VIRUS CORONA
“Dua warga negara indonesia positif terjangkit corona karena melakukan kontak langsung dengan wsrga negara jepang yang sama sama positif corona. Berita ini sontak membuat seluruh warga negara indonesia mengalami kepanikan akibat wabah corona telah memasuki kawasan indonesia.”
Suara pembawa berita terdengar di media elektronik berbentuk persegi panjang itu. Ya, covid 19 telah masuk ke indonesia dan membuat seluruh warga indonesia panik. “Drrtt drrttt” terdengar suara dering telepon. Suci mengalihkan pandangan nya ke ponsel nya yang terletak di atas meja dekat televisi. Suci berjalam mendekati meja tersebut dan menerima panggilan. “Halo?” ucap suci. “Halo dokter, seorang pasien positif corona ada di rumah sakit kita. Bisakah anda ke rumah sakit sekarang?” tanya seorang suster panik. “Ya saya akan segera kesana”
Suci mematikan telepon dan segera mengambil kunci mobil nya dan dia berlari ke arah mobil nya. Dia membuka pintu mobil. Dia menyalakan mobil dan langsung mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Meskipun suci terlihat sangat santai, tapi hatinya sangat tegang. Dia tidak bisa membayangkan wabah yang sedang melanda negara negara di dunia ini masuk ke negara Indonesia. Dia berpikir, “Apakah virus ini bisa teratasi? atau semakin parah tiap waktu nya? Berapa banyak korban yang akan terkena wabah ini? Apakah tenaga medis sudah siap berperang? Ahh sungguh, wabah ini membuat Suci tak habis pikir.” Suci menghela nafas sembari menggelengkan kepala nya pelan.
Sampai di rumah sakit, suci keluar dari mobil dan mengunci mobil nya. Dia bergegas pergi ke ruang yang menyimpan alat perlindungan diri (APD) untuk melindungi diri nya sebelum dia melakukan kontak dengan pasien yang terpapar Virus Corona. Suci menatap baju istimewa tersebut dengan tatapan sayu. Sebagian orang memanggil nya dengan panggilan baju hazmat (hazardous materials ) tapi ada juga yang memanggilnya baju dekontaminasi yang merupakan perlengkapan perlindungam pribadi yang sering digunakan oleh pemadam kebakaran dan teknisi darurat medis.
Suci tak pernah berpikir kalo ia akam memakai baju tersebut. Namun sekarang dia harus memakai baju tersebut untuk menjamin keselamatannya. Suci langsung memakai baju tersebut dengan cermat, setelah merasa cukup rapat dan sesuai dengan protokol, suci langsung bergegas menuju ruang isolasi tempat pasien nya di rawat.
Beberapa pertanyaan Suci sampaikan kepada pasien agar ia tau kronologi dan gejala gejala apa saja yang dirasakan oleh pasien tersebut. Ia menanyakan nya dengan lemah lembut agar pasien tidak bertambah panik saat tau ia terjangkit corona. Sambil menjalankan tugas nya sebagai dokter, mulut Suci tak pernah berhenti bercerita kepada pasien agar pasien terasa terhibur dan tidak merasa ketakutan karena semua petugas menggunakan baju persis baju astoronot. Beberapa gurauan pun ia lontarkan karena jika Suci hanya tersenyum, senyuman nya tidak akan terlihat. Cara ini ia lakukan untuk mengatasi pasien nya yang sedang was was.
Setelah sudah melakukan tugas, Suci dan beberapa perawat lain kembali ke ruang penyimpanan untuk melepas APD yang mereka pakai. “Huuhhh” Raina menghela nafas panjang saat selesai melepas semua APD yang dia pakai. Suci sangat kelelahan sekarang, ditambah pikiran pikiran buruk yang ada di otaknya. “Dokter, bagaimana jika wabah ini akan semakin buruk? Saya berpikir bahwa pasien yang terpapar virus ini akan bertambah banyak.” Kata seorang perawat bernama Lucy. Perawat lain pun menatap Selvi sambil menyetujui perkataan Lucy. “Saya khawatir dengan penyebaran virus ini yang cepat sedangkan peralatan medis di rumah sakit kita masih belum cukup memadai” ujar Lucky. Suci pun berpikiran sama dengan Lucy. “Kita berdoa saja, semoga kejadian buruk tidak menimpa kita dan wabah ini segera disembuhkan” tenang Lucy kepada perawat perawat. Sebenarnya dia juga bingung harus bagaimana, dia juga cukup khawatir dengan wabah ini apalagi tenaga medis yang akan berjuang di garda terdepan. Suci pun akhirnya menginap di rumah sakit, ia sangat kelelahan dan akan pulang besok pagi mungkin.
“Hoaamm” seorang dokter yang terlihat kelelahan terbangun dari tidur nya. Ia melihat sinar matahari sudah terik. Dia langsung menuju kamar mandi dan dia mencuci muka dan ingin menggosok gigi. Tetapi dia ingat kalau dia tidak membawa sikat gigi beserta pasta gigi nya dan dia tidak membawa sabun cuci muka, Suci mencuci muka hanya dengan memakai air saja. Setelah selesai mencuci muka, Suci pulang. Saat di lobby rumah sakit beberapa perawat menyapa Suci. “Selamat pagi dok” sapa seorang perawat dengan ramah. “Pagi juga” jawab Suci tak kalah ramah. Dia melanjutkan perjalanan nya menuju parkir tempat dia memarkir mobil nya. Dia berjalan menuju mobilnya, dan menyalakan mobil nya. Seperti biasa Suci akan mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang, dia tidak mau mengebut karena bisa saja terjadi suatu hal yang tidak di inginkan.
Suci sampai ke rumah dan dia masuk ke dalam rumah nya. Saat di ruang tengah asisten rumah tangga Suci. Bi Rana menyapa Suci. “Pagi non” sapa si bibi. “Pagi bi” jawab Suci sambil duduk di sofa. “Non Suci enggak ada jadwal memang? Biasa nya kalo pulang pagi suka bawa baju ganti, tapi semalem engga” kata si bibi. “engga bi, Suci ga ada jadwal sekarang. Mau sekalian istirahat juga” jawab Suci. “iya iya, non mau makan ga? Bibi sudah masak tadi” tawar Bibi. Suci menganggukan kepalanya “Suci mandi dulu bi, baru makan”.
Suci berjalan menuju kamar, dan dia mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi. Dia mengguyur badan nya dengan air dingin. Rasa lelah yang dia rasakan serasa hilang dibawa oleh dingin nya air. Dia merasa lebih segar sekarang. Setelah selesai melakukan ritual mandi nya, Suci memakai baju nya. Dia menggunakan baju kaos santai dan bawahan training hitam. Itu lah Suci, sangat santai jika dirumah. Setelah selesai memakai baju, Suci langsung bergegas menuju ruang makan, dia sudah lapar dan akan menikmati makanan istimewa yang selalu bi Rana sajikan.
Setelah selesai makan, Suci ke ruang tengah dan menyalakan televisi. Ia menonton berita terkini tentang penyebaran covid di indonesia. “Korban pasien positif covid 19 bertambah banyak hari ini”, wajah Suci semakin tegang mendengar berita tersebut. Ia melihat deretan angka korban korban dan daerah tempat pasien terpapar. “Waw, ini jumlah yang banyak dalam sehari, bagaimana jika sebulan? Apakah para tenaga medis akan sanggup?” pikir Suci.
“Korban pasien positif covid 19 semakin membanyak. Guna mengurangi penyebaran virus tersebut, pemerintah meliburkan sekolah sekolah dan perkantoran. Pemerintah mengimbau agar masyarakat melakukan kegiatan belajar dan bekerja di rumah saja dan tidak berkeluaran rumah. Jika keluar rumah pun masyarakat harus mengingat 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.”
Beberapa hari karena menyebarnya virus corona yang semakin meningkat. Pemerintah terpaksa meliburkan sekolah dan perkantoran. Mereka harus berdiam diri di rumah dan melakukan segala aktifitas nya di dalam rumah. Jika keluar rumah pun mereka harus menerapkan 3M mencuvi tangan, menajaga jarak, dan memakai masker, agar mereka terhindar dari virus covid-19.
Suci, beberapa dokter dan beberapa perawat melakukan tugas mereka sebagai dokter. Mereka menangani pasien pasien covid yang semakin banyak. Bahkan sejak tadi mereka tidak beristirahat sama sekali. Sekarang sudah pukul 21.00, mereka bahkan tidak melepas APD yang mereka pakai. Karena jika mereka melepasnya mereka harus mengganti dengan yang baru. Para dokter dan perawat inilah pejuang kemanusiaan. Mereka rela tidak beristirahat demi menyembuhkan para pasien pasien nya. Mereka berada di garda yang paling depan. Keringat yang mereka cucurkan demi keselamatan umat manusia. Keringat yang mereka cucurkan adalah untuk menyejahterakan bangsa ini. Jika mereka lengah sedikitpun, beberapa nyawa yang menjadi korban nya. Mereka harus kuat dan sabar melawan virus yang tidak jelas. Doa juga sangat dibutuhkan dalam kondisi ini. Saling menguatkan satu sama lain saling menghibur dan menangani pasien. Itulah tujuan mereka.tekad juga harus di persatukan di antara mereka. Tekad maju terus dan pantang mundur.