Kecanduan
“Gak mau ah Bun, aku itu maunya main game!” ucap Arini.
“Kamu itu harus belajar Rin, anak sekolah kewajibannya belajar, bukan main game!” bentak ibunya
Arini pun mendengus kesal. Ya, ia adalah anak yang malas belajar, lebih memilih main game daripada belajar. Ibunya marah-marah setiap hari, tapi Arini tidak mempedulikannya.
Malam pun tiba. Dan Arini masih bermain game. Hingga dia tidak sadar sudah bermain game selama 5 jam! Dia terkejut lalu segera mematikan ponselnya dan bergegas untuk mandi.
Ketika hendak keluar kamar, dia pun berpapasan dengan ayahnya.
“Arini? Astagfirullah… kamu belum mandi?” tanya ayahnya.
“Belum Yah, aku sekarang mau mandi kok,” ucap Arini dengan senyum menyeringai.
“Ya udah sekarang kamu mandi dulu, udah selesai mandi kamu ke kamar Ayah ya, Bunda sama Ayah mau bicara hal yang penting sama kamu,” ucap ayahnya yang lantas pergi.
Arini sangat penasaran dengan apa yang mau dibicarakan kedua orang tuanya, tapi dia juga merasa aneh karna tidak biasanya ayah dan ibunya ingin bicara dengan serius kepada Arini. Setelah selesai mandi, Arini pun segera pergi menuju kamar mereka.
“Arini, duduk kamu!” ucap ibunya.
“Emang ada apa sih? Gak kaya biasanya,” ucap Arini merengut.
“Arini, kamu tau gak dampak keseringan main game? Dari main game itu bisa menyebabkan sakit mata, suka loading terus alias gak fokus kalo ngobrol sama orang, terus jadi lupa waktu, bener ga? Kamu itu sejak main game sekarang jadwal kegiatan kamu jadi berantakan, tidur larut malem, kalo libur sarapan kesiangan, belajar jadi males, gara-gara apa itu coba?! Game kan? Terus kalo Bunda atau Ayah nyuruh gak mau karna fokus ke game. Tadi bunda yang bicara ke ayah tentang ini, main game boleh tapi ga setiap waktu juga. Mata rusak tau nanti, mau jadi rabun kamu? mau ga?” ucap ayahnya.
Mendengar ayahnya berbicara seperti itu, Arini malah menangis.
“Bukan nangis, tapi dengerin, pahami, ingat-ingat, dan lakukan!” ucap sang ibu.
Ayahnya pun akan menegaskan bahwa dia akan menyita ponselnya untuk sementara waktu sampai Arini berubah. Arini pun hanya bisa pasrah walau dia tidak ingin ponselnya diambil paksa oleh orang tuanya.
***
Hari ini Arini pergi ke sekolah jam setengah 6 pagi. Dia berangkat diantar oleh ayahnya. Ketika sudah sampai di sekolah, Arini pun langsung berjalan menuju kelasnya. Ketika sampai di kelas, dia melihat sahabatnya, Silvi sedang menunggu dirinya sambil menggambar. Melihat sahabatnya tersebut sudah datang, Silvi pun menyapa Arini.
“Rin, udah ngerjain PR IPA dari ibu guru belum?” tanya Silvi.
“Astagfirullah lupa, aduhhh… gimana dong aku belum ngerjain, aduh,” ucap Arini panik.
Ketika sedang mencari cara agar dia tidak dimarahi gurunya karena tidak mengerjakan PR, tanpa Arini sadari ternyata ibu guru sudah datang ke kelasnya.
“Selamat pagi anak-anak, semoga kita selalu dalam lindungan Allah Yang Maha Kuasa, dan jangan lupa sering-sering belajar ya di rumah. Oke silakan kalian keluarkan buku IPA dan kumpulkan PR yang kemarin sesuai urutan absen ya,” ucap ibu guru.
Arini sangat panik dan tidak tahu harus melakukan apa, dan tiba saatnya namanya dipanggil oleh bu guru.
“Arini Syafidatul Azzahra, silakan ke depan dan kumpulkan PR-nya ya,” panggil bu guru.
“M-maaf bu, Arini lupa ngerjain PR,” ucap Arini sambil mengangkat tangannya.
“Kok bisa lupa? Apa kamu sibuk? Tidak bisakah kamu meluangkan waktu 1 jam saja hanya untuk mengerjakan 5 soal. Apa tidak bisa Arini?” tanya ibu guru. Arini yang mendengar itu pun langsung tertunduk lesu.
“Baik, tidak ada alasan apapun sekarang kamu keluar lalu hormat kepada bendera merah putih sampai jam pulang!” ucap ibu guru.
Arini pun tidak bisa menolak dan hanya bisa pasrah. Arini pun dihukum sampai jam pulang, lalu ketika dia pulang dan dijemput ayahnya, ayahnya bertanya kenapa muka Arini sangat pucat. Lalu Arini jujur menjawab kalau dia mendapat hukuman karena lupa mengerjakan PR. Mendengar itu ayahnya sangat marah dan tidak mengizinkan Arini menggunakan ponselnya lagi. Bahkan ketika sampai di rumah pun Arini dimarahi oleh ibunya.
“Arini, dengerin Bunda baik-baik. Pokonya Bunda gamau ya kalau sampai hal ini terulang lagi, kalau sampai terulang lagi kamu harus siap terima hukumannya!” bentak ibunya.
***
“Aduh di mana sih?” gumam Arini.
Arini saat ini sedang mencari ponsel yang telah disita ayahnya. Setelah berjam-jam mencari dia menemukan ponselnya di dalam lemari baju ayahnya, kemudian dia pun pergi ke kamarnya lalu bermain game sampai hampir larut malam. Dia sibuk main game sampai lupa menghapal kalau besok dia akan melaksanakan ulangan harian di sekolahnya.
Tak terasa Arini bermain game hingga pagi menjelang. Ketika melihat jam dia sangat kaget. Dia sangat mengantuk tapi bagaimanapun hari ini dia harus sekolah. Ketika Arini sedang sarapan, orang tuanya heran melihat Arini yang matanya terlihat sangat mengantuk.
“Rin, kok mata kamu sayu gitu kayak ngantuk gitu, kenapa?” tanya ibunya.
“Ehh..emm, gapapa kok bu hehe,” ucap Arini berbohong.
***
Sesampainya di sekolah, ibu guru memberikan soal ulangan harian. Arini pun terkejut karena tadi malam dia tidak menghapal untuk ulangan hari ini.
“Sil, nomer lima isinya apa?” tanya Arini mencoba mencontek.
“Ini kan ulangan Rin, jangan nyontek lah masa nyontek, gimana sih kamu?” ucap Silvi.
“Aduhh gimana ni… aku gatau jawabannya, emm ngasal aja lah biarin!” batin Arini.
Arini pun mengerjakan soal ulangannya selama kurang lebih 30 menit. Itu pun dengan jawaban yang asal-asalan saja. Sesampainya di rumah Arini langsung pergi ke kamarnya lalu bermain game tanpa sempat mengganti baju seragamnya. Ketika sedang asik-asiknya main game tiba-tiba ibunya membuka pintu kamar Arini. Ia lalu memarahinya.
“Arini! Sini kamu!” bentak ibunya.
“K-kenapa Bun?” ucap Arini sambil menyembunyikan ponsel dengan kedua tangan di belakang tubuhnya.
“Tadi ibu guru wali kelas kamu nelpon Bunda, katanya nilai ulangan kamu jelek! Apa kamu gak mau masa depan yang cerah Arini? Kamu gak ingin ayah sama bunda bangga sama kamu?” bentak ibunya.
Arini hanya diam sambil menangis.
“Kamu itu bukannya nangis, tapi pahami cerna dan lakukan! Nangis gak ada gunanya, lagipula gak akan ada orang yang belain kamu. Sekarang Bunda cuman pengen kamu jawab pertanyaan Bunda kenapa kamu malas belajar?” ucap ibunya.
“Aku gak suka belajar bunda, aku lebih suka main game. Belajar itu musingin tau ga Bunda, aku bosen belajar terus,” ucap Arini.
“Arini, masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak seberuntung kamu. Ketika mereka ingin belajar mereka harus melakukan perjuangan terlebih dahulu, mulai dari perjalanan yang jauh ke sekolah dan mereka melakukannya dengan berjalan kaki, lalu mereka tidak punya uang untuk membeli tas, sepatu, topi, seragam, sampai-sampai mereka ke sekolah bukan menggunakan tas tapi kantong keresek. Lalu mereka menggunakan sendal bukan sepatu, tapi mereka masih semangat dalam belajar. Coba kamu, semua fasilitas untuk sekolah udah lengkap, ke sekolah dianter pake mobil, kamu itu harus bersyukur Arini! Makanya mulai saat ini Bunda minta kamu harus semangat dalam belajar ya!” ucap ibunya, “Nih coba lihat. Apa kamu belum baca berita hari ini? Seorang anak meninggal karena diduga kecanduan main game.”
Arini ketakutan mendengar berita yang disampaikan ibunya.
“Maafin aku ya Bunda, aku janji bakal rajin belajar dan gak males belajar lagi,” ucap Arini.
Sang ibu pun memeluknya dengan hangat.
***