Jangan Mengingatnya!
Malam itu Nola, Reno, Rico, dan Fazly tengah berkumpul di rumah Nitya. Mereka memutuskan untuk menginap, karena ada tugas kelompok yang harus mereka kerjakan. Karena kasus Covid-19, mereka ditugaskan untuk membuat video drama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, lalu mengunggahnya ke internet. Berhubung jarak rumah mereka dekat, mereka memutuskan untuk mengerjakan tugas bersama.
“Akhirnya selesai juga,” ucap Nola.
“Good job semua!” kata Fazly sambil membereskan properti.
“Yok istirahat dulu,” ajak Nitya.
Selesai beristirahat, mereka melanjutkan mengedit video yang tadi mereka buat. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
“Eh guys, kita baca cerita horor yuk, dari website yang lagi viral itu!” ajak Reno memecahkan keheningan malam itu.
“Ooohhh , website writinglaa.com itu ya?” tanya Nola memastikan.
“Nah iya itu,” balas Reno membenarkan.
“Kuy lah,” serempak mereka menyetujuinya.
Renopun membuka website itu. Disana banyak sekali creppypasta, cerita horor, mitos dan hal lainnya yang berbau horor. Mereka membaca satu persatu cerita horor yang tersedia. Sampai akhirnya mereka menemukan satu cerita di sebuah bangunan tua bekas hotel yang berada di kota Subang.
‘Hai semua pembaca, kali ini saya akan menuliskan cerita horor yang dialami langsung oleh salah satu pengikut website writinglaa.com. Oke langsung aja dibaca ya!
Semua masyarakat pasti tahu tempat ini, ini adalah salah satu bangunan tua bekas hotel. Bangunan ini memang dikenal angker, tapi aku tak begitu mempercayainya. Hingga hari itu tiba, hari di mana aku melakukan hal bodoh hanya untuk membuktikan bahwa aku pemberani, nyatanya aku benar-benar seorang penakut.
Hari itu di sore hari, aku dan dua orang temanku sedang iseng membaca cerita tentang papan oujia, katanya papan itu bisa memanggil hantu dan dapat membantu kita berkomunikasi dengan ‘mereka’. Papan oujia biasanya terdiri dari susunan abjad dari A sampai Z, angka 0 sampai 9, tulisan ‘Ya’ atau ‘Tidak’, dan tulisan ‘selamat tinggal’ serta terdapat papan kecil sebagai alat berkomunikasi. Entah apa yang merasuki temanku, hingga ia mencari papan itu di internet dan membelinya. Dan tanpa diduga, Papan itu kita terima di hari itu juga.
Dua temanku sepakat untuk memainkan permainan konyol itu, sedangkan aku tidak. Mereka terus mengolok-olokku karena aku tidak mau ikut bermain bersama mereka, mereka terus menerus memanggilku penakut, akhirnya kuputuskan aku ikut dalam permainan itu untuk membuktikan bahwa aku tidak sepenakut itu.
Kami memutuskan untuk memainkan papan oujia di bangunan tua yang terkenal angker, konon katanya di sana ada sesosok wanita yang meninggal karena tertabrak mobil, dan pernah ditemukan beberapa kerangka mayat di halaman bangunan itu.
Sejujurnya aku sedikit takut, namun aku harus tetap memberanikan diri di hadapan teman-temanku. Kami pun memulai permainan papan oujia, kami terus mengucapkan mantra dan papan kecil yang kami pegang mulai bergerak tanpa arah kami pun mulai menanyakan banyak hal, dan ‘dia’ menjawab pertanyaan kami. Salah satu temanku menanyakan hal yang seharusnya tak pernah ia tanya. Dia bertanya apakah dia ingin ikut bersama salah satu dari kami, dan papan kecil itu mulai bergerak ke arah tulisan YA, dan temanku yang lain bertanya dengan siapa kamu ingin ikut?’ lalu papan kecil itu mengeja huruf-huruf bertuliskan namaku.
Sontak aku kaget dan langsung saja ku akhiri permainan konyol itu, walaupun perlu berdebat dengan kedua temanku akhirnya mereka menyetujui untuk mengakhirinya.
Seminggu setalah aku melakukan permainan itu, aku tak mengalami apapun. Hingga malam itu, saat itu aku sedang bersiap untuk tidur namun saat mataku hampir terpejam tiba-tiba tercium bau busuk yang menyeruak. Aku terbangun mencari sumber bau itu, namun nihil aku tak menemukan apapun. Kuputuskan untuk kembali tidur, namun bau itu terus mengganggu indera penciumanku.
Aku bersikap bodo amat dengan penciumanku, dan berusaha untuk tetap tidur. Aku menarik selimutku untuk menutupi wajah, namun sesuatu menariknya kembali ke arah yang berlawanan. Saat selimut itu jatuh aku melihat sesosok wanita dengan wajah yang berlumuran darah, matanya bolong, rambutnya yang berantakan tengah merangkak ke arahku dengan senyumnya yang menyeringai, lalu dia berkata ‘Mau jadi temanku?!’.
Ya begitulah pertemuanku dengannya, aku sudah mencoba untuk mengusirnya. Namun tidak bisa, dia sudah melekat denganku. Kini aku tak perlu lagi papan oujia untuk memanggilnya, cukup bayangkan dan sebut namanya dia akan datang. Bahkan saat menulis ini pun dia hadir, tengah memerhatikanku dengan mata bolongnya dan tak lupa senyumannya yang menyeringai. Kuharap kalian tak pernah bertemu dengannya. Terimah kasih sudah membaca!
Btw, namanya Sukma.
INGAT JANGAN SEBUT NAMANYA SEMBARI MEMBAYANGKAN WUJUDNYA! MESKIPUN ITU DI DALAM HATI!’
Reno, Rico, Nola, Nitya, dan Fazly hanya bisa meneguk ludah setelah membaca cerita itu. Reno mulai menutup laptopnya, dan yang lain berusaha untuk tidak mengingat nama itu.
‘Tok … tok … tok,’ ketukan suara pintu mengagetkan mereka.
“Ehh siapa tuh?” kata Fazly.
“Mana kutahu,” jawab Nitya.
“Ya udah sana buka!” perintah Rico.
“Dih kok aku sih,” elak Reno.
“Ya udah kita barengan aja bukanya,” usul Nola.
Mereka pun mulai berjalan ke arah pintu, dengan perasaan waswas Rico memberanikan diri membuka pintu. ‘kreett’ pintu terbuka, dan tidak ada siapapun di sana, mereka menghela nafas lega, namun sesaat mereka berbalik, ada sosok wanita berdiri di hadapan mereka, dengan mata bolong dan senyum menyeringainya dia berkata ‘MAU JADI TEMANKU? HI … HI … HI ….’
TAMAT