Ratu Septiana Dewi_Indahnya Subangku_SMPN 3 Subang

ratu.jpeg

Indahnya Subangku

Pagi itu dering telepon terdengar di atas meja belajar, dengan cepat Renata mengangkat telepon itu.

Renata             : Assalamualaikum Cyntia, kenapa?

Cyntia             : Waalaikumsalam Re, gue ada berita hot banget!”

Renata             : “Apa apa Cyn? Gercep deh gue mau bantuin Mama!”

Cyntia             : “Minggu depan gue ke Subang loh.

Renata terpaku di tempat saking senangnya mendengar kabar bahwa sahabatnya itu akan ke kota tempat tinggalnya. Memang sebelum Renata pindah ke kota Subang, ia sempat tinggal di Jakarta.

Cyntia             : “Pokoknya gue mau lo rekomendasikan Curug yang ada di kota lo itu!

Renata             : “Iya tenang aja, disini mah Curugnya banyak, pokoknya begitu lo dateng

   langsung gue bawa ke Curug dah!”

Cyntia             : “Asyiiiikkkkkk!!!”

Panggilan pun terputus, Renata turun dari tempat tidurnya untuk menghampiri Ibunya yang bernama Emily. “Mamaaa!” sahut Renata, “Ada apa nak?” tanya Emily, “Cyntia mau kesini loh Ma!” ucap Renata, “Wah senengnyaa!” Emily yang mendengar kabar itu pun ikut bahagia karena ia juga dekat dengan Cyntia. “Pasti Cyntia ngebet banget kan mau ke Curug?” tanya Emily, Renata pun mengangguk semangat sambil membayangkan tingkah konyol sahabatnya itu. “Mama habis ngapain?” tanya Renata, Emily menengok lalu menunjukan otot-ototnya, “Nge-gym Mama!” jawab Emily. “Iyaa deh!” ucap Renata sambil kembali ke kamarnya untuk segera membaca Wattpad.

Hari di mana Cyntia akan datang pun tiba, beberapa jam lagi Cyntia akan menginjakan kaki di kota tempat tinggal sahabatnya itu. Cintya yang masih berada di dalam itu sedang menggenggam handphone, tak lama ia menerima pesan masuk dari Renata.

Renata             : “Sampe mana Cyn?

Cyntia             :Eum, kurang tau,nanti kalo gue sampe Golkar gue kabarin kok.

Renata             : Okey!”

Setelah membalas pesan dari Renata, Cintya bertanya pada Elizabeth Sang Ibu “Mom masih lama emang?”, “Kata supir sih bentar lagi” jawab Elizabeth, Cyntia yang berdecak malas itu lalu mengeluarkan cemilan yang ia bawa dari rumahnya. “Lagian kenapa ga bawa mobil aja sih mom?” tanya Cintya, Elizabeth menatap mata anaknya teduh sambil menjawab “Agar merasakan pengalaman yang baru nak.” Cyntia pun terdiam. “Lagian seharusnya kamu seneng bisa jajan banyak cemilan mulai potongan mangga, kacang, tahu Sumedang, telur puyuh, permen, sampai powerbank pun kamu beli.” canda Elizabeth, Cyntia hanya menunjukan wajah pasrah sambil mengaku “Iya deh iyaaa.” Elizabeth lalu mengelus lembut rambut anaknya itu. Ferdinand, Sang Suami yang duduk di belakangnya pun memegang bahu Elizabeth “Mom, Maynard mau telur puyuh emang boleh?” Cyntia menatap Maynard yang merupakan adik laki-lakinya. “Boleh Daddy, asalkan kalo Maynard mual siap-siap plastik” Ferdinand mengangguk.

“Golkar Golkar, yuk yang mau turun silahkan!” suara kenek tersebut membuat keluarga kecil Elizabeth panik. “Ih Mommy tas Cyntia mana?” cemas Cintya, “Mommy, Daddy bawa tas kan?” tanya Ferdinand, “Mommy, hiks mau bobo!” keluh Maynard “Mom…” saat Cyntia hendak bertanya kembali, ia mengurungkan niatnya karena melihat ekspresi lelah Elizabeth. “Please cari barang kalian masing-masing, Maynard, sini bobo sama Mommy!” Elizabeth segera meraih ketiak anak laki-lakinya itu dan segera menidurkannya sambil berjalan keluar bus.

Beberapa saat kemudian, Renata yang sedang duduk di ruang tamunya itu menerima telepon dari Cyntia “Iya, iya Cyn? Udah nyampe?” mendengar bahwa Cyntia dan Keluarga telah sampai, Renata segera meminta supirnya untuk mengantarkan ia menjemput mereka. “Mama bener ga mau ikut?” tanya Renata pada Emily. “Malam ini Mama harus temani Papa ke acara temannya, maaf ya!” Renata mengangguk paham, gadis itu segera memakai sandal gunungnya lalu memasuki mobil Alphard hitam. “Ini mau kemana Mba?” tanya Aldo yang merupakan supir di keluarga Renata, “Golkar pak jemput Cyntia” Aldo pun segera menjalankan mobil dan menuju Golkar.

Lima belas menit kemudian, mobil Alphard itu terpakir di tempat parkir Alfamart. Gadis berumur 15 tahun itu pun turun dari mobil dan segera merentangkan tangannya untuk memeluk sahabat yang sudah lama tak ia temui itu. Dengan perasaan berkecamuk, Cyntia lari tergesa-gesa lalu memeluk erat Renata. “Ih..kangennya” mata Cyntia pun berkaca-kaca, namun Renata menahan air mata itu jatuh dengan bertanya “Pasti capek kan? Ayo kita ke rumahku, mari Om, Tan!” Renata mengajak Ferdinand dan Elizabeth untuk masuk kedalam mobil.

Mereka pun tiba di rumah Renata, “Bi Mama Papa belum pulang?” tanya Renata, Dira selaku asisten rumah tangga keluarga Renata itu pun menjawab “Dalam perjalanan Mba.” Renata mengangguk simpul. Setelah itu Renata mempersilahkan orang tua Cyntia beristirahat di sebuah kamar tamu yang luas. “Om sama Tante kalo butuh apa-apa tinggal panggil Renata ya, kita mau ke atas dulu” seru Renata sambil meraih tangan Cyntia dan bergegas pergi ke kamarnya.

Renata dan Cyntia kini tengah bertukar cerita tentang kehidupan mereka masing-masing. “Pokoknya gitu deh, by the way besok lo harus ajak gue ke Curug!” ketika berbicara mata Cyntia berbinar karena terlalu bersemangat, ia tahu bahwa Curug di Subang terkenal indah dan sejuk. “Curug di Subang tuh buanyak Cyn, lo mau ke Curug yang mana?” tanya Renata, Cyntia tampak berpikir sesaat lalu bicara “Yang menurut lo paling bagus deh!” seru Cyntia. Renata membuka laptopnya lalu segera mencari gambaran beberapa Curug di kota Subang. “Oh my God, ini curug-curug yang ada di Subang Re?” dengan terkejut Cyntia bertanya, “Gue mau ke Curug yang ini” lanjut Cyntia sambil menunjuk salah satu gambar yang ada di hadapannya. Renata membacakan keterangan gambar Curug tersebut “Curug Cileat panorama alam sekitar Air Terjun merupakan perpaduan antara lanskap tebing setinggi lebih dari 100 meter dengan air terjun berarus kencang.” Renata pun terpaku kagum “Cyn, selama 3 tahun gue tinggal di sini, gue bahkan gak tau ada Curug sebagus ini!” Renata memegang kedua pipinya karena tak menyangka. “Ya udah berarti besok kita langsung cus kesitu ya Ren, hehe” perasaan bahagia Cyntia pun tersalur begitu cepat ke hati Renata.

Keesokan harinya, “Reee ayo bangun!”teriak Cyntia, Renata seketika langsung duduk tegak dengan nafas yang memburu naik turun, kemudian Renata memegang kepalanya yang terasa pening. “Untung lo sahabat gue Cyn.” ucap Renata yang masih memegang kepalanya, “Jam 9 lebih, udah hampir jam 10 Re!” Cyntia berteriak kencang namun sangat lirih, “Iyaa maaf ya Cyn gue gak pasang alarm!” Cyntia menggit bibir bawanya menahan cemas. “Yaudah yaudah sekarang gue mandi habis itu lo juga mandi biar langsung capcus!” seru Renata, Cyntia pun mengangguk pelan.

Keluarga Renata dan Cyntia pun akhirnya tiba di Curug Cileat, mereka sangat bahagia bisa menikmati sejuknya udara dan indahnya pemandangan. “Lo mau nyelam Re?” tanya Cyntia, Renata yang tengah lemas itu menjawab “Gak tau liat aja nanti, ini cape banget berasa naik Gunung gue.” ucap Renata. Emily pun tersenyum hangat lalu mengelus bahu Renata dengan halus sambil berkata “Ada perjuangan untuk menggapai sebuah keindahan, sama seperti masa depanmu cantik!”, seketika pening di kepala Renata berkurang ketika Emily melontarkan kalimat hangat tersebut.

Kini mereka pun tengah berduduk santai di sekitar Curug Cileat sambil menikmati indahnya suasana disana. Renata memanggil Cyntia agar duduk disampingnya, “Adem banget ya Cyn?” Renata tersenyum manis dengan air terjun di hadapannya. “Mau tau tentang cerita Curug Cileat ga?” tanya Renata, seketika Cyntia mengangguk sambil mengalihkan perhatiannya kepada Renata, “Dulu kakek gue cerita tentang Curug ini, katanya asal-usul nama Cileat itu berasal dari cerita turun-temurun tentang perlombaan antara dua orang pangeran” setelah itu Renata menghentikan ucapannya beberapa saat, ia ingin tau reaksi apa yang akan di tunjukan Cyntia. “Kok berhenti? Lanjutin Re ih! Kalo ngomongin pangeran pasti gak jauh dari cowok yang ganteng.” ucap Cyntia dengan mata yang berbinar, “Tuhkan bener dugaan gue“ ucap Renata.

“Gue lanjutin yaa, jadi kedua pangeran itu berlomba menuju ke laut dengan berlawanan arah pangeran pertama berlari ke Utara dan terpeleset, namun ia tiba lebih cepat di laut. Sementara pangeran kedua memilih area selatan, namun ia kalah karena pangeran pertama berhasil tiba lebih dulu di laut. Karena kekalahan ini ia merasa ‘pundung’ Alias sedih, ‘tiporeat’ menjadi Asal nama Cileat, sementara ‘pundung’ adalah asal usul nama sungai Cikapundung” cerita Renata membuat Cyntia bingung mencerna kisah sejarah air terjun yang ada di hadapannya. “Pusing kan lu? Gue juga” ucap Renata, “Elah lu nya aja pusing apalagi gue? By the way, Curug Cileat ini tuh ada mitosnya ga sih?” tanya Cyntia. Renata pun mengingat apa yang pernah diceritakan kakeknya, “Bukan mitos sih Cyn, tapi itu kepercayaan masyarakat setempat bahwa mandi di bawah aliran air terjun ini bisa jadi semacam terapi yang punya manfaat buat kesehatan tubuh” jawab Renata.

Setelah Renata bercerita Cyntia menyimpulkan bahwa selain keindahan dan kesejukan yang didapat, sejarah Curug Cileat pun juga sangat menarik. Ia sangat bahagia bisa berkunjung ke kota Subang, setelah itu dengan cepat Cyntia menjatuhkan dirinya di bawah air terjun lalu berenang tenang di bawah derasanya air terjun.

(Visited 5 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan