Cristiane Nelta Viona_KARTINI MUDA_SMPN 3 SUBANG

WhatsApp-Image-2021-04-25-at-11.38.44.jpeg

KARTINI MUDA

Pramugari? Ya itulah Cita cita ku sedari kecil yang sudah pasti tidak bisa terwujud. Ya semua karena tinggi badan ku ini, aku ditolak terang terangan saat tes pramugari kala itu. Kalian mau tahu tinggi badan ku? tinggi badan ku kurang dari 160 cm. Selain tinggi badan, aku juga tidak mendapatkan izin dari kedua orangtua ku, mereka tidak mau aku menjadi pramugari karena mereka tidak mau aku melakukan pekerjaan yang berbahaya. Dan ah iya, kita belum berkenalan bukan? Perkenalakan, aku kartini.

“Bukankah kamu Kartini Ayudia?” kata seorang perempuan tua yang sedang memastikan nama ku sambil menatapku ragu. Aku mengangguk walapun aku malu. “Kamu adalah seorang perempuan yang lulus di universitas ternama. Dan kamu mau melamar kerja disini? Apa kamu yakin?” tanya perempuan tua itu padaku, aku mengangguk kembali dan menjawab pertanyaan nya “Ya, karena ini adalah pekerjaan yang mulia” kata ku sambil tersenyum. Perempuan tersebut tersenyum dengan wajah keriputnya yang sudah termakan usia.

“Ah itu kau sungguh berakhlak mulia” ucapnya serius. “Baiklah, kamu bisa mulai bekerja disini besok, semoga kau betah ya” ucapnya lagi sambil mengembalikan berkas berkas ku, Dengan wajah ceria nya perempuan tua itu menuntun ku untuk keluar dari ruangan ini. Aku mengikuti nya sambil menunjukan senyum ku, meskipun aku sangat gugup.”Kembalilah besok Kartini” ucapnya saat kami sudah sampai pintu.

Sesampainya dirumah aku pun langsung masuk ke kamarku, kemudian aku melirik kalender dan aku baru sadar bahwa hari ini tepat 15 hari sebelum ulang tahun ku. Aku membayangkan kejutan apa yang akan keluarga ku berikan, tapi aku baru sadar sekarang kalo aku sudah punya pekerjaan, mungkin keluarga ku akan berpikir kalo aku tidak membutuhkan kejutan itu lagi. Ahh padahal aku sangat ingin kejutan di hari ulang tahunku. Aku melirik kembali ke arah kalender, sekarang tanggal 6 maret dan besok tanggal 7 hari pertama aku bekerja.

Aku harus mengingat tanggal 7 maret ini. Aku lupa memberitahu apa pekerjaan ku, pekerjaan ku adalah seorang Guru, seorang pengajar di Sekolah Dasar yang berada di desa terpencil. Ya memang pekerjaan ini tidak menghasilkan uang yang banyak, tapi setidaknya orang tua ku bisa berhenti menatap ku sinis, lebih baik aku ambil pekerjaan ini saja. Meskipun aku tidak bisa menjadi guru yang baik, tapi apa salah nya kalo aku mencoba.

“Kartini, ayo makan sayang” panggil ibu sambil mengetuk pintu kamarku. Aku sangat benci dipanggil dengan nama itu. Aku menghela nafas kasar dan membuka pintu “Ayolah bu, jangan panggil aku dengan nama itu” kata ku sambil menghentakan kaki ke lantai. “Ah yasudah, tini sayang ayo makan cantik” ucap ibu sambil memegang ujung hidung ku. “Argh itu sama saja” ucapku dalam hati dengan perasaan kesal. sesampainya di meja makan, aku langsung duduk dan mengambil nasi ke piring ku. Lalu ibu datang dan kami semua makan .

Keesokan harinya, aku merasa gugup, aku meremas rok ku yang agak sempit. Aku melihat perempuan tua kemarin tersenyum di depan ruangan kelas 6, aku pun menghampiri nya dan kami masuk ke kelas itu bersama. Perempuan tua itu memberikan aku tumpukan buku, lalu berkata. “Selamat bekerja gadis cantik” dan setelah itu dia pergi meninggalkan ruangan ini. Sisa aku dan murid murid di sini. Aku melihat mereka dari meja guru, dan mereka juga menatapku balik karena penasaran. Aku tersenyum dan mereka tidak ada yang membalas senyumanku satu pun, mereka hanya menatap pergerakan ku dan sisa nya tertidur di meja belakang.

“Selamat pagi anak anak” sapa ku dengan ramah. Aku sengaja memberi jeda agar mereka membalas sapaan ku, tetapi hasil nya nihil. Tidak ada yang menjawab sapaan ku. Mereka diam. Aku tetap tersenyum dan mulai berbicara lagi. “Baiklah, perkenalkan nama ibu Kartini” aku menghela nafas, seharusnya aku tidak usah memperkenalkan diri lagi, karena mereka pasti sudah tau nama ku. Tapi aku merasa harus memperkenalkan diri ku secara langsung kepada mereka. “Perkenalkan nama ibu Kartini Ayudia, kalian bisa memanggil saya bu Kartini” ucap ku dengan halus.

Tiba tiba aku kaget mendengar gelak tawa salah satu siswa. “HAHAHA, kartini? Di tahun 2021? Yang benar saja, ahahahaha.” Bagus, bahkan mereka menertawakan aku sekarang. Bagus, bagus sekali, dan terakhir nya sial. Mereka sama sekali tidak tau kesopanan, atau mereka tidak diajarkan kesopanan di sini? Tapi tak apalah, ini akan jadi tantangan ku kali ini. Aku yang akan mengajarkan mereka. “Saya juga sering merutuki nama tersebut, nama Kartini? Terlihat sangat kuno bukan? Tapi saya percaya kalau orangtua saya menyisipkan artinya yang berharga di dalam nama tersebut” jawabku kepada mereka. Aku berharap mereka bisa diam setelah aku menjawab perkataan mereka.

Ternyata aku salah, aku menutup mata, kamu sudah pasti tau apa yang aku dengar sekarang. Ya tawa. Mereka hanya tertawa, tertawa, dan tertawa. Aku berusaha keras untuk menahan amarahku, sampai sampai aku menggigit bibir bawah ku agar bisa meredam emosi ku. Tapi itu tidak berguna, aku malah menyakiti diri ku sendiri. Mungkin salah satu jalan keluarnya adalah menegurnya. “Saya minta kalian semua diam” tapi tetap saja gelak tawa masih terdengar. Oh tuhan aku pusing di buatnya.

Ini sudah hari ke 13 aku mengajar di sekolah ini. Tapi rasanya seperti bertahun tahun. Mereka susah sekali untuk diatur dan diajari, padahal mereka sudah mau keluar sekolah. Maka dari itu aku selalu memarahi mereka, aku sungguh tidak tahan dengan sikap mereka yang tidak menghormati orangtua. Dan hari ini kamu memulai kegiatan belajar mengajar. “Jadi akar kuadrat dari 25 berapa anak-anak? “Aku sontak menghentikan pembicaraan saat mendengar pintu di ketuk. “Tok tok tok , permisi” aku membuka pintu kelas, dan lagi lagi perempuan tua itu. Tapi dia terlihat berbeda karena biasanya dia tersenyum, dan sekarang dia menatapku tajam.

Aku bingung dan aku melihat ke arah murid murid ku. Mereka terlihat kesenangan. “Ada apa ini?” tanya ku dalam hati. Perempuan tua atau kepala sekolah ini menyuruh ku ke ruangan nya sekarang. “Maaf ada apa ya bu?” tanya ku di sela sela perjalanan kami. Kepala sekolah ini bukan nya menjawab,tetapi dia malah menatap ke depan dan mempercepat gerakan kaki nya. Tibalah kami di depan ruangan nya, “Masuk” suruh nya. Akhirnya aku masuk kedalam ruangan ini. Dia langsung duduk di kursi nya, dan aku mengikuti nya dengan duduk di kursi sebrang nya.

“Kemarin ada murid yang melapor bahwa kamu selalu memarahi nya, apakah itu benar?” tanya nya dengan mata tajam. Aku menelan ludah dan menjawabnya dengan gugup. “I – itu , mereka sa – sangat sulit untuk di – atur” jelasku. “Tapi kamu seharusnya mengajarkan mereka dengan sabar, bukan memarahi mereka seperti itu” jawabnya yang sangat marah. “Kamu lihat sekarang, setelah kamu memarahi mereka, mereka bukan nya semakin nurut, tetapi mereka malah semakin nakal kan? itulah hasil nya jika kamu terus saja memarahi mereka” . “Ma – af kan saya, tapi bu . .” aku tidak melanjutkan perkataan ku,tiba-tiba ponselku berdering aku langsung melihat hp ku yang sedang berdering kemudian meminta ijin untuk mengangkatnya.

“Halo bu? Ada apa?” tanya ku setelah menjawab telepon. “Halo, apa benar ini anak bu anggun?” tanya seseorang di sebrang sna dengan nada panik. “Iya, tapi anda siapa?” tanya ku dengan penasaran ini nomor orang tua ku, tetapi kenapa yang menjawabnya orang lain?. “Itu kita bicarakan nanti, segeralah kamu ke rumah sakit mutiara, karena orangtua mu kecelakaan tadi”. Aku yang mendengar itupun kaget, aku langsung buru buru mematikan telepon dan pergi dari ruangan tersebut. Tetapi saat aku baru berdiri, perempuan tua ini bertanya. “Kenapa? Kita belum selesai! Kamu sungguh tidak sopan” Ucap nya dengan marah. “Orangtua ku kecelakaan bu dan aku harus buru buru kesana” ucap ku panik.

Dia mengizinkan ku untuk pergi ke rumah sakit tetapi saat aku di perjalan mendekati pintu, aku mendengar dia berbicara “Awas sekali lagi kamu melakukan seperti ini, kupastikan kamu akan dipecat” ucap nya dengan nada yang sinis. Akupun meliriknya dan terdiam.

Dan ternyata orangtua ku meninggal, dan aku hidup sebatang kara. Aku harus menguris hidup ku sendiri, belum lagi pekerjaan rumah dan anak anak murid yang masib saja sifat nya seperti itu tidak mau diatur. Aku melangkahkan kaki masuk kedalam kelas. Aku mendengar kerusuhan mereka “Bu Kartini datang, bu Kartini datang” saat aku melihat ke arah mereka, aku terkejut karena ada satu kue ulang tahun dengan di atas nya diberikan lilin angka 24 di tengah nya. Dua orang siswa perempuan membawa kue tersebut dan yang lain nya menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Aku terharu melihatmya, meskipun mereka nakal tapi mereka menyiapkan kejutan ini untuk ku, sungguh sangat tidak diduga.

Mereka menyuruh ku meniup lilin tersebut, dan mereka mengiringi dengan lagu “Tiup lilin nya, tiup lilin nya” aku tersenyum melihatnya, tetapi sebelum aku meniupkan lilin, tiba tiba ada salah satu siswa yang berbicara “Buat permintaan dulu bu” dengan cepat aku menurutinya. “Semoga anak anak murid ku bisa lulus dengan nilai yang bagus” aku meniupkan lilin ku dan mereka bersorak “SELAMAT HARI KARTINI” sorak mereka. Dan aku tersenyum melihat itu. Uh sungguh 15 hari yang paling bermakna dihidupku.

(Visited 101 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan