Berawal dari yang tidak mempunyai apapun, hingga bisa mempunyai semua yang kita inginkan sangatlah tidak mudah bukan? Dibalik kesuksesan akan ada yang namanya berjuang mati-matian, istirahat tidak teratur, dan banyak berdoa.
Sederhana? Lingkungan kumuh? Disinilah tempat tinggal Arga. Sejak lahir, ia harus menerima kenyataan dengan keluarga yang tidak mempunyai apa-apa. Bahkan untuk makan pun dengan seadanya.
Ia tinggal bersama kedua orangtua serta satu adik perempuannya yang hanya berebeda 2 tahun. Sejak kecil Arga dan adiknya selalu membantu kedua orangtuanya untuk berjualan koran dijalan pada saat lampu berhenti.
Arga tak mengenal lelah, ia pun terus bersemangat untuk sekolah dan terus belajar dengan fokus. Ia memiliki tujuan yang luar biasa, dalam lubuk hatinya Arga ingin membahagiakan orangtua serta adiknya terlebih dahulu.
“Pak, bu, Arga berangkat sekolah assalamualaikum.” Pamit Arga lalu mencium tangan kedua orangtuanya.
“Waalaikum-“ Ucapan kedua orangtuanya terptong lantaran Kayla tiba-tiba teriak.
“Abang, tunggu Kayla!” Teriak adiknya sambil berlari menuju Arga.
“Ya udah ayo buruan. Nanti kita bisa telat dek, salim dulu sama bapak ibu.” Kata Arga mengingatkan.
“Pak, bu, Kayla pamit assalamualaikum.” Salam kayla.
“Wa’alaikumussalam hati-hati.” Jawab kedua orangtuanya.
Arga serta keluarganya memang bukanlah dari orang kaya, tetapi mereka semua saling mendukung satu sama lain dan memiliki rasa kekeluargaan yang harmonis. Percuma banyak harta, tapi untuk kebahagiaan bersama-sama tidak punya.
☣☣☣
SMK BHAKTI NEGARA, disanalah Arga bersekolah. Meski swasta, materinya pun tidak kalah dengan materi Negeri. Asal kita belajar dengan giat, kita bisa menguasai materi tersebut dengan mudah bukan?
“Arga!” Teriak gadis tersebut.
Arga yang mendengarnya pun segera mencari tahu asal suara tersebut.
“Eh Angel, ada apa?” Tanya Arga.
“Ga, kamu dipanggil Pak Rafli di ruangan OSIS,” Kata Angel.
“Ohh, oke makasih ya Angel.” Jawab Arga lalu bergegas menuju ruangan OSIS.
Arga itu termasuk anak yang aktif dibidang manapun, ia pernah mengikuti lomba olimpiade sains, serta berpidato didepan banyak orang, dan diacara musik. Bisa dikatakan bahwa Arga adalah anak multitalenta. Ia bisa menjadi ketua OSIS yang bertanggung jawab.
Masih banyak waktu sebelum masuk kelas, kini Arga menemui Pak Rafli yang notabenya adalah pembina OSIS. Mereka membicarakan untuk merazia kembali setiap kelas yang selalu membawa benda terlarang.
Arga selaku ketua OSIS menyampaikan pengumuman untuk para panitia OSIS segera berkumpul diruangan. Setelah menyelesaikan pengumuman, Arga segera memasuki kelasnya. Murid perempuan pun mulai mengerumuni Arga dengan pertanyaan.
“Ga, sekarang ada razia?”
“Ga, bisa gak dipending dulu razia nya?”
“Ga, jangan razia dong! Kaos kaki hitam ku masih dicuci.”
Masih bayak lagi pertanyaan, sehingga Arga segera duduk dikurisnya. Sudah terbiasa ia menghadapi hal tersebut, karena peraturan disekolah ini bisa dibilang ketat demi kebaikan bersama dan bisa membuat kita disiplin akan aturan.
Jam pelajaran pun telah dimulai, Arga segera meminta izin kepada guru untuk ke ruang OSIS terlebih dahulu. Guru tersebut tahu dengan alasannya, karena disekolah mereka jika ada Panitia OSIS yang izin di mata pelajaran pertama artinya akan ada razia.
“Baik assalamualaikum wr.wb, selamat pagi semuanya. Hari ini seperti biasa kita akan mengadakan razia dadakan, kalian harus ingat dengan perjanjian sebelumnya. Jika ada yang mencoba membujuk kalian dengan berbagai cara hanya untuk benda yang dilarang, maka kalian harus menolak. Jika kalian menerima hal tersebut maka akan terima hukuman, mengerti!” Tegas Arga.
“Baik mengerti kak!” Jawab panitia OSIS serentak.
“Seperti biasa kalian merazia sesuai dengan tingkat kelas masing-masing, contohnya kelas 10 merazia kembali kelas 10 lainnya.” Ucap Arga.
“Baik kak,” Jawab seluruh panitia OSIS.
“Baik razia dimulai, silahkan!” Tegas Arga.
Disisi lain, Kayla yang bergabung menjadi panitia OSIS dalam beberapa bulan ini, telah biasa melihat sang kakak bersikap tegas dalam melakukan tanggung jawabnya.
☣☣☣
Sepulang sekolah, Arga dan Kayla segera membersihkan badan dan memulai aktivitas nya membantu kedua orangtuanya jualan koran. Tidak ada rasa malu sama sekali pada diri Arga dan Kayla, justru mereka bangga bisa membantu meringankan pekerjaan orangtuanya.
Arga dan Kayla berpisah, mereka mulai menjualnya dengan membaca basmallah. Namun, ketika Arga telah selesai berdoa, ia melihat diseberang nya ada tindakan mencurigakan. Dengan cepat Arga mencoba menyebrang dan mendekatkan diri dengan orang mencurigakan tersebut.
Dengan hitungan cepat, yang telah Arga fikirkan terjadi. Ia melihat orang mencurigakan itu mengambil dompet bapak-bapak berjas yang sedang mengobrol.
“PENCURII!!” Teriak Arga, lantas orang-orang berada disekitar pun membantu Arga mengejar pencuri tersebut.
“Astaga dompet saya hilang!” Sadar pria berjas tersebut, lalu mengikuti segerombolan orang yang mengejar pencuri tersebut.
“HEY BERHENTI! ITU BUKAN HAK ANDA, INGAT PERBUATAN MENCURI ADALAH DOSA!” Teriak Arga pada pencuri tersebut namun tidak dihiraukan.
Hingga disaat pencuri tersebut terjebak dalam ruangan tertutup ia kebingungan, tidak lama kemudian Arga serta orang-orang lainnya pun menutupi ruangan tersebut. Bisa dilihat ada rasa ketakukan didalam diri pencuri tersebut.
“HAYO MAU KEMANA LAGI KAMU!” Ucap bapak-bapak.
“A-ampun pak, saya minta maaf!” Jawab pencuri tersebut dengan terbata-bata.
“BAPAK-BAPAK KITA PUKUL AJA SEKALIAN!” Ucap salah satu bapak-bapak yang lainnya.
Arga yang nampak kaget pun segera menghentikan aksi tersebut.
“PAK-PAK SUDAH CUKUP!” Tegas Arga.
“lho kenapa dek? Dia telah melakukan kesalahan dek!” Jawab salah satu bapak-bapak tersebut.
“Semua orang pasti punya salah, tetapi caranya tidak seperti ini pak. Maaf bila saya lancang, akan tetapi bicara baik-baik jangan seperti ini-“ Tegas Argan sekali lagi, “Pak maaf sekali lagi, itu bukan hak bapak. Jadi segera kembalikan lagi dompetnya kepada pemiliknya.” Ucap Arga kepada pencuri tersebut.
“I-ini dek, saya minta maaf. Saya melakukan ini, karena anak saya sedang sakit dan perlu obat dengan biaya yang cukup mahal.” Keluh pencuri tersebut lalu memberikan kembali dompet tersebut kepada pemiliknya.
“Alhamdulillah dompet saya kembali lagi, lain kali kalau mau cari uang harus yang halal ya pak. Ini saya ada sedikit rezeki untuk anak bapak yang sedang sakit, semoga hal ini menjadi pelajaran untuk bapak,” Jelas pria berjas tersebut.
“Bapak-bapak terimakasih telah membantu saya untuk menangkap bapak ini,” lanjut pria tersebut dan orang-orang disekitar pun langsung bubar.
Arga yang tadinya diam, langsung pergi bersama gerombolan orang-orang tadi. Namun langkah nya terhenti karena tangan nya dipegang oleh pria berjas tersebut.
“Adek terimakasih ya telah membantu saya, jika adek tidak teriak tadi mungkin saya akan kehilangan dompet ini, bukan karena uangnya akan tetapi karena didalam dompet ini terdapat foto keluarga kecil saya, sebagai ucapan terimakasih mohon diterima ya dek.” Ucapnya sambil memeberikan beberapa lembar uang ratusan.
“Tidak pak, saya membantu bapak dengan ikhlas. Mohon maaf bila saya lancang, saya tidak bisa menerima uang tersebut.” Balas Arga dengan halus.
“Bagaimana jika saya membeli koran yang adek jual?” Tanyanya.
Arga sempat berfikir, lalu ia menyetujui asal uang yang diberikan sesuai dengan berapa banyak koran tersebut. Pria tersebut setuju dan memberikan kartu nama, dan ia sempat bilang bahwa jika suatu saat nanti Arga butuh pekerjaan, maka ia disuruh untuk datang ke alamat yang tertera.
☣☣☣
Beberapa bulan kemudian, Arga telah dinyatakan lulus dari sekolahnya. Ia berhasil mendapatkan beasiswa serta dimasukkan ke kampus yang bisa dikatakan bagus. Arga harus meninggalkan keluarganya sementara demi fokus belajar diluar kota.
Keluarga Arga sangat bangga, mereka terharu karena dengan mudahnya Arga bisa melanjutkan pendidikan tanpa mengeluarkan uang kedua orangtuanya. Selain itu Arga berniat untuk bekerja sambil kuliah.
Sungguh anak baik bukan, Arga rela capek dan banting tulang untuk dirinya sendiri bahkan bisa saja untuk keluarganya. Tapi suatu saat nanti, semua rasa lelah akan terganti dengan rasa santai dan tenang.
Arga pun berinisiatif mencari pekerjaan, ia pun mengingat kartu nama pria berjas dulu. Semoga ia bisa diterima dan ditempatkan diposisi manapun asalkan hasilnya halal. Arga pun harus pergi ke terminal bus.
Sudah berjam-jam diperjalanan, akhirnya Arga sampai ditempat tujuan. Yang dimana dihadapan nya ini disuguhkan dengan pemandangan kantor yang amat tinggi dan bersih, tanpa aba-aba ia segera masuk dan menuju resepsionis.
“Permisi mbak,” Ucap Arga.
“Iya pak, ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis tersebut.
“I-iya, saya mau bertemu dengan orang yang ada di kartu nama ini,” Jelas Arga sambil memberikan kartu nama tersebut.
“Oh, pak Rizal selaku pemimpin perusahaan ini. Apa sebelumnya anda ada janji dengan pak Rizal?” Tanyanya.
“B-belum, hanya saja waktu dulu beliau menyuruh saya untuk bertemu dengannya saat saya membutuhkan pekerjaan.’’ Ucap Arga.
“Baik, tunggu sebentar ya pak. Saya akan menghubungi pak Rizal nya dulu,” Jawabnya dan Arga hanya mengangguk.
Arga pun duduk dan melihat isi kantor tersebut, ia pun sempat berfikir apakah ia layak bekerja disini. Tapi fikiran tersebut hilang ketika resepsionis tadi memanggilnya kembali.
“Mari pak, ikuti saya untuk bertemu dengan pak Rizal.” Ajaknya dan Arga hanya mengangguk.
Resepsionis tersebut mengarahkan Arga untuk masuk terlebih dahulu dikarenakan pak Rizal sedang rapat sebentar. Tidak lama kemudian seseorang pria berjas itu pun datang dan mensambut hangat Arga.
“Bagaimana kabarmu dik? Oh ya sebelum nya siapa nama kamu?” Tanya pak Rizal.
“Saya Arga alhamdulillah baik, bapak sendiri bagaimana kabarnya?” Tanya Arga.
“Alhamdulillah saya juga baik, jadi sekarang ada hal apa nih?” Tanya pak Rizal.
“Dengan hormat, saya disini mau melamar kerja. Mungkin bapak tidak mengadakan lowongan kerja untuk saat ini, tetapi saya mohon izin kepada bapak untuk memberi saya pekerjaan. Jika disini memerlukan OB saya siap pak,” Jawab Arga.
“Saya terima kamu menjadi atasan langsung, bisa saya lihat bahwa kamu mempunyai potensi yang bagus dalam berbagai bidang.” Kagum pak Rizal.
“S-serius pak? Alhamdulillah ya allah terimakasih.” Syukur Arga sambil menyalimi tangan pak Rizal.
Beberapa tahun kemudian, Arga telah menjadi pengusaha sukses bahkan telah memberikan rumah yang luas untuk keluarganya.