu, hari ini Bapak gak dapet uang. Hari ini gak ada yang beli rujak,” sambil mengusap air mata yang sedari tadi sudah memenuhi kelopak matanya.

***

 

Pagi hari ini dipenuhi embun bening dan sejuk. Pak Dodo bersiap untuk berjualan. Kali ini ia akan berjalan lebih jauh dari biasanya. Walaupun ia belum makan sedikit pun dari kemarin. Rasa laparnya hilang saat ia memikirkan anak-anaknya. Hari ini Adrian juga tidak berjualan, karena bahan untuk membuat lontong sudah habis.

Jam menunjukkan pukul 12.00. Matahari kini tepat di atas kepalanya. Keringat bercucuran, sesekali Pak Dodo mengusapnya. Ia pun mengambil botol yang berisi air putih di dalam laci gerobaknya, lantas meneguknya. Jalanan sangat ramai. Kemacetan pun terjadi. Setelah beberapa menit, ada yang menghampirinya. Dia membeli 1 bungkus rujaknya. Dia adalah pelanggan pertama. Pak Dodo sengaja menambah porsi rujak tersebut. Namun saat rujaknya selesai, dia pergi berlari tanpa membayar. Pak Dodo sengaja tidak mengejarnya, mungkin ini ujian dari Yang Maha Kuasa untuknya. Ternyata pria di belakangnya melihat kejadian itu. Dia langsung menghampiri Pak Dodo.

“Pak kenapa gak dikejar?” tanya pria itu.

“Mungkin dia ingin dan tidak punya uang untuk membelinya, jadi biarkan dia makan itu,” jawab Pak Dodo.

“Mulia sekali hati bapak ini, ternyata masih ada orang yang baik seperti bapak,” ucap pria itu.

Pria itu pergi. Pak Dodo kembali berkeliling. Namun, sudah pada pukul 16.00 belum ada yang membeli rujaknya. Pak Dodo pun pergi mencari mesjid untuk salat ashar terlebih dahulu. Sesampainya di sana ia pergi untuk mengambil air wudu. Lalu melaksanakan sholat berjamaah. Ia berdo’a agar ada yang membeli rujaknya untuk anak-anaknya makan. Setelah keluar dari masjid, Pak Dodo melihat dua anak kecil yang sedang makan sepotong roti di teras masjid. Pak Dodo menghampiri mereka.

“Nak, orang tua kalian kemana?” tanya Pak Dodo.

“Udah gak ada Pak,” jawab mereka.

“Kalian belum makan?” tanya Pak Dodo lagi.

“Udah Pak, tadi makan roti dikasih dari warung depan,” sambil menunjuk warung yang tak jauh dari mesjid.

“Kalian masih lapar?” tanya Pak Dodo.

“Gak kok Pak, kita udah kenyang,” jawab mereka.

Pak Dodo sangat tidak tega melihat mereka. Lalu Pak Dodo membuatkan mereka rujak. Jika tidak ada yang membeli lebih baik diberikan kepada orang lain yang membutuhkan. Pak Dodo membuat dua bungkus rujak. Lalu menghampiri mereka kembali.

“Ini untuk kalian nanti,” Pak Dodo menyodorkan dua bungkus plastik rujak tersebut.

“Tapi kita gak ada uang Pak,” jawab mereka.

“Ini Bapak kasih buat kalian. Kalo uang Bapak gak punya, adanya rujak. Gak apa-apa ya?” ucap Pak Dodo.

“Alhamdulillah, makasih Pak,” jawab mereka.

Pak Dodo pun pulang. Walaupun tidak membawa uang seperser pun Pak Dodo berencana untuk meminjam uang kepada tetangganya untuk makan anak-anaknya hari ini. Pak Dodo tidak tega jika hari ini anaknya tidak lagi makan.

Sesampainya di rumah Pak Dodo langsung membuka pintu tidak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu. Saat membuka pintu Pak Dodo kaget. Di tengah rumah sudah ada sebakul nasi lengkap dengan lauk pauk. Lalu Pak Dodo memanggil Istri dan anaknya. Keluarlah mereka dari dapur. Istri Pak Dodo membawa piring yang isinya beberapa potong ayam goreng.

“Loh, ini uang darimana Bu?” tanya Pak Dodo bingung.

“Dari kantor desa Pak,” jawab Adrian seraya tersenyum.

“Alhamdulillah, ada bantuan dampak corona dari pemerintah,” ucap istrinya.

“Ayo makan Pak, hari ini ibu masak ayam goreng!” ajak Amel tidak sabar.

Mereka pun berdoa terlebih dahulu. Pak Dodo makan sambil menahan tangis bahagianya. Ia sangat senang melihat anak-anaknya makan. Pak Dodo tidak berhenti mengucap syukur atas rezeki hari ini.

***

 

 

(Visited 43 times, 1 visits today)

2 thoughts on “Kisah di Balik Makhluk Kecil Menyeramkan_Ririe Muzizah_SMPN 1 Cisalak

  1. Ceritanya menarik sangat menyayat hati,semoga kita selalu di berikan kesehatan dan rezeki yang berlimpah,amin..

Tinggalkan Balasan ke Triana Ayuningtyas Batalkan balasan