Ratna Ayu Lestari8A-SMPN 1 Ciater-Keladi Syifa-Cerpen

foto-ratna-Ayu-Lestari.jpg

 

Keladi Syifa

Namanya  Syifa Amalia. Dia yatim saat umurnya masih 3 tahun, saat itu ayahnya kecelakaan saat berangkat ke pasar untuk berdagang. Dan menjadi piatu saat berumur 5 tahun karena ibunya sakit keras. Syifa  tinggal bersama neneknya.

Sekarang Syifa berumur 14 tahun dan duduk di bangku SMP. Setiap hari Syifa berjualan kue tradisional buatan neneknya, untuk menyambung hidupnya. Ada misro, comro, getuk, katimus yang semua berbahan singkong dan mudah didapatkan di desa Syifa.i  Syifa selalu berjualan kue setelah pulang sekolah.

“Kue kue” ucap Syifa sembari membawa kue- kue dan berjalan menyusuri kampung- kampung.

“Beli Dek” ucap seorang ibu yang kasihan melihat Syifa.

“Berapa Bu?” ucap Syifa dengan ramah.

“10 ribu aja Dek!” Ucap Ibu itu.

“Ini Bu” ucap Syifa sambil memberikan kantong yang berisi kue.

“Makasih dek” ucap ibu ibu itu sambil memberikan uangnya kepada Syifa.

“Sama sama Bu” ucap Syifa dengan ramah.

Hari pun sudah sore, Syifa pun pulang ke rumah. Saat di rumah, Syifa disambut oleh neneknya.

Neneknya memasak makanan kesukaannya.

Keesokan harinya Syifa pun pergi ke sekolah. Ia pun membawa jajanan kue nya ke sekolah,. Saat dikelas, Syifa pun belajar seperti biasa.

“Selamat pagi anak anakku” ucap Bu Aliya, wali kelas 8A kelasnya Syifa.

“Pagi Bu” ucap Syifa dan teman temannya.

“Anak-anakku, ada pengumuman dari sekolah ” ucap Bu Aliya.

“Apa pengumumannya Bu” ucap Syifa.

“Pengumumannya, kita akan diliburkan selama 2 Minggu, dikarenakan penyebaran virus Corona yang sudah mewabah, kita akan sekolah secara online/daring  (jarak jauh)” lanjut Bu Aliya.

“Siap Bu” ucap Syifa dan teman temannya.

Saat dirumah Syifa pun menceritakan tentang pengumuman itu ke neneknya Setiap hari jualan Syifa semakin tidak laku, karena orang-orang lebih suka memasak dibandingkan jajan di luar , ke sekolah pun tidak bisa berjualan lagi. Syifa pun bingung “Aku harus jualan apalagi” ucap Syifa dalam hati. Syifa pun berpikir cukup lama, akhirnya ada sebuah ide yang terlintas di benak “berjualan tanam hias aja, yang sekarang lagi ngetrend”. Di masa pandemi ini orang bekerja dari rumah (work from home), sehingga  banyak waktu untuk menyalurkan hobi.Salah satunya hobi menanam tanaman hias.”Wah ini peluang, oke aku akan mencoba berjualan tanam hias aja” ucap Syifa dalam hati.

Keesokan harinya, Syifa mulai belajar secara online dan siang hari Syifa pergi ke toko alat- alat tanaman untuk membeli peralatan untuk menanam dan benih tanaman hias. Syifa pun mencoba untuk menanam tanaman hias, Syifa pun berapa kali gagal karena merawat tanaman itu ternyata gampang gampang susah. Namun, Syifa tidak pantang menyerah. Syifa pun mencoba beberapa kali hingga bisa. Akhirnya Syifa pun bisa menanam dan merawat tanaman hias.Selain menanam dari benih yang dibeli, Syifa juga membeli dari Iqbal  saudara sepupunya yang mencari aneka macam keladi dihutan sekitar desanya. Sekarang aneka macam keladi memang banyak diburu para pecinta tanaman hias.

Keesokan harinya Syifa mencoba untuk menjualnya tanaman hiasnya secara online.

Syifa memfoto tanaman hiasnya dan memajangnya di media sosial-nya. Syifa pun menunggu datangnya pesanan. Akan tetapi tidak ada yang memesan tanamannya. Tiba tiba datanglah pesan dari seorang Ibu yang mau pesan tanamannya.

“Assalamualaikum” ucap Ibu itu dalam chat.

“Wa’alaikusalam Bu” jawab Syifa dalam chat membalas percakapan.

“Dek, pesen tanaman hiasnya” ucap Ibu itu dalam chat.

“Maaf ini dengan Ibu siapa? Boleh Bu,silakan  mau yang mana?” jawab Syifa membalas chat Ibu tersebut.

“Oh, sama Ibu Diah dari Ciater.Yang ini aja Dek, berapa?” ucap Ibu itu dalam chat.

“Lima puluh ribu” jawab Syifa membalas..

“Yang itu aja Dek” ucap Bu Diah  dalam chatnya.

“Siap Bu, sekarang saya akan antarkan tanamannya, diman alamat Ibu?” jawab Syifa sambil tersenyum dan Syifa pun langsung mengemas dan mengantarkannya. Kebetulan rumah Bu Diah  hanya beda kampung sama Syifa. Tok-tok,“Assalamualaikum, Syifa mengetuk pintu sambil mengucap salam. Bu Diahpun membukakan pintu.”Wa’alaikumsalam” jawab Bu Diah sambil membukakan pintu. “Bu ini pesanannya” ucap Syifa sambil memberikan kantong plastik yang berisi tanaman hias.

“Oh ya Dek, Duduk dulu, Ibu ambilkan uangnya”, jawab Bu Diah.

“Iya Bu, Makasih ” ucap Syifa, sambil duduk di kursi yang ada di teras rumah Bu Diah. Banyak sekali koleksi tanaman hiasnya Bu Diah. Semuaterawat dan  tertata rapi.

Ternyata Syifa tidak tahu, kalau ada penjual tanaman hias sebelum dirinya. Si penjual tanaman hias itu pun sangat membencinya, karena Syifa telah mengambil pelanggannya.

Malam pun tiba, Syifa dan neneknya pun makan malam terlebih dahulu. Setelah makan malam, Syifa pun tidak lupa untuk belajar, walaupun sekolahnya secara virtual semangat untuk belajar tidak boleh hilang. Setelah Syifa belajar, Syifa pun langsung tidur . Saat itu juga Si penjual tanaman hias yang membenci Syifa datang ke halaman rumah nenek Syifa secara diam diam dan menaburkan bubuk beracun supaya tanaman hias Syifa layu dan mati.

Keesokan harinya pun Syifa kaget dan memanggil neneknya.

“Nek, coba lihat ke siniii” ucap Syifa yang panik.

“Ada apa Syifa?” ucap neneknya yang bingung.

“Nek lihat ini, tanaman yang aku rawat dari kemarin-kemarin sudah mati” ucap Syifa yang matanya mulai berkaca-kaca

“Kenapa tanamannya bisa mati Syifa?” tanya neneknya.

“Akupun tidak tau Nek” ucap Syifa yang masih bingung.

“Kayaknya ini kerjaan orang yang tidak suka sama kamu” ucap neneknya, sontak membuat Syifa terdiam sebentar.

“Iya kayaknya Nek” ucap Syifa.

“Tidak apa-apa, sabar dengan cobaan ini ya Syif, coba lagi dan tetap bersemangat ya Cuu” hibur Nenek.

Syifa pun mencoba menanam kembali tanamannya. Setiap hari Syifa merawatnya dengan tekun dan  sabar.. Syifa pun tidak lupa untuk tetap belajar  di pagi harinya dan keliling kampung  untuk berjualan tanaman hias pada siang harinya. Syifa pun mulai berkeliling untuk berjualan tidak lupa tetap mengikuti protokol kesehatan. Selain berkeliling Syifa memajang dagangannya di rumah juga di medsos-nya.

Akan tetapi, hari itu tidak ada seorang pun yang mau membeli tanaman hias Syifa, walaupun  sudah mencoba memberikan diskon. Namun hasilnya nihil,. Akhirnya Syifa pun duduk di kursi ruang tamu sambil bengong.

“Kenapa muka kamu bengong?” ucap neneknya yang melihat Syifa dari tadi.

“Nggak papa kok Nek” ucap Syifa.

“Syukurlah, sekarang kamu mandi dan jangan lupa untuk sholat Maghrib, setelah itu  jangan lupa untuk makan malam” ucap neneknya kepada Syifa

“Siap Nek” ucap Syifa, Syifa pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil handuk, lalu mandi.

Setelah Syifa beres mandi, Syifa pun langsung sholat Mahgrib. Setelah itu, Syifa pun makan, lanjut mengaji sambil menunggu waktu Isya’. Setelah sholat Isya lanjut untuk belajar, begitulah rutinitas Syfa tiap malamnya, Walaupun keadaan ekonomi yang terbatas dan sudah tidak punya bapak  dan ibu, Syifa bertekad untuk meraih cita-citanya untuk masa depannya dan membahagiakan neneknya. Tidak lupa berdoa untuk kedua orang-tuanya yang sudah bahagia di alam sana. Kadang Syifa suka nangis tiba tiba jika  kangen dengan kedua orangtuanya. Dia tumpahkan segala keluh kesahnya dengan doa bersujud kepada yang Maha Kuasa.

Keesokan harinya, Syifa pun tidak lupa untuk menyiram tanaman hiasnya. Setelah menyiram tanaman Syifa pun langsung pergi ke kamarnya untuk mengambil handuk dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi pagi. Setelah beres mandi, Syifa pun langsung memulai belajar daringnya. Setelah selesai belajar daring, Syifa harus pergi ke pasar untuk membeli pupuk dan benih tanaman hias barunya

Saat Syifa sedang berjalan di pasar, Syifa bertemu dengan wanita paruh baya yang sedang meminta minta. Syifa pun merasa iba.

“Dek bisa minta sedekahnya, nenek belum makan dari kemarin” ucap wanita paruh baya itu.

“Ini nek, walaupun tidak banyak semoga bisa membantu nenek” ucap Syifa sambil memberikan separuh uangnya.

“Makasih dek, semoga Allah memperlancar rezeki Adek” ucap wanita paruh baya itu.

“Amiin” jawab  Syifa yang mengaminkan ucapan wanita paruh baya itu.

Harusnya uang itu digunakan untuk membeli kouta internet. Namun, Syifa melihat orang yang lebih membutuhkannya. Walaupun kita sedang kesusahan, kita tidak boleh lupa untuk sedekah. Setelah pulang dari pasar, Syifa pun langsung merawat tanaman hiasnya, memberikan pupuk kepada tanaman hiasnya dan tidak lupa untuk membersihkan gulma/rumpu liarnya,.

Pagi yang cerah pun datang, seperti biasa Syifa harus menyiram tanaman hias dipagi hari. Setelah menyirami tanaman hiasnya, Syifa langsung mandi dan bersiap untuk mengikuti belajar  daring. Semenjak ada pengumuman untuk belajar daring. hingga sekarang sudah 1 tahun Syifa tidak bersekolah, rasa rindu untuk bersekolah tatap muka sudah mendera. Tapi ya apa mau di kata. Semoga pandemi cepat berlalu.

“Halo” terdengar suara seorang pria di hpnya.

“Halo, dengan siapa ya?” ucap Syifa yang tidak mengenal nomor handphonenya.

“Apa bener ini dengan Syifa Amelia penjualan tanaman hias?” ucap orang itu.

“Iya, saya sendiri, maaf ini dengan  siapa ya Kak?” jawab Syifa.

“Ryan  dari Lembang. Saya pesan tanaman hias keladinya sebanyak 100 pot Dek” ucap Pak Ryan. “Jenis keladi moonlight 25, keladi wayang 30, keladi tricolor 20 dan kuping gajah 25 pot” lanjut Ryan.

“Buat kapan Kak?” ucap Syifa yang kaget dan bersyukur karena menerima pesanan yang begitu  banyak.

“Buat 2 mnggu kedepan bisa?” jawab Kak Ryan.

“Bisa Kak!” ucap Syifa.

“Saya harus Dp berapa dulu?” ucap pria itu.

“Setengahnya dulu saja, kak” jawab Syifa.

“Jadi total nya berapa Dek” ucap pria itu.

“Totalnya 2.500.000 plus ongkir mobil 100.000 jadi 2.600.000. Kakak bisa Dp setengahnya dulu” ucap Syifa kepada Ryan yang pria muda memesan keladi itu.

“Saya akan transfer 1.300.000 dulu, nomer rekening Adek berapa? Alamat akan saya WA” ucap Ryan.

“3565*********2576, ini Pak nomer rekeningnya” ucap Syifa kepada pemuda itu.

“Oke dek saya sudah transfer, ditunggu pesanannya, yaa!!” ucap pemuda itu.

“Siap kak” ucap Syifa sambil memutuskan sambungan telepon tersebut.

Syifa langsung menyiapkan tanaman keladi pesanan Kak Ryan. Syifa juga dibantu oleh Iqbal sepupunya yang juga suka bantu mencarikan bibit keladinya.

Setiap hari Syifa merawat tanaman hiasnya itu. Setiap pagi dan sore Syifa menyiram tanaman hiasnya itu. Besok adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Syifa, setelah itu Syifa makan malam dan belajar. Setelah belajar Syifa berdoa “Ya Allah semoga besok lancar” ucap Syifa di dalam hati. Tetapi Allah berkata lain, malam itu datang si penjual tanaman yang membenci Syifa dengan diam diam dan memberikan racun kepada tanaman hias Syifa untuk kedua kalinya, karena ia iri kepada Syifa yang selalu mendapat pesanan yang banyak.

Keesokan harinya pun Syifa terkejut dan Syifa juga menangis, karena semua keladinya pesanan Kak Ryan. Syifa pun langsung menelepon kak Riyan.

“Assalamualaikum Kak” ucap Syifa kepada kak Riyan.

“Waalaikusalam, ada apa Syifa?” jawab Riyan kepada Syifa.

“Maaf  Kak, kayaknya pesanan tanaman hias dibatalkan saja!” ucap Syifa.

“Kenapa dibatalkan Syifa?” ucap Riyan yang bertanya kepada Syifa.

“Semua tanaman hias saya mati kak, kayaknya adayang jahil menaburi racun dan uang Dpnya akan Syifa balikin semua kak” ucap Syifa.

“Mangga, silakan.Lain kali kalo keladinya sudah ada lagi, hubung Kakak yaa!” ucap Riyan kepada Syifa.

“Baik. Terimakasih Kak” ucap Syifa dengan gembira.

“Sama sama” ucap Riyan kepada Syifa, sambil memutuskan sambungan telepon tersebut.

Syifa pun hampir putus asa, karena semua tanaman hiasnya mati secara tiba-tiba. Untungnya Syifa mempunyai pelanggan yang tidak marah saat tau pesanannya tidak ada. Syifa pun mencoba untuk bangkit lagi.Dan sekarang paman Syifa membuatkan pagar untuk tanaman hiasnya Syifa. Kak Ryan pun menjadi pelanggan tanaman keladi hias Syifa. Kebetulan kak Ryan punya relasi untuk membuat  taman-taman  di kota Bandung.

Lima  tahun kemudian…..

Sekarang Syifa telah berumur 19 tahun, Syifa pun telah lulus SMA. Berkat kegigihannya Syifa sudah  mempunyai toko tananan hias lengkap dengan pot dan pernak-pernik para pecinta tanaman hias. Tokonya diberi nama “Keladi Berkah”.

Sekarang Syifa pun bertekad  melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi merengkuh asa dan cita-citanya. Selain ingin menjadi ahli pertanian Syifa juga ingin membawa neneknya untuk Umroh. Semoga Allah meridloi.

(Visited 29 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan