Ikut Parasamya Nugraha Mungkinkah?

Ikut Parasamya Nugraha.

Mungkinkah???

Hari ini Aku sangat senang dan bahagia, bersyukur kepada Allah yang Maha Mendengar, Maha Pengasih dan Penyayang.

Setahun yang lalu, Aku melihat teman- teman yang super hebat di WA Grup mengikuti Penghargaan Parasamya Nugraha.

Mereka memiliki karya, memiliki buku karya sendiri. Aku turut senang dan berbahagia. Sekaligus tertarik.

Dalam benakku berkata,” Mungkinkah Aku bisa seperti mereka?”

Aku kembali terbayang, tahun 2011 Aku pernah mengirimkan tulisan baik cerpen, puisi, atau artikel.

Pertama kali bahagianya bukan main. tulisanku diterbitkan, ada tertulis namaku di situ.

Baik yang di majalah mingguan pelajar, maupun di majalah suara guru ( Bhineka Karya).

Pada waktu itu pernah menerima uang walau tidak seberapa. Sehingga Aku bisa traktir rekan- rekan kerjaku walau hanya alakadarnya.

Aku tidak menilai berapa rupiah yang aku terima, tapi ada yang lebih membanggakan hati, yaitu dimuatnya tulisanku waktu itu.

Sayang nya Aku tidak berlanjut, hanya sekedar mencoba. Entah karena kesibukan atau hal lain, yang menjadi sebuah alasan.

Akhirnya waktu begitu cepat berlalu, yang kurasakan sekarang sebuah penyesalan.

Kenapa Aku tidak terus menulis waktu itu! Itulah yang menjadi pertanyaanku sekarang.

Namun pertanyaan itu , kini Aku baru bisa menjawab nya sekarang. Menulis bukan sekedar cukup mau saja.

Tapi disitu kita dituntut untuk mampu dan  mau belajar dan mau  berliterasi.

Mencari waktu untuk membaca maupun menulis, bagiku tidaklah mudah. Mungkin alasan  inipula  yang membuatku pakem pada akhirnya.

Padahal bukan menunggu waktu luang, untuk bisa membaca maupun menulis.

Seharusnya kitalah yang mengondisikan  waktu itu sendiri. Untuk dapat membaca maupun menulis secara rutin dengan penuh disiplin.

Alhamdulillah saya banyak bertemu dengan teman – teman yang sangat baik.

Saya  menyampaikan terima kasih kepada Bu Ruri satu rekan kerja di SDN. Wantilan yang pada waktu itu mengajak saya ikut workshop menulis best practice yang diadakan oleh MGMP IPA. Dengan nara sumbernya Bp Idris Apandi.

Di situ Saya banyak bertemu teman- teman waktu kuliah. Dan satu lagi yang tak kalah mengesankan bagi saya panitia nya yang super baik dan ramah. Diantaranya  ada Bu Haji Rita, dan Bu Suprapti.

Akhirnya berlanjut hingga ikut di grup Lisangbihwa sampai sekarang.

Lagi- lagi penerimaan teman- teman  yang membuat saya merasa betah merasa bangga berada di grup ini, walau saya seorang guru di SD.

Dua buku antologi yang baru  saya miliki bergabung dengan teman – teman yang super hebat!

1. Jejak langkah Guru Subang,

2 Sumbu Saihu Lisangbihwa

3 Akrostik (KPPJB) masih proses cetak.

Dari bermula Buku Antologi, ada kepikiran ingin sekali punya buku tunggal. Lagi- lagi pertanyaan itu muncul.

Mungkinkah Saya bisa? Akhirnya pertanyaan besar itu saya jawab dengan pernyataan saya sendiri. “Aku harus bisa!”

Alhamdulillah Allah selalu beri Saya jalan. Ketika ada pengumuman Parasamya, di grup, Saya tidak berpikir lama lagi, langsung ikut gabung, padahal belum punya tulisan.

Saya pikir ikut gabung dulu, baru tulisan belakangan. Seandainya pun tidak bisa minimal ada pengetahuan yang bisa dipetik.

Akhirnya seiring berjalan nya waktu, karena tenggang waktu nya masih cukup lama, Saya berpikir pasti saya bisa ikut. Bismillah saja, niat dulu. Itu modal tekad saya di awal.

Alhamdulillah nya Saya punya teman – teman yang super baik di grup ini, salah satunya Bu Suci, Bu Suci lah yang telah berkenan mendaftarkan nama saya ikut parasamya.

Padahal waktu itu saya belum punya tulisan. Lagi- lagi campur tangan Allah yang sangat pemurah, tahu apa yang diinginkan hambanya.

Begitu mendengar nama saya sudah didaftarkan, senang nya bukan main. Sekaligus juga tantangan bagi saya. Artinya saya harus menyelesaikan tulisan ini sebaik mungkin.

Alhmdulillah Allah mudahkan ide – ide saya untuk membuat puisi. Sehari bisa dua atau tiga puisi, bahkan enam puisi.

Namun ini semua berkat ilmu yang saya dapatkan. Dengan cara mengikuti pelatihan menulis puisi baik di Lisangbihwa, maupun di pelatihan menulis puisi di grup KPPJB.

Jika mendapat kebuntuan dalam menemukan ide, Saya pasti menuliskannya, apa yang terlintas dipikiran. Sekalipun tidak nyambung.

Setelah dalam bentuk draf, baru saya utak – atik, saya revisi, saya edit, dan akhirnya dengan tidak terpikirkan sebelumnya, akhirnya jadilah sebuah tulisan.

Inspirasi ini saya dapatkan dari anak bungsu saya.  Sejak usia kelas dua SD sholat berjamaahnya di masjid tidak pernah ketinggalan, sekalipun  hujan besar.

Pergi sendiri pasti ia lakukan, kecuali sakit.  Semoga Allah selalu istiqomahkan. Putra- putraku semuanya menjadi anak- anak yang sholeh. Aamiin YRA.

Ghirah dalam ibadah  yang membuat saya bangga. Semoga menjadi cahaya bagi keluarga dan saudara- saudaranya. Aamiin YRA.

Akhirnya terciptalah sebuah kumpulan puisi yang berjudul ” Permata Cahaya Hati”

Selain deskripsi puisi yang indah, itu menurut saya,😀🤭🙏 juga dari tiap larik nya mengandung makna nilai- nilai keteladanan. InsyaAllah.

Demikianlah perjalanan kisah goresan tinta saya menuju Parasamya Nugraha.

Walaupun buku tunggal perdana saya ini, masih dalam proses cetak, saya berharap semoga dilancarkan segala sesuatunya dan dimudahkan.

Sehingga nanti pada waktunya tiba, saya benar- benar bisa mengikuti Parasamya Nugraha.

Semoga kita diberikan umur panjang. Sehingga bisa bersilaturahim bertatap muka dalam suasana hati yang bahagia dan gembira. InsyaAllah. Aamiin YRA.

Subang, 1 April 2021.

 

(Visited 30 times, 1 visits today)

One thought on “Ikut Parasamya Nugraha Mungkinkah?

Tinggalkan Balasan