Syahida Parmawati_PERANTARA MENUJU IBU_SMPN 3 Subang

syahida.jpeg

PERANTARA MENUJU IBU

Pagi yang cerah matahari bersinar dengan terangnya, cahaya sudah mulai mengintip dari jendela yang masih tertutup gorden. Seorang gadis yang bernama Grisya menggeliat dan bangun dari tidurnya. Lalu ia segera membereskan tempat tidurnya dan segera menyuci pakain, mencuci piring, menyapu, dan mengepel. Grisya tidak memasak karena yang memasak adalah neneknya. Hari ini hari libur, Grisya membereskan semua pekerjaan rumah.

Setelah semua beres, handphone-nya berdering lalu Grisya mengangkatnya, “Halo bi! gimana kabarnya? ibu dimana? Grisya kangen banget sama ibu.” Ucapnya antusias. “Sya yang sabar ya.” Ucap teman ibunya yang bekerja menjadi TKW juga. “Sabar kenapa bi?” Tanya Grisya heran. “Ibu kamu udah meninggal, semalam tabrakan  jadi di makamkan di sini.” Ucapnya ditelpon. “Bibi bercanda? ga mungkin bi, bibi pasti bohong, ibu di mana bi? jangan bohong bi, ibu pasti masih ada kan?” Ucap Grisya gemetar menahan tangis. “Bibi ga bohong sayang, maafin bibi baru kabarin sekarang.” Saking lemasnya tak terasa handphone yang ia genggam terjatuh dan tubuhnya pun lemas hingga tidak mampu berdiri lagi. “Ya Allah Grisya, ada apa nak.” Neneknya menghampiri Grisya dengan rasa khawatir. “Ibu meninggal nek ibu di makamkan di sana. Nek Grisya ga bisa hidup tanpa ibu, cukup cuman ayah doang yang tinggalin Grisya ibu jangan, ibu ga boleh pergi Nek.” Grisya menangis sejadi-jadinya dipelukan Neneknya, neneknya juga ikut menangis. “Grisya bukannya kuat? Grisya ga boleh nangis ikhlasin ibu, tunjukin Grisya bukan anak manja lagi, Grisya kuat.” Bujuk neneknya dan mengajak Grisya membaca surah Yasin. Setelah yasinan Grisya pergi ke kamar, di kamar Grisya menangis sejadi-jadinya hingga tertidur.

Pajar sudah mulai terbit di ufuk timur, mentari sudah mulai bersinar menggantikan bulan. Grisya bangun dari tidurnya, “Astaghfirullah innalilahi ibu, maafin Grisya ga nemenin di masa terakhir ibu.” Grisya pun kembali menangis dan Grisya mengingat kata-kata neneknya semalam. “Ayo Grisya ingat kata nenek jangan nyerah semangat buktiin ke ibu sama ayah Grisya kuat, ohh iya baru inget kan sains nasional hadiahnya jalan-jalan ke Malaysia, gua bisa liat makam ibu, Grisya semangat gua pasti bisa.”Sambil mengelap air matanya Grisya tersenyum walaupun hati masih larut dalam kesedihan. Akhirnya Grisya bersiap-siap akan berangkat ke sekolah, seolah-olah tidak terjadi apa-apa ia tidak mau jika dirinya dikasihani.

“Pagi Grisya, masih inget kata-kata nenek? jangan nyerah, Grisya kuat.” Ucap neneknya yang berusaha menghibur Grisya, “iya nek ga bakal, oh iya nek Grisya baru inget ada lomba Sains Nasional hadiahnya jalan-jalan ke Malaysia, siapa tau aja kan menang nanti Grisya biar bisa liat makam ibu, walaupun Grisya ga suka Sains Grisya bakal berusaha.” Dengan senyum yang berusaha menutupi luka. “Pintar cucu nenek, yaudah sekarang cepet berangkat ke sekolah takut kesiangan, sekalian nenek mau berangkat jualan nasi uduk.” Ucap neneknya Grisya, “Sejak kapan nenek jualan? Uang bulan kemarin ibu transfer masih ada?” Ucap Grisya. “Kan sekarang ibu kamu udah meninggal ga bisa transfer kita lagi, uangnya cuman cukup dua bulan aja. Nenek jualan buat nambah nambah, yaudah sekarang berangkat sana”, Ucap neneknya Grisya lalu Grisya berangkat ke sekolah.

Waktu sudah menunjukkan waktu istirahat. “Woi Qey, ke kantin ga?” Ajak Grisya. “Gas, eh tapi bentar dulu anter gua ke perpustakaan, Bu Kelly tadi nyuruh gua bawain buku IPS.” Jawab Qeyra. Mereka pun menuju ke perpustakaan, Grisya dan Qeyra pun menuju ruang guru. Di tengah jalan Grisya melihat mading dan menemukan poster lomba Sains Nasional, langkah kaki Grisya pun terhenti. “Eh Qey lu ke ruang gurunya sendiri ya, gua mau liat-liat ini bentar.” Ucap Grisya sambil menatap salah satu poster kegiatan tersebut, Qeyra melanjutkan langkahnya ke ruang guru sambil membawa buku menuju ke ruang guru.

“Sya ya….ampun gua cariin kemana-mana ternyata di perpus, sejak kapan lu suka ke perpus baca buku sains lagi?” Tanya Qeyra sambil melihat buku yang dibaca Grisya, “Hm” Jawab Grisya singkat. “Ayo katanya mau ke kantin jadi ga?” Ajak Qeyra. “Lu duluan aja sono” Grisya terus membaca bukunya dengan fokus, “Yaelah serius banget bacanya neng” Qeyra menyingkirkan buku yang dibaca Grisya, “Lu bisa diem ga sih gua lagi baca mata lu buta?!” Bentak Grisya. Qeyra belum Pernah melihat Grisya marah sebesar ini, Qeyra hanya bisa diam dan tidak menyangka Grisya akan membentaknya lalu dia pun pergi. “Kenapa Grisya bentak gua, gua salah apa gua cuman ajak dia ke kantin?” Qeyra hanya bisa bertanya-tanya dalam hatinya, dan tidak sengaja dia.

Sudah waktunya penyeleksian antar siswa untuk mewakili sekolahnya dan akhirnya Grisya mengalahkan Misya si Queen sains. Tetapi Grisya merasa ada yang kurang dalam kemenangan yang diraihnya, ia baru ingat Qeyra tidak memberi selamat padanya. Waktu terus berjalan sudah dua minggu Grisya terus menerus belajar dan belajar, dan mulai menyadari Qeyra berusaha menghindari dirinya. “Qey lu kenapa kok kaya ngehindarin gua sih?” Tanya Grisya, “Gapapa” Jawab Qeyra singkat dan datanglah Luna menghampiri mereka berdua. “Qey ayo jadi ke mall ga? Nanti beli terus nonton sekalian oke?” Ajak Luna kepada Qeyra. “Jadilah masa ngga sih” Jawab  Qeyra. “Tunggu maksudnya gimana, lu punya sahabat baru Qey? Kok lu secepat itu lupain gua sih? Kenapa lu ngehindarin gua? Apa salah gua sama lu Qey?” Tanya Grisya dengan matanya yang berkaca-kaca. “Hah ga salah denger kan gua? ngehindarin lu? lu yang ngehindarin gua, lu sibuk sama buku-buku sains lu sampai-sampai ga punya waktu buat gua, lu bukan Grisya yang gua kenal, apa lu ga nyadar?” Ucap Qeyra meluapkan kekesalannya. “Gua mau ikut lomba karena gua mau ke Malaysia gua mau liat makam ibu gua Qey, ibu udah meninggal! Gua udah gapunya ayah atau ibu gua yatim piatu, gua cuman punya nenek dan lu sahabat satu satunya, ternyata lu gini sama gua!” Perasaan Grisya antara kesal marah kecewa dan ingin nangis sejadi-jadinya “Hah? maafin gua Sya, gua ga tau ibu lu udah meninggal maafin gua.” Ucap Qeyra dan segera memeluk Grisya. “Maafin gua udah rebut sahabat lu soalnya gua ga punya sahabat” Ucap Luna. “Gapapa Lun gua juga yang egois” Ucap Grisya sambil senyum.

 

Hari terus berganti lomba akan segera dimulai, Grisya segera bersiap-siap akan memasuki area perlombaan. “Nenek yakin kamu bisa Sya” Neneknya memberikan semangat pada Grisya, “Iya Sya semangat” Qeyra pun menyemangati Grisya, “Gua yakin lu menang Sya, semangat pasti bisa jangan lupa do’a” Qeyra membalas semua semangat yang diberikan padanya dengan senyuman. Perlombaan sedang dimulai, keadaan sangat tegang dan Grisya mengerjakan dengan teliti. Perlombaan sudah selesai tetapi semua masih menunggu hasil seleksi. “Baik agar tidak menyita waktu langsung saja kita umumkan sekolah mana saja yang masuk final, yang pertama ada SMA 52 Surabaya, SMA 15 Bandung, dan SMA 25 Jakarta.” Sekolah yang diwakilkan oleh Grisya menang ke babak selanjutnya. “Alhamdulillah” Ucap Grisya sambil mengusap tangan ke wajah dan tersenyum, matanya berkaca-kaca. “Selamat ya sayang Nenek yakin pasti bisa dapetin hadiah itu, “Nah kan apa kata gua Sya pasti menang” Ucap Qeyra. “Yaudah gih cepetan siap-siap final mau dimulai” Luna mengingatkan.

Akhirnya babak final sudah selesai, Grisya sangat teliti dalam mengerjakan soal-soal sains yang sudah tertera pada kertas yang diberikan panitia. Ia menemukan soal yang menurutnya sangat sulit, lalu memejamkan matanya dan melihat ibu dan ayahnya sedang tersenyum dan mengatakan. “Ayo nak Grisya bisa, ini yang Ayah mau dari kamu Sya, kamu udah ga pantang menyerah, jadi perempuan tangguh meskipun tanpa ayah dan ibu kamu” Ucap ayahnya. “Grisya bisa kan ibu yakin Grisya pasti bisa, ibu tunggu Grisya di makam ibu ya” Lalu Grisya pun kembali membuka matanya dan tersenyum, ia yakin pada hatinya jawaban yang ia pilih benar.

Waktunya pengumuman juara Sains Nasional, “Baik pra hadirin semua, sekarang waktunya pengumuman juara tiga besar, langsung saja juara 3 diraih oleh sekolah SMA 15 Bandung atas nama Riani Aprilian.” Semua bertepuk tangan. “Untuk juara 1 oleh, SMA 25 Jakarta atas nama Grisya Annatasya Wiguna, dan untuk juara 2 diraih oleh SMA 52 Surabaya atas nama Sasa Priska, semua bertepuk tangan terutama Grisya tidak mampu menahan air mata bahagianya. “Nek Grisya menang, Grisya bisa liat makam ibu” Ucap Grisya dengan haru dan memeluk Neneknya. “Sya gua udah yakin kalo lu mau ngejar sesuatu bakalan sungguh-sungguh, selamat ya Sya” Mata Qeyra berkaca-kaca, dan semua memberi selamat kepada para juara.

“Tenang aja, gausah khawatir sama nenek. Kan ada gua sama Luna kita bakalan nginep di rumah lu nanti lu telpon ke handphone gua aja” Ucap Qeyra sebelum keberangkatan Grisya. Akhirnya pesawat Grisya sudah lepas landas dan sudah sampai ke tujuan. Sebelum ke Malaysia, Grisya sudah menanyakan alamat makam ibu pada teman TKW ibunya. Jadi Grisya sudah tau di mana makam ibunya. Grisya pun sudah membereskan barangnya di hotel, kemudian segera menuju makam ibunya. “Ibu maafin Grisya gabisa ada di samping ibu pada masa-masa terakhir ibu, ibu pasti rindu Grisya ya? Liat Bu, Grisya udah jadi juara sains yang ibu mau.” Ibunya Grisya memang ingin Grisya menjadi juara sains tetapi pada saat itu Grisya sangat benci pada sains, tetapi iya sekarang menyukai sains, karena Allah telah menjadikan sains perantara menuju ibunya. “Oh iya Bu, nenek mau liat makam ibu juga”, Grisya mengeluarkan hpnya yang ada disaku roknya, “hai nek, ini makam ibu”, Ucap Grisya sambil mengarahkan hp pada makam ibunya, neneknya menangis di sebrang sana. Qeyra dan Luna juga ikut menangis bangga melihat Grisya yang tegar menjalani ujian hidupnya.

(Visited 9 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan