Kau   Aku rindu duniaku yang dulu. Kau, takkan mengerti. Aku ingin bersekolah seperti lalu. Menatap dekat, berjabat dan berteman. Kau mengubah segalanya. Kau menyiksa dengan ketakutan. Merenggut setiap jiwa dengan siksa. Kau menghentikan semuanya. Menghancurkan rencana. Menciptakan jarak antar

Harap   Ilalang-ilalang bergoyang. Senja yang mulai datang. Dan siang hari yang mulai hilang. Aku harap esok baik. Hidup tanpa jarak dan ketakutan. Tanpa kurungan dan ancaman. tanpa takut mati atau terserang. Tuhan,kapan ini selesai? Virus ini terlalu merenggut,ku mohon

Mereka   Fajar mulai hilang. Berganti siang, penuh kerinduan. Aku tak pernah mengerti. Di saat pandemi ini, Mereka berkeliaran seolah tak peduli. Mereka ingin derita ini hilang. Tapi merekalah yang membuat ini panjang.

Kotaku Ceritaku   Wayang itu terus digerakkan dalang Kami di sini melihatnya takjub. Di kotaku, kau akan melihat acara tahunan ini. Kau akan takjub, dengan kotaku. Selain kaya akan karya, kami di sini masih menggembangkan budaya. Itulah kota ku, kota

Kotaku   Dia kaya, Kau dapat melihat luas tanah dan wisatanya Penduduk yang maju Membuat semakin kaya kota ini. Lihat, persatuan dan semangat itu! Kau mampu melihatnya di setiap mata itu. Itu kotaku, kota yang mempunyai segudang prestasi. Kota Subang,

Temu   Kau tersenyum, seolah kita dekat. Canda, bincang, dan tawa seperti di ruang kelas saja. Aku mendengar suaramu di balik gawai ini. Menahan rindu ingin temu. Gawai adalah penghubung kita. Kau disana dan aku disini, dihubungkan lewat layar Berharap

Negeriku   Angin bertiup kencang. Meniup semangat persatuan yang hampir hilang. Negeriku, kau dalam bercana. Banyak nyawa  berjatuhan. Banyak acara diberhentikan. Kau harus hidup dengan patuhan. Apakah ini hukuman dari Tuhan Atau hanya adalah sebuah ujian?

Hampir   Pagi ini, datang lagi. Mata yang begitu berat kubuka. Semangat maju yang hampir hilang. Menahan rindu, memotivasi tanpa maju. Semangat pelajar luntur. Hilang dibawa waktu. Mengapa begitu? Kau terlalu lama di sini merengut waktu dan masa kami. Membawa

Datang   Tiba-tiba kau datang. Tanpa berita dan undangan. Kau yang datang membawa derita. Merenggut nyawa tanpa tau orang itu siapa. Meninggalkan luka dalam pada keluarga mereka.

Bencana   Ini bencana! Banyak raga yang berbaring hampir mati. Disiksa penyakit, hingga berharap ini mimpi. Semuanya terhenti. Berpisah dari kebebasan! Dikurung seperti hewan. Karena virus dari Wuhan.

Penentuan   Canda tawa itu hilang. Orang-orang bersembunyi dengan ketakutan. Rintihan tangis, orang yang sedang melawan. Raga yang hampir mati kesakitan. Kita menderita. Kau harus berjarak untuk hidup. Berdiam diri dengan kesepian. Banyak orang berkata, sampai kapan? Mereka lupa, sikap

Seperti   Antara hidup dan mati. Aku berdoa tanpa henti. Akankah aku bisa kembali? Untuk hidup seperti tempo hari? Aku menderita. Kesakitan, seperti hendak dicabut nyawa. Enyah kau, Korona!

Kota Penuh Semangat   Aku dilahirkan di kota ini. Kota yang penduduknya penuh semangat kemenangan. Semangat itu, hangat. Mampu kurasa, di setiap mata yang kutatap. Kota ini, kental dengan ciri khas tak pernah hilang. Semangat maju yang tetap membara, Menjadi

Rela   Layar memenuhi wajahmu. Terbesit rindu lama yang tak terungkap. Berbincang, melawan jarak. Bercanda, membahas materi seperti di ruang kelas. Pak, Bu, aku rindu melihatmu secara dekat. Bermain bersama teman tanpa jarak. Virus itu merenggut. Merenggut waktu, jarak, dan

Ikhtiarku Kupakai kau didepan hidung Kuikat  engkau di telinga Engkau adalah ikhtiarku Lindungi diri ini Dari penyakit corona Ke manapun aku pergi Kau selalu bersamaku Dimanapun ku beraktivitas Kau selalu ada Semua orang berikhtiar denganmu Semua orang memakaimu Semua orang

Guruku Pahlawanku   Pahlawan kehidupan yang memberantas kebodohan Pahlawan dengan sejuta wawasan yang berjuang megajarkan   Sejuta coretan yang kautuliskan Dengan tegap terpahat di papan Sejuta ilmu yang kauajarkan Menyelamatkan banyak masa depan   Jika bukan karena mu, karena siapa

Corona Kau datang dengan tiba-tiba Satu berita tentangmu, menghebohkan seisi dunia Kau siapa, kok mengambil alih inti cerita? Sosok tak bernyawa, tetapi hidup diantara manusia Jabat yang dipatahkan Peluk yang dihapuskan Semua dikurung dalam sangkar berjauh-jauhan Menghindari bertambahnya jumlah korban

  Perihal Ujian Pemberitahuan telah dilontarkan Acuh tak acuh menjadi jawaban Semuanya akan aman Jika karsamu memang menginginkan Akan hadirkah wiyata dari mereka? Jika setengah sudah biasa Haruskah penuhi asa? Ah, seadanya saja! Tak harus membuat orang salut Nanti rendah

  • 1
  • 2