ATHFALUNA NOOR INAYAH_BELAJAR ONLINE_SMPN 1 SAGALAHERANG

FOTO-ATFAL.jpeg

Belajar Online

 

Hai semua nya namaku keyza Diana putri atmaja, seorang gadis keturunan Sunda dan Batak yang sekarang menduduki bangku sekolah menegah pertama dengan seragam putih birunya. Seperti yang kalian tahu tugas pelajar pada umumnya yaitu,Belajar. Sebelumnya tak terfikir kan dan terbayang kan oleh benak ku jika akan di adakan nya pembelajaran jarak jauh atau yang kalian ketahui mungkin via online.

Di sini, mungkin aku hanya akan mencurahkan dan berpendapat bagimana rasanya belajar selama masa pandemi ini, yang tentunya melalui sudut pandang Keyza yang tak lain adalah diriku sendiri. Menurutku sih, bukan masalah besar  belajar dengan sistem sekarang. Apalagi aku yang terbiasa memakai aplikasi belajar online, tapi tetap saja yang namanya merindukan suasana sekolah selalu hadir.

Mengingat bagaimana ramai nya kantin saat istirahat, melihat muka muka yang lelah saat belajar dengan angka dan rumus, berubah nya raut wajah saat bel pulang berbunyi, mendengar suara berisik saat jam kosong, dan tertawa di atas penderitaan teman yang di hukum hormat kepada sang merah putih, eitsss yang terakhir jangan ditiru ya hahahahaha.

Ya, seperti hal lain pada umumnya. Pembelajaran jarak jauh juga mempunyai sisi baik dan buruk tentunya menurut sudut pandang ku, pertama dan yang Paling utama, suasana yang di dapat sangat berbeda. Bayang kan saja, jika di sekolah akan ramai oleh para murid sedangkan di rumah hanya kita seorang diri.

kedua, kurangnya focus. Karena jika belajar di rumah fikiran akan terbagi pada pekerjaan rumah. Apalagi cobaan untuk berada di atas kasur, membalut diri dengan selimut dan memeluk erat guling dengan mata terpejam hingga sampai pada alam mimpi.

Ketiga,rasa bosan. Nah, ini yang biasanya membuat suasana belajar tidak nyaman. Jika di sekolah akan ada teman yang mengajak kita berbincang bincang, tutor sebaya ataupun sekedar canda tawa. Di rumah aku tidak merasakan nya, walaupun biasa via online.

Ke empat dan mungkin yang terakhir, susah sinyal. Ini yang sangat di sayang kan dari pembelajaran jarak jauh, susahnya sinyal dan masalah dengan kuota. Belum lagi jika listrik mati, sinyal hilang,  wifi tidak jalan, tidak bisa mengisi daya ponsel yang habis.

Tapi, selain itu pembelajaran jarak jauh adalah hal yang harus di lakukan untuk mengurangi penyebaran virus di pandemi ini, dan menjaga kita para pelajar maupun pengajar. Eitsss, tetap saja protokol kesehatan harus senantiasa di patuhi dan di terapkan. Meskipun kita jarang keluar rumah, menjaga kebersihan itu wajib apalagi bagi umat islam “kebersihan adalah sebagian dari pada iman”.

Awalnya sih, aku semangat mengikuti pembelajaran jarak jauh. Di pertengahan semester karena di adakan nya ujian online, dan link untuk mengerjakannya rusak, sinyalnya susah, dan tidak ada nya alat yang memadai. Dari situlah semangat belajar mulai menyurut dan menghilang, apa lagi saat melihat nilai hasil nya yang menurutku sangat kurang.

Ya, bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur, virus pada masa pandemi ini semakin ganas dan menyebar yang menyebabkan pembelajaran jarak jauh di perpanjang. Belum lagi di saat materi yang mengharuskan praktek langsung tidak terlaksana, pelajaran matematika yang harusnya di jelaskan tetapi sekarang tidak, materi yang harus di presentasikan pun tidak ada.

Memang menyusahkan dan memberatkan, apa lagi jika ada pelajar yang tidak memeilik ponsel, laptop mau pun komputer untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh ini. Pasti sangat susah dan di saying kan bila ia termasuk murid cerdas dan berprestasi.

Sekarang aku berada di kelas tingkat tiga atau biasanya di sebut kelas sembilan, nah untuk cerita kelas Sembilan ini beda lagi. Karena, di sini aku akan bercerita tentang susah nya belajar apa lagi akan menghadapi ujian akhir sekolah, adanya pemotretan foto untuk ijazah, dan kesibukan untuk perpisahan. Ehhh kalian ada yang tahu apa itu perpisahan? Di sekolahku, itu adalah acara yang akan di adakan jika kelulusan telah tiba. Mendirikan tenda beserta panggung untuk para adik kelas dan panitia tampil, datang dengan baju daerah masing masing, mungkin di daerah mu di sebut wisuda?

Di kelas Sembilan ini, memahami materi itu susah karena tak terasa tahun telah berganti. Olimpiade pun tidak di adakan, yang mana membuat ambisi ku untuk mengikuti olimpiade seperti sebelumnya tidak ada, bisa di katakan hilang.

Oh iya, ada satu hal yang belum aku kasih tahu kepada kalian. Aku menjabat sebagai ketua literasi, kalian tahu apa itu literasi? Acara membaca buku selama 15 menit dilakukan secara bersamaan dan dapat menyampaikan kembali isi dari apa yang telah kita baca. Bisa di katakan seperti itu, tapi Literasi adalah lembaga pendidikan, nah jika di sekolah ada organisasi literasi berarti sekolah tersebut telah memiliki kepengurusan yang mana bila ada acara terkait dengan bidang pendidikan, akan terjun langsung, dan ikut membantu acara.

Nah, sama seperti belajar. Acara literasi pun tidak jalan, anggota nya pun tidak semangat, sebagai ketua aku sangat bingung bagaimana caranya supaya literasi di sekolahku tetap berjalan. waktu terus berjalan walaupun kita terdiam, alhasil kita hanya mengadakan kegiatan meriveuw dan menuliskan waktu membaca di jurnal literasi.

Memang hal yang wajar bagi remaja sepertiku merasakan naik turunnya suasana hati, tapi aku selalu ingat apa yang kakak ku ucap kan tempo lalu.

“kamu boleh merasa bosan, boleh merasakan malas, boleh merasakan jenuh sesekali, tapi jangan biarkan semua itu menguasai mu. Merasakan itu semua adalah hal yang wajar, manusia pasti bisa berada di titik terendah, walaupun ia adalah manusia yang rajin, pintar, terpandang, mapun kuat. Yang harus kamu ingat adalah, hidup ini pilihan kita. Kamu boleh berbuat sesuka hati mu, tapi tetap ingat semua ada pertanggung jawabannya dan konsekuensi nya” ucap kakaku,

“tapi, kalau kita salah memilih bagaimana? Sedangkan kita tidak tahu itu yang terbaik atau tidak” tanyaku padanya, dia menghela nafas dan tersenyum’

“apa pun hasilnya itu tidak perlu di fikirkan, yang terpenting kita sudah berusaha semampu kita untuk hasil yang terbaik” jawabnya, yang mampu membuatku terdiam dan berfikir.

Tak selamanya kita harus mengikuti rasa egois kita, manusia tidak ada yang sempurna, semuanya sama di mata sang pencipta. Bagaikan bunga anggrek, walaupun ia mahal dan cantik, suatu haru ia pasti akan layu kemudian mati dan menyatu dengan tanah. Ya, intinya tidak aka nada yang abadi di muka bumi ini.

Tidak hanya persiapan ujian yang membuat pembelajaran jarak jauh ini membosankan dan melelahkan, melainkan di tambahnya bulan ramadhan yang mewajibkan seluruh orang islam berpuasa. Nah, ada beberapa hal yang membuat ini semua lebih susah.

Pertama,rasa lapar. Otak bekerja, stamina bertambah dan yang pasti harus adanya asupan masuk ke dalam tubuh, saat puasa minum dan makan tidak boleh. Yang pastinya akan menambahkan tingkat kemalasan berfikir.

Kedua, tidak boleh emosi. Bagiku yang mudah sekali marah , sangat berat untuk belajar di bulan puasa ini. Karena, sinyal yang begitu susah membuat ku sulit untuk mengirimkan tugas atau pun sekedar menanyakan tugas.

Dan, ku harap pandemi ini segera berakhir. Karena, banyak kegiatan yang hanya bisa di lakukan di luar rumah.

 

(Visited 40 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan