Ironman Milik Rendy

WhatsApp-Image-2021-04-20-at-10.34.08.jpeg

Ironman Milik Rendy

Namanya Rendy Prakarsa. Dia seorang anak tunggal dari pasangan bapak Andy Prakarsa dan ibu Anna Jelita. Rendy merupakan salah satu anak yang pintar. Rendy mendapatkan peringkat ke 3 di kelasnya, ia kini berada di jenjang kelas 3 SMP. Rendy memang anak pintar tapi dia bukan anak rajin. Dia belajar hanya saat akan menghadapi ulangan dan jika ada tugas saja, dia juga jarang mendengarkan guru saat sedang menjelaskan materi. Bahkan tak jarang dia juga suka tertidur dikelas. Namun, dia tak pernah lupa untuk melaksanakan kewajibannya sebagai muslim.

Ayah Rendy merupakan seorang dokter ahli bedah di salah satu rumah sakit besar dikotanya. Ayahnya sering sekali pulang larut malam, bahkan juga tak jarang ayahnya tak pulang ke rumah. Itu alasan Rendy tak terlalu dekat dengan ayahnya. Bahkan Rendy juga tak menyukai pekerjaan ayahnya itu, mau seberapa banyak orang sering membangga-banggakan pekerjaan seorang dokter Rendy tetap tak menyukainya. Karna menurutnya pekerjaan itu membuat ayahnya tak mempunyai waktu untuk Rendy.

Suatu hari Indonesia juga terkena wabah covid-19. Membuat semua menjadi serba sulit. Para dokter harus siap di gardu terdepan, karna semakin banyaknya warga Indonesia yang terkena covid itu. Ayah Rendy salah satu dokter yang ada di gardu terdepan. Membuat ayahnya tak bisa pulang. Bahkan sudah beberapa bulan semenjak covid-19 hadir, ayahnya belum pernah pulang juga. Ayahnya hanya dapat menghubungi sesekali saja, itu pun juga hanya dapat berbincang dengan ibunya. Karna Rendy sudah tak mau berbicara dengan ayahnya. Adanya covid-19 ini membuat dia semakin tak menyukai pekerjaan ayahnya dan juga dia mulai tak menyukai ayahnya.

“Endy sayang ini ada ayah telpon, kamu gak mau ngobrol sama ayah? “Tanya ibunya sambil menyerahkan ponselnya.

“Gak usah deh bu, lagian sejak kapan aku mah ngobrol sama ayah?”

“Aku kan gak pernah ngobrol sama ayah, boro-boro ngobrol ditelpon ngobrol langsung aja kita jarang kalo gak terlalu penting. Ayah kan sibuk bu udah gak ada waktu buat aku.” Tutur Rendy sambil mematikan sambungan telpon itu dan berjalan meninggalkan ibunya.

“Rendy sayang kok gitu ngomongnya.” Ibunya berucap sambil menatap kepergian Rendy dengan sedih.

Hari terus berganti, namun bukannya semakin berkurang malah semakin banyak orang yang terjangkit virus corona ini. Yang sembuh memang banyak namun yang terjangkit juga semakin bertambah, bahkan sudah banyak orang yang harus meninggal. Bahkan banyak juga dokter-dokter yang tertular, dan sudah banyak juga dokter yang harus gugur.

Sudah hampir setengah tahun, Rendy tak pernah bertemu ayahnya. Sudah setengah tahun pula rasa tak suka Rendy pada ayahnya semakin meningkat. Dia sudah sangat kesal pada ayahnya. Dia sudah lelah mendengarkan tangisan ibunya yang merindukan ayahnya. Tak terkecuali Rendy juga, walaupun di bibirnya dia mengatakan tak menyayangi ayahnya, tetap saja dilubuk hatinya yang paling dalam, dia juga merindukan ayahnya

“Bunda kenapa nangis terus, apa karna menangisi ayah lagi? “ Tanya Rendy pada ibunya itu sambil mengusap air mata ibunya.

“Sudah cukup bunda menangisi ayah, nanti juga ayah pulang kalo keadaan sudah membaik.”

“Ini kan keinginan dia, itu mengapa Rendy semakin tak menyukai pekerjaan ayah. “ Ucapnya lagi dengan sedikit rasa kesal.

“Kamu kok ngomongnya gitu, kalo ayah denger dia pasti sedih banget. “ Jawab ibunya sambil menatap anak semata wayangnya itu.

“Kamu tau? Ayah itu salah satu orang hebat. Dia sangat peduli dengan orang lain, dia mencoba untuk bisa sembuhin orang lain.”

“Iya dia peduli sama orang lain tapi gak peduli sama kita, dia cuman terus-terusan ngingetin kita ini itu. Tapi dia gak pernah ada buat kita,dia gak pernah hadir untuk liatin langsung kepedulian dia ke kita. “

“Sayang dengerin ibu, itu sudah tugas ayah. Kamu seharusnya ngerti,menjadi seorang dokter bukan pekerjaan yang mudah. Ini lah salah satu yang harus seorang dokter korbankan,yaitu waktu dia dan keluarganya. Kamu seharusnya bangga sama ayah kamu,mau sesulit apapun ayahmu tak pernah mengeluh. Dia mau berkorban demi orang lain.”

“Seperti superhero kesukaanmu ironman,yang dengan gagah berani yang dengan baik hatinya mau berkorban untuk orang banyak. “

“Kamu banggakan pada ironman? Begitu pun seharusnya kamu pada ayahmu, coba mungkin ayah jarang ngajak kamu main dan berbincang bersama. Tapi bukannya ayah selalu sebisa mungkin untuk turutin apa yang kamu mau, kalo ayah libur juga ayah bukannya sering ajak kamu liburan ke tempat yang kamu suka.”

“Kamu terlalu sibuk dengan rasa gak suka kamu sama ayah kamu, padahal banyak hal-hal kecil yang udah ayah kasih buat kamu tapi malah kamu acuhin. Ayah kamu sayang banget sama kamu nak.” Ibunya tersenyum setelah melihat kamu merenungi semua perkataan ibunya.

Setelah beberapa hari Rendy mendengar nasihat dari ibunya, dia mulai tersadar bahwa tak seharusnya dia bersikap seperti ini. Tak seharusnya dia tak menyukai ayahnya hanya pekerjaannya. Rendy semakin meningkatkan ibadahnya, dia terus mendoakan ayahnya. Rendy juga sering menunggu telpon dari ayahnya.

“Assalamualaikum ayah. “ salam Rendy pada ayahnya setelah sambungan telpon terhubung.

“Waalaikumsalam jagoan ayah.” Jawab ayahnya sambil tersenyum.

“Ayah rindu banget nih sama jagoan ayah ini, gimana sama pembelajaran sekolah kamu nak?” Tanya ayahnya sambil tersenyum hangat.

“Endy juga kangen ayah, malah sangat sangat rindu.  Sekolah Rendy baik-baik saja ayah.”

“Bagus kalo sekolah Rendy baik-baik saja, harus makin rajin ya belajarnya kan sudah kelas 3 SMP sebentar lagi akan menjadi seorang anak putih abu.”

“Eh iya kamu mau lanjut sekolah kemana nih? SMK atau SMA? “

“Endy mau lanjut SMA aja yah, Rendy akan berusaha untuk bisa masuk SMA favorit dengan nilai yamg memuaskan. Rendy ingin menjadi dokter seperti ayah.”

“Bukannya Rendy ingin menjadi ahli otomotif waktu itu?”

“Rendy sudah tak ingin menjadi ahli otomotif ayah. Rendy ingin menjadi seorang dokter seperti ayah.”

“Maafkan Rendy ayah, maaf atas semua sifat kekanak-kanakan Rendy pada ayah. Maafkan juga semua perkataan yang Rendy lontarkan pada ayah.” Ucapnya sambil mengusap air matanya yang gak terasa mulai berjatuhan itu.

“Jagoan nya ayah gak perlu minta maaf, karna ayah juga salah sama kamu. Maaf ayah gak pernah ada waktu banyak buat kamu sama ibu. Ayah akan berusaha memperbaiki semuanya ya, semoga ayah bisa cepat-cepat kembali bersama kalian. Terimakasih sayang sudah mau menjadi seorang dokter seperti ayah, ayah yakin Rendy bisa jadi dokter yang lebih hebat dari ayah.”

“Waktu ayah sudah habis sayang, ingat pesan ayah kamu harus makin rajin belajar yaa, ibadahnya juga harus lebih rajin yaa. Jaga kesehatan kamu patuhi semua protokol kesehatan yaa. Ayah sayang kamu jagoan. “

“Siap ayah, Rendy juga sayang ayah bahkan sangat. Cepat pulang ironman kebanggaan Rendy. “

“Doakan saja ironman mu ini cepat pulang.”

Namun ternyata ironman kebanggan Rendy didunia nyata juga harus gugur dalam medan perang melawan virus. Setelah beberapa hari Rendy dan ayahnya berbincang, ayahnya juga harus terjangkit virus corona itu.

Rendy hancur. Hatinya hancur, karna superhero nya harus pergi meninggalkannya. Padahal baru beberapa hari mereka mulai berbincang selayaknya ayah dan anak. Namun ternyata Tuhan jauh lebih menyayangi ayahnya.

Rendy memang sangat terpukul. Namun dia sadar bahwa kematian memang sudah takdir dari Tuhan. Tidak seharusnya dia terus-menerus menangisi ayahnya. Dia harus dapat bertahan untuk berjuang meraih mimpinya untuk menjadi seorang dokter hebat seperti ayahnya.

Sejak saat itu Rendy terus giat belajar. Doa terus dia panjatkan. Walaupun kini hanya tinggal ibunya saja yang memberikan dia dukungan, tapi dia yakin bahwa ayahnya pun melihat dirinya yang sedang berjuang ini. Dia harus bisa membuat kedua orangtuanya itu bangga.

 

 

 

 

 

 

 

(Visited 2 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan