Suatu Pagi   Telanjang menghadap alam Memandang bentangan bumi Langit  berkaca pada telaga Telaga memeluk awan Sepoi membelai hati Mentari bersinar mesra Hangat mendekap semesta   Diam tak pernah bisa terlalu lama Ketika pohon berlumut mendekap pagi Tetesan embun mengkristal

Pasar Cisalak Digdaya   Riuh pedagang dan pembeli Memecah embun pasar cisalak Menetes pada tenda-tenda pedagang Membasahi hati pembeli Semua siap bertransaksi   Mendung urung bergantungan dilangit Mega berpesta pora sambut mentari Hangat merasuk hati Cerah hadir di pagi ini

Pemuda dan Pendidikan   Pemuda hebat terus bergerak Menerobos tembok besi Dengan penuh inspirasi Tanpa mau dibatasi   Bertanya lugas karena penasaran Satu jawaban berikan semangat perjuangan Tak perlu takut ataupun ragu Terus melangkah demi sebuah perubahan   Pendidikan itu

Subang   Kota kecil nan indah Rapi dan bersih Hangat penuh semangat Tertata membanggakan   Subang tempatku di lahirkan Budayamu aneka rupa Begitu banyak cerita Akan eksotis pesonanya   Oh … Subang Jejak cerita yang pernah ada Selalu terpatri di

Rinduku Padamu   Kududuk berjam-jam Menatap layer gawai penuh tulisan Kusiapkan buku dan pena   Deretan tugas berjejer Tugas daringku Yang sungguh banyak   Dulu tak seperti ini Kuukir tanya pada guru Kucipta canda dengan kawanku Hadir di ruang kelas

Ini Pandemi   Kubuka jendela rumah Tapi kurasa ada yang salah Bumku tak lagi ramai Hati ini tak lagi tenang   Bumiku … Adakah yang salah? Mengapa orang tak lagi bersamaan? Mereka tak lagi berdekatan Tak ada tutur sapa yang

Pandemi Melanda Negeri Ini   Pandemi melanda Negeri berduka Masyarakat resah Kabar sedih di mana-mana   Dokter kerepotan Perawat kelelahan Pemerintah kebingungan   Cepatlah hilang Agar kami dapat nikmati Indahnya Ramadhan ini Idul Fitri tinggal menghitung hari Akankah semua kembali?

TENANG   Walau tenang tak kunjung datang Kita tetap hebat Situasi selalu membuatku kebingungan Entah sampai kapan dunia akan menutup kebebasanya Dan entah sampai kapan kita akan bernaung pilu Melatih sendiri Mentertawakan rintihan asa yang tak kunjung tercapai Membuat diri

SOSOK KECIL   Sosok kecil terbujur kaku Mentertawakan pemimpim kala dunia merintih Mentertawakan paradoks yang kian tertentang Disaat sporadis kian menyebar Dalam estimasinya Ada kalanya dirgantara terlihat sontok Kau bukan rumah Meraup kesengsaraannya ‘tuk didaur ulang menjadi bahagiamu Meraup lembar

SUBANG   Subang paripurna Dingin bak kristal membeku Pun juga hangat bagai sang surya Subang paripurna Baik bukit berkayu Pun hamparan air asin dimilikinya Subang paripurna Berbagai suku dan budaya dihidupinya Subang majulah maju dan jangan malu Subang kau paripurna

UJUNG MANGATA     Mentari dan hujan saling membantu Menghadirkan lengkung warna warni Jiwa dan raga saling membantu Menghadirkan sesosok manusia adiwarna ejawanta sang pelangi Terdengar sukar, lengkara, nan aksa Bak candramawa berisi kelam sang malam dan cahaya sang surya

TAWA dan KAWAN (yang KURINDUKAN)   Tangan lusuh penuh tinta. Ruang lingkup penuh tawa. Perdebatan tanpa makna. Membuatku lupa bahwa segalanya bersifat sementara.   Bersabarlah sayang… Semuanya akan baik-baik saja. Senyap, seakan mati tanpa kata. Aku terbuai dan tergugu dalam

METAMORFOSIS KUPU-KUPU   Sabar… kamu belum menetas. Sabar… kamu belum cukup dewasa. Sabar… cangkangmu belum terkelupas.   Lihat… sabar membawamu terbang bebas. Lihat… perjuanganmu tak sia-sia. Lihat… pengalamanmu memberi ilmu yang indah.   Rasakan… betapa berartinya pembelajaranmu selama ini. Metamorfosis

Tak Terduga Virus Covid-19 adalah virus yang mematikan. Saat Ini Virus Covid-19 Sedang menyerang seluruh dunia termasuk Tanah Air tercinta kita yaitu Negara Indonesia. virus ini pertama muncul di Wuhan China. Pagi yang cerah, Aisyah sedang bermain bersama Fatimah. mereka

Fatimah Mondok Namanya Fatimah, hidungnya mancung, alisnya tebal, berkulit putih, berbadan tinggi. Fatimah berasal dari keluarga yang cukup berada. “Fatimah… cepat ke sini bantu Ibu !!!” suara nyaring berasal dari dapur. “Iya ibu…” Fatimah yang sedang memainkan handphone terkejut lalu

MERDEKA   Penciuman terpaksa ditutup Pengecapan terpaksa ditutup Hanya dua indra yang tetap merdeka Mengeluh bukanlah penyelesaian Yang penting perasaan dan fikiran tetap jalan Mereka menutup mulut dan hidungnya Bukan yang mereka inginkan, tapi sebuah keharusan. Mereka bersekolah dari rumah.

SUBANG DINI HARI   Binar arunika sang mentari. Menghantarkan helaian kelopak kanigara yang kian bermekaran. Deburan ombak yang menghanyutkan. Menghantarkan sanubari untuk ikut menari. Bak permata sang maharani. Lazuardimu berkilau cantik tuk dipandang. Kamu terlihat apik dari atas sini. Bagaikan

5M Matahari terbit dari sebelah timur, terdengar suara ayam yang sedang berkokok, burung-burung berkicau,bunga-bunga bermekaran. “Kring,kring,kring.” terdengar suara jam beker berbunyi menandakan pukul 05.00 WIB. Seorang gadis pun terbangun dari tidurnya,dan langsung menyambut pagi hari dengan semangat. “Selamat pagi dunia……”teriak

BESTARI   Teruji berkali-kali Terhantam ombak berulangkali. Terikat takdir bertali-tali. Berulang kali melirik jalan kembali. Semua demi menjadi manusia bestari. Menimba ilmu memang sukar. Namun sepadan cahaya terpencar. Tatkala takdir berpihak sekali. Maka terbentuklah manusia bestari.

Covid -19 OLEH : NAJMAH SITI FAUZIAH Di sebuah perkampungan ada seorang wanita yang hebat yang mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan yang begitu cantik dan juga tampan. Pagi yang cerah, mereka berencana ingin berefresing sesekali karena ibu sangat sibuk

Cerpen, Bilqis adila putri Tetap bersama Satu virus yang berbahaya namanya Corona, asalnya dari kota Wuhan ,China. Kini menyebar ke berbagai negara, salah satunya adalah negara kita Indonesia. Aku merasa kita semua, seperti hidup dalam botol, terkurung dan terbatas, terpisahkan.

Cerpen, Bilqis adila putri Tujuan Angin kering berembus melewati persimpangan jalan, menerbangkan dedaunan kering, bayangan memanjang dari pohon-pohon yang ada di pinggir jalan. Dulu suara yang selalu memanggil-manggil namaku, kini sirna dalam sekejap mata. Ku lewati jalan yang sulit dengan

Cerpen, Bilqis adila putri Kesempatan Saat aku bersedih dan kebingungan, aku selalu melamun sendiri, dan memikirkan apa yang harus aku lakukan. Bagaimana aku bisa terus maju, perjalananku sudah terhenti sampai disini saja. Aku tidak tahu aku harus memulainya lagi dari

Cerpen, Bilqis adila putri Menilai Selucu inikah hidup? Banyak orang memandang dengan pendengaran, bukan penglihatan dan menilai dengan kata bukan fakta. Aku datang ke kota Subang. Dulu aku baik dan ramah kepada orang lain, tidak pernah meninggalkan teman. Sekarangpun aku

Kota Subang OLEH : REISHA PUTRI Pohon hijau mengepung Penghias mata Burung-burung berkicau Penuh makna Embun di pagi buta Warnai hari tanpa cahaya Cangkul bersinergi Awali hari sang pekerja Derap pejalan kaki Menelusuri romansa alam Di hamparan perkebunan Seperti labirin

Perampas OLEH : REISHA PUTRI Hujan deras mengguyur Beriring petir bersahutan Pohon-pohon tak lagi terdian Seperti dirampas dan diterbangkan angina Kau tiba-tiba datang Menutup semua atap kehidupan Kau tak kasat mata Namun sangat berkilat Kau menjadi perbincangan Kau menjadi topic

Terkenang Kota Kelahiran OLEH : REISHA PUTRI Kegelapan sirna ditelan mentari Kutapaki jalan penuh arti Mengayomi langkah demi langkah Sungguh, teramat elok Kulintasi kota kenangan Yang selalu hadir dalam angan-angan Begitu banyak bayangan Terlihat bagai khayalan Subang nama cantikmu Nanas

Teman Seperjuangan OLEH : REISHA PUTRI Dewi malam t’lah turun, terganti raja siang Jendela terbuka tertiup angin kencang Kutatapi awan yang berlalulalang Menunggu hari yang tak kunjung datang Tak terasa waktu berjalan begitu cepat Hari yang dinantikan kini telah tiba

Tatap Muka OLEH : REISHA PUTRI Keadaan telah berbeda Tak seperti biasanya Bagai mimpi di siang bolong Menghampiri tak terduga Si putih biru hanya tersenyum Menunggu hari itu tiba Tiang kokoh berdiri laif Menanti Sang Saka dikibar siswa Gelak tawa

Sketsa Takdir OLEH : REISHA PUTRI Mata tertutup, Burung kedasih berkicau jauh di atas awan Langit kelam menghias alam Ditemani cahaya yang memudar Kau merambat, Menjelajahi penjuru dunia Kau tak terlihat, Bagai makhluk tak kasat mata Kau renggut insan bernyawa

Sahabat OLEH : REISHA PUTRI Dewi malam yang tak bertemu mentari Mustahil untuk saling menyapa Atau sekedar bersitatp Terpisahkan jarak logika Bunga mawar yang mekar Membuat harsa relung hati Menyebarkan serbuk harum Walaupun bertangkai duri Telah terukir janturan latif Bersama

Rantai Metamorfosisi OLEH : REISHA PUTRI Penghias langit mulai bertebaran Bagai bunga di musim semi Telah datang hari yang dinantikan Beranjak kupergi Menuju kehidupan baru Meninggalkan kepompong Untuk menjadi kupu-kupu Terpancar senyum Serta keindahan ahlak Sederhana namun bermakna Menyambut hangat

Pondok Bali OLEH : REISHA PUTRI Langit senja berhiasi Awan -awan tersenyum sepi Menteri yang perlahan tenggelam Ke tebing lautan Pondok bali Batu dirangkai berjejeran Membatasi daratan dan lautan Ombak yang bergulung merdu Menghantam kuat pertahanan darat Laut biru penghias