Impian Adik

Rabu, 10 Juni 2020

Matahari baru muncul dari balik pepohonan.Udara sejuk pedesaan terasa menyegarkan sekali.Aku menghela napas dalam- dalam.Kunikmati keadaan di sekelilingku.Sesungguhnya kami bahagia dengan kehidupan ini.Kebahagiaan sempurna seandainya, masih memiliki ayah dan ibu. “Ah,sayang sekali,” gumamku.
Hari ini ada hajatan di kampung sebelah.Seperti biasa,adik selalu meneteskan air mata.- diam ia memalingkan mukanya di balik buku yang sedang dibacanya. Sambil terus membolak balikkan buku yang dipegangnya sambil sesekali sesegukkan.
Nasib orang rupanya tidak sama Kak…” katanya,tapi saya rasa,kok! saya sendiri yamg selalu beda dengan teman – teman.Kadang saya tidak kuat kak…? Saya hanya bisa menangis.
Aku hanya tersenyum. Aku paham apa sebenarnya yang diinginkan adik. Aku mencoba membujuk.
“Kamu ini kenapa sih Dik…?” Rindu sama ayah dan ibu?” Tangis adik makin deras. “Adik memamg selalu merindukan ayah dan ibu Kak.” kata Adik. Kini sudah merelakan kepergiannya. Walau sekarang dengan Kakak,Adik sangat beruntung sekali.
Hanya saja…banyak pikiran,” kata Adik “Banyak pikiran apa Dik?” Kamu ini ada ada saja.Yang sudah ya…sudah. Kita harus sabar,apalagi Adik anak laki-laki. Anak baik dan pintar. “Iya juga Kak,” kata Adik sambil memainkan balpoin. Adik sudah menerima keadaan sekarang.
Tapi kan tidak bisa terus menerus,tiap bulan rasanya selalu saja ada hajatan. ” Hajatan apa?” tanyaku heran. Adik kini mengusap ingus yang ada di hidungnya. Sudah itu ia duduk sengaja menghentikan memainkan bolpoinnya sebentar. Rupanya ingin menunjukkan kesungguhan keinginannya.
Begini Kak…coba kakak lihat, teman -teman seperti adit,udin,Asep, bahkan siti pun pernah naik sisingaan. Mereka diiring mengelilingi kampung. Terlihat sangat senang dan gembira. ” Saya sendiri?” Adik kembali meneteskan air matanya.
Aku tertegun. Aku memandangi Adik dengan terharu. Tiba-tiba saja aku merasa berdosa., telah menyangka yang bukan – bukan,jadi itu rupanya.gumamku dalam hati.” Walaupun kita tidak mampu,Adik ingin merasakan bagaimana senangnya naik sisingaan, sambung Adik lagi.
Aku mengangguk. Hampir saja Aku tak bisa menahan air mataku sendiri yang tiba-tiba seperti hendak memberondong. Andai saja waktu di khitan Adik, ayah dan ibu masih ada,mungkin keadaannya tidak seperti ini. Kupeluk Adik erat-erat. Ku usap air matanya. Kutatap wajahnya dalam-dalam.
Akupun berkata lirih. “Dik…dengarkan Kakak. Suatu hari Adik pasti naik sisingaan. ” Bagaimana caranya?” tanya Adik penuh semangat.
Tahun ini Kakak mendapat prestasi terbaik dalam rangka lomba literasi tingkat Provinsi. Sebentar lagi kan kenaikkan kelas. Ibu guru bilang,siswa- siswi yang berprestasi di tingkat kabupaten maupun provinsi akan diberi hadiah naik sisingaan,pada acara kenaikkan kelas.
“Yang benar Kak?” kalau begitu adik juga juara lomba pidato bahasa Indonesia,walau juara 3 tingkat kabupaten.
“Oh…ya,Kakak hampir lupa. Kalau begitu,kita bisa satu kuda sisingaan berdua. ‘Kata Kakak lagi. “Asyik…” seru Adik sangat gembira sekali.
“Kamu tahu Dik…ibu guru bilang, bahwa kesenian sisingaan adalah jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di kabupaten Subang,bahkan sudah melanglang buana, ke mancanegara.
Mata Adik berbinar-binar. Ia merasa bangga dan bahagia. Bangga karena memiliki kesenian tradisional yang sudah terkenal ke luar negeri.
Bahagia karena dengan prestasi,impian dapat dicapai. Hatipun menjadi lega. “Sekarang hapus air matamu Dik” kata Kakak.
Adikpun tersenyum Lalu adik dan Kakak berpelukkan. Ada rasa haru dan bahagia. yang menyeruak di kalbu.
Langit berwarna biru dan bening. Cuaca saat itu tampak cerah. Secerah impian Adik yang segera akan terwujud naik sisingaan.
Kumpulan karya tulis di 07.32
Berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar

Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Foto saya
Kumpulan karya tulis
Serius tapi santai
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

(Visited 125 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan