Ratu Septiana Dewi_ACARA KELUARGA DI TENGAH COVID-19_SMPN 3 Subang

ratu.jpeg

ACARA KELUARGA DI TENGAH COVID-19

Petang ini keluarga kecil Alston Alice berangkat menuju rumah sakit untuk melakukan swab tes genos. Altson dan Alice memiliki tiga putra dan satu putri, diantaranya yang tertua bernama Andrian, lalu diikuti oleh ketiga adiknya Harlie, Valerie, dan Steffan. Alasan mereka melakukan swab adalah memastikan bahwa mereka bebas dari covid-19 karena mereka akan berangkat ke Surabaya untuk menghadiri acara tunangan anak keduanya yaitu Harlie. Sesampai di sana mereka pun bergegas turun dari mobil, “Ayo turun Andrian, Harlie, Valerie, Steffan, ayo cepat!” seru Alice pada keempat anaknya itu, mereka pun turun dengan terburu-buru. “Dimana sih Pa ruang tesnya?” Valerie tampak cemas, “Itu di depan, Papa mau ke tempat pendaftaran dulu. Kalian sama Mama ya!” ucap Altson, Keempat anak itu pun berdiri di belakang Alice.

Dua belas menit pun berlalu, kini mereka tengah mengantri untuk melakukan tes genos. “Mama, itu kok kayak balon ya Ma?” Steffan menunjuk alat yang digunakan untuk swab, “Iya, ayo itu giliran kamu!” Alice menuntun Steffan ke tempat tes. “Liat TV nya ya dek, ayo tiup! Nah bagus.” Steffan berbinar matanya kala melihat benda itu menggelembung sempurna. “Yeay Steffan bisa!” ucap Alice, mereka terkekeh melihat sikap absurd Steffan.

Tiba di rumah, Altson dan keluarga pun mulai mengemas barang-barang yang diperlukan untuk acara pertunangan Harlie. “Val, baju-bajumu belum Mama siapin loh. Sekarang cari dulu batik untuk acaranya aja deh!” seru Alice, ia pun menghampiri lemari besar biru yang terletak di samping jendela ruang keluarga, tentu saja Valerie mengekornya dari belakang. “Ga ada yang pas Val, pada kecil. Oh ya Mama kan punya cardigan batik warna ungu, persis dengan punyanya mbak Sonia, pakai itu aja ya?” Valerie tampak bahagia karena baju batiknya senada dengan kakak sepupunya yang sudah ia anggap sebagai kakak kandung. “Mau Ma!” seru Valerie, Alice pun tersenyum, perempuan paruh baya itu mengapit lengan anak gadisnya lalu menuju kamarnya untuk mengambil cardigan batik tersebut.

Jam dinding sudah menunjukan pukul 00.17 WIB, itu menandakan bahwa tengah malam telah tiba. Valerie masih berkutat dengan gadgetnya, entah apa yang dia pikirkan hingga detak jantung dan telapak tangannya menjadi dingin. Gadis itu merasa gelisah di tempat, bingung apa yang harus dia lakukan. Beberapa saat kemudian, Valerie memutuskan untuk membuka aplikasi Tik Tok. Tak terasa sudah pukul 04.19 WIB Valerie masih terjaga sampai dini hari, ia tak sabar ingin membantu sang Ibu untuk mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan saat acara tunangan kakaknya. Saat ia terbangun dari tempat tidurnya, Alice sudah berdiri di hadapannya dengan lipatan tangan di dadanya, hal tersebut membuat Valerie tersenyum tipis. “Mama, Val bantuin siapin baju yuk!” seru Valerie, “Kamu gak tidur kan semalam?” tanya Alice dengan ekspresi curiga dan sedikit marah, namun Valerie hanya tersenyum.

Altson, Alice, dan keempat anaknya pun tiba di Stasiun kereta, mereka nampaknya tak sabar untuk segera pergi ke Surabaya. Suara hentakan kaki terdengar saat Harlie tampak bolak-balik sambil memainkan handphonenya cemas, hingga suara penyiar di Stasiun menyita perhatiannya. “Kereta akan tiba sebentar lagi, untuk itu penumpang yang menuju Surabaya di harapkan bersiap-siap di garis yang sudah ditentukan, terima kasih.” Alice menghampiri anaknya untuk menenangkan nya.“Quinza emang kemana Har?” Alice bertanya tentang gadis yang akan menjadi menantunya yang saat itu memang tinggal di kost-an Jakarta. “Tiket aku sama dia ketinggalan di kost-annya Ma. Mama Papa sama yang lain duluan aja, Harlie masih mau nungguin Quinza!” ucap Harlie, helaan nafas khawatir terdengar di telinga Alice, Alston pun merangkul Alice dengan hangat. “Kalian yang punya acara kok kalian yang ceroboh? Yasudah Papa dan yang lain duluan, kamu hati-hati Harlie!” Harlie mengangguk lalu bersalaman dengan Sang Ayah.

Kini Valerie yang sedang duduk manis itu menatap sayu jendela di sampingnya, pemandangan yang ia lihat hanya sawah dan rumah warga yang di pinggir rel kereta, hingga suara Steffan membuat Valerie menengok sambil mengangkat alisnya. “Mbak ga mau tidur? Sini tidur sama Steffan!” Valerie tersenyum hangat lalu tertidur. Dua jam pun berlalu, kini Valerie terbangun dan melihat Steffan masih memejamkan matanya. Hal itu membuat ia tersenyum gemas. “Val mau makan ga? Mama bawa rendang loh!” seru Alice, Valerie tampak antusias lalu berdiri untuk duduk di samping Alice. Tak lama Steffan pun terbangun dan segera menggenggam gadget untuk bermain game. Dua pelayan menawarkan makanan siap saji, Altson membeli beberapa Ayam goreng untuk keluarga kecilnya itu.

Pukul 19.47 WIB, keluarga Alston sudah tiba di stasiun pasar Turi, Valerie segera membuka handphone-nya untuk menghubungi orang yang menjemput mereka. “Ntar dulu ya papa mau ke toilet!” Alston segera berlari kecil ke arah toilet, sedangkan Valerie sibuk mencari-cari orang yang akan menjemput. Tak lama setelah Altson kembali, orang yang menjemput pun datang. Altson dan keluarga pun segera memasuki mobil dan menuju ke rumah Ella, adik pertama Alice yang kebetulan juga tinggal di Surabaya.

Suara ricuh terdengar di ruang tengah keluarga Ella, mereka sibuk mempersiapkan keperluan untuk acara seserahan pertunangan Harlie. “Mbak handuknya mau bentuk apa?” tanya Ella kepada Alice, “Angsa aja deh!” usul Alice, “Tapi Ma warnanya hijau gelap, emang nyambung?” tanya Andrian heran, “Iya Ma, warnanya gelap.” Valerie menyetujui apa yang di ucap abangnya itu. Tak lama Rina, adik kedua Alice pun menghampiri dan ikut berdiskusi “Yowis ga apa-apa, kan sudah terlanjur beli.” Ucap Rina. “Hey, hey! Ngkok pas kawinane Mas Harlie kita foto-foto pake batik iku yuk, koyok di tiktok seng lagi trend iku!” tiba-tiba Sonia pun ikut berbicara, mereka menanggapinya dengan tertawa hangat karena bahagia.

Pagi itu kegaduhan terulang lagi, Valerie terbangun karena sang Ayah membangunkannya dengan keras “Val bangun, mandi sana kamu paling lama mandinya!” Valerie pun terbangun dengan wajah yang kesal. Beberapa lama gadis itu masih mendekam di kamar mandi. “Val, kok lama? Bude intip ya!” sahut Daisy yang merupakan adik ketiga Alice, “Jangan dong Bude!” Valerie pun mempercepat gerakannya. Kini mereka sekeluarga tengah bersiap-siap menuju rumah keluarga Quinza, “Semua sudah siap? Anak-anak kecil bawa seserahan”. “Papa kok ga pakai masker?” tanya Andrian, seketika Altson meraba-raba wajah dan lehernya lalu ia panik, “Papa lupa!” ucap Altson, Alice tampak menggelengkan kepala heran. “Ingat kalian itu harus menjalankan protokol kesehatan, apalagi situasi lagi kayak gini. Pakai masker kemanapun kalian pergi, menjaga jarak demi mengurangi penularan Covid-19, dan jangan lupa mencuci tangan atau memakai hand sainitizer!” Mereka pun memahami apa yang dikatakan Alice dan segera mengikuti protokol kesehatan.

Tiba di kediaman keluarga Quinza, mereka terkejut karena suasana begitu megah. Keluarga besar Quinza menyambut kedatangan mereka dengan suka cita, sementara  MC mengucapkan sambutan kepada Keluarga Altson. “Selamat datang Keluarga besar pak Altson dan Ibu Alice” senyum ramah pun terlihat dari perempuan yang bertugas menjadi MC tersebut. “Sebelumnya saya perkenalkan diri, saya Leyna bertugas menjadi MC di acara pertunangan Mas Harlie dan Mbak Quinza.” Perlahan-lahan rombongan keluarga besar Alson memasuki pekarangan rumah Quinza. Dengan perasaan bahagia sekaligus tegang, Harlie yang didampingi oleh kedua orang tuanya dan diikuti oleh keluarga besarnya itu mulai mengucapkan niatnya “Dengan mengucap Bismillah, saya Harlie Brave Allison ingin melamar putri dari Bapak Allard dan Ibu Nadia bernama Quinza Raissa Olivia. Apakah lamaran dari saya di restui? Izinkan saya untuk membahagiakan putri Bapak dan Ibu!” Saya selaku Bapak dari Quinza merestui hubungan kalian, namun kembali lagi kepada Quinza. Apakah Quinza menerima lamaranmu?” tanya Allard pun semakin membuat jantung Harlie berdegup kencang.

Suasana pun semakin mengharukan, beberapa saat kemudian Quinza mulai menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang Ayah “Saya Quinza Raissa Olivia bersedia menerima lamaran dari Mas Harlie Brave Allison.”Suara tangis pun terdengar dari orang tua Quinza dan Harlie. Quinza mulai berjalan pelan menghampiri sang Ibu dan memeluk haru, ia tersenyum getir menatap manik mata Ibunya itu, begitupun Harlie pada Alice. Lalu dua keluarga itu saling tersenyum bahagia satu sama lain, mereka tetap menjaga jarak. Para undangan yang hadir pun hanya keluarga dekat, untuk menghindari penularan Covid-19.

Selanjutnya diantara mereka ada yang mulai menyantap makanan, ada pula yang asyik berfoto-foto. Canda tawa yang terlihat membuat suasana semakin bahagia, menggambarkan begitu hangatnya kedua keluarga tersebut. Tak lupa rasa syukur yang mereka panjatkan karena meskipun dalam keadaan Covid-19, mereka masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan acara tersebut. Mereka juga berharap bahwa pandemi segera berakhir, agar kelak saat acara pernikahan, mereka bisa mengundang kerabatnya untuk ikut berbahagia dihari yang bahagia itu.

(Visited 7 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan